Kini hari sudah pagi,
di kediaman Wish keluarga nenek Xion termasuk Nori sedang bersiap bersiap untuk sarapan pagi,“Apa hari ini kita akan menjenguk Sea?”, tanya Nori.
“Kita telepon saja dulu Sea”, ucap nenek Xion, “Jika memang kita menjenguknya sekalian saja kita membawakan oleh oleh untuknya, kita tanya dulu dia minta apa”, imbuh nenek Xion.
“Baik Bu, aku akan meneleponnya”, jawab Marot.
Kini Marot mengeluarkan ponselnya, setelah beberapa kali menelepon Sea akhirnya di angkat juga olehnya,
“Halo Sea?”, ucap marot.
“Iya ayah, aku baru saja bangun”, ucap Sea dengan sedikit lemas seperti orang baru bangun pada umumnya.
“Maaf jika Ayah mengganggu istirahatmu,” ucap Marot, kemudian Marot melanjutkan bertanya kepada Sea, “Kami akan menjengukmu, kamu ingin dibawakan apa?”.
“Oh, Tidak perlu ayah”, jawab Sea.
&ldquo
“Iya Bu, aku juga menyadari akan hal itu, makanya aku dan Rachel juga sama sama berpendapat kalaukami akan menahan masalah anak terlebih dahulu”, terang Radhis sedikit malu malu kepada mertuanya.“Sebenarnya aku masih sedikit kurang setuju jika kamu masih yang menjadi suami Rachel, tapi ika memang ini yang di inginkan oleh Rache sendiri aku tidak bisa berbuat apa-apa”, ucap Tania dengan muka masam.“Tapi Ibu tenang saja, aku tidak akan mengganggu perjalanan karir Rachel, aku akan selalu mendukung apapun kemauan nya”, ucap Radhis dengan penuh keyakinan.“Kalau aku sebenarnya setelah mengetahui kamu selalu mengutamakan Rachel aku sudah merestui kalian”, ucap Dere, “Tapi jika masalah anak, tolong kamu pikir dulu tentang karir Istrimu, jangan sampai Rachel tidak bisa meneruskan karirnya yang sedang berjalan karena dia harus hamil dan merewat anaknya”, tambah Dere.“Iya Ayah, aku akan mengingat
“jadi seperti yang aku bilang kepada kalian sebelumnya, aku akan berbicara dengan Ayahku, dan aku menepato janji itu”, ucap Jhon dengan menunduk.“Jhon,.?”, ucap Nori yang terlihat cemas.“Iya Tante”, jawab Jhon dengan menghadap kepada mereka.“Aku bilang semua kepada Ayah, dan dia berkata dia akan kesini nanti setelah pulang dari kantor”.“Tapi apakah Ayahmu sudah bilang kepadamu, apakah dia menyetujuinya atau tidak?” Tanya nenek Xion kepada Jhon dengan penasaran.“Nenek tenang saja, Ayahku bilang dia kesini untuk membicarakan pernikahanku dan Sea”, jelas Jhon kepada nenek Xion.“Benarkah begitu?” tanya nenek Xion seolah lebih meyakinkan lagi.“Benar Nek, ayah bilang nanti dia akan kesini, bahkan mungkin akan mnegajak tante Lisa”,“Bukankah Lisa itu adik dari Ayahmu yang merawatmu sedari kecil?”, tanya Marot kepada Jhon.
“Hey anak kecil!”, bentak Marot kepada Rachel.“Untuk sekarang kau mungkin memang direktur kami!, tapi ingat kau tetaplah seorang anak kecil tau apa kau dengan urusan orang dewasa!”, lanjut Marot memarahi Rachel.“Aku mungkin bisa di anggap anak kecil oleh Paman!, tapi aku tetaplah Direktur kalian!”, Rachel membentak balik kepada Marot yang dirasa lalai dengan pekerjaannya.“Kau!!!”, bentak Marot yang terdengar sampai kemeja makan.Mendengar marot yang membentak Rachel ditelepon nenek Xion segera berdiri untuk menghampiri Marot,“Kalian tunggu disini”, ucap nenek Xion kepada mereka yang sedang duduk dimeja makan.“Iya nek”, jawab Sea mewakili beberapa orang itu.Setelahnya nenek Xion berjalan menuju Marot yang sedang berada diruang tamu.“Berikan padaku”, ucap nenek Xion dengan mengulurkan tangannya kepada Marot.“Hey boca kecil, di
“Tuan Adney!”, ucap Nenek Xion yang sedikit kaget melihat kehadiran Adney tanpa pembertahuan terlebih dahulu jika akan segera sampai, kemudian dengan melihat kearah Lisa, “Dan ini,...”.“Perkenalkan dia adalah Lisa, adik saya, dialah yang merawat Jhon selama ini”, terang adney memperkenalkan Lisa.“Lisa”, ucap Lisa dengan sedikit membungkukan badannya.Kemudian Lisa berjalan kedepan kearah Marot sambil menyerahkan sebuah parcel kepadanya,“Maaf jika ini tidak seberapa”, ucap Lisa saat mengulurkan parcel itu kepada Marot.“Oh ini sudah lebih cukup Nona Lisa, sebanrnya Nona juga tidak perlu repot-repot seperti ini”, ucap Marot dengan masih tetap menerima parcel yang di ulurkan oleh Lisa.“Nona?”, tanya Lisa malu malu kepada Marot.“Apa sayah salah?”, tanya Marot kepada Lisa.“Usia kita tidak terlalu berbeda Tuan”, ucap Lisa
“Jadi Bagaimana Tuan Adney?”, tanya Nenek Xion ketika dia sudah selesai bicara tapi Adney hanya terdiam seolah encerna omongan nenek Xion.Melihat Adney yang masih saja terdiam nenek Xion berbicara lagi, “Bagaimana jika satuu bulan lagi?”, tanya nenek Xion mencoba untuk memancing Adney.“Tidak”, ucap Adney dengan menatap kepada Sea dan Jhon, Kemudian dai lanjut berbicara lagi, “Memang benar yang dibilang oleh nyonya Xion, alangkah lebih baik kalau kita segera mempercepat pernikahan mereka”.“Jadi Tuan Adney setuju dengan saya?”, tanya nenek Xion sumringah.“Iya, sudah pasti saya setuju dengan saran Nyonya”, ucap Adney yang ini saling menatap dengan nenek Xion.“Jika memang setuju kenapa tuan Adney bilang tidak saat saya menyarankan satu bulang lagi?” tanya nenek Xion, “Apa itu masih terlalu cepat?”, tambah nenek Xion.“Bukan terlalu ce
Selanjutnya Adney kembali berkata kepada nenek Xion,“Aku tahu kondisi perusahaan kalian yang saat ini sudah di akuisisi oleh Anak dan Menantu Dere”.“Iya tuan Ayah benar, sekarang nenek Xion dan Paman Marot seolah menjadi bawahan dari Rachel”, ucap Jhon yang prihatin dengan apa yang menimpa keluarga nenek Xion.“Iya”, ucap Adney mengiyakan ucapan anak nya.“Karena itu aku akan membantu kalian?”, ucap Adney lagi kini kepada nenek Xion.“Tuan akan membantu kami mendapatkan perusahaan kami kembali?”, tanya nenek Xion dengan penuh semangat.“Tidak”, ucap Adney yang kemudian masih lanjut berbicara kepada nenek Xion, “Menurutku tak ada gunanya memperebutkan Wish Corp dengan anak bau kencur seperti mereka”.“Lantas bagaimana Tuan?”, tanya nene Xion.“Aku akan memberikan satu anak cabangku untuk kalian jalankan”. Ucap Adney kepada
Kini keesokan harinya semua orang beraktifitas seperti biasa,Radhis mengurus rumah, Rachel kekantor seperti biasa.Yang berbeda disini adalah begitu Rachel sampai dikantor dia disambut oleh Marot dan nenek Xion.Rachel awaalnya mengira bahwa nenek Xion dan Marot sudah berubah dan berniat kerja sehingga mereka datang pagi-pagi.Namun sepertinya pikiran Rachel salah, begitu nenek Xion marot dan Rachel memasuki ruangan direktur yang sekarang dijabat oleh Rachel, nenek Xion langsung angkat bicara.“Aku tak akan datang lagi keperusahaan ini”,“Maksut nenek apa?”, tanya Rachel yang bingung.“Aku datang kesini agar kau bilang pada suamimu, bahwa kami menarik saham yang kami punya sekarang” tegas nenek Xion.“Tapi nek?, kenapa mendadak seperti ini?”, tanya Rachel yang bingung.“Lagi pula saham nenek tidak lebih dari 5%, untuk membangun perusahaan itu jauh dari kata cukup&rdquo
“Apa maksut dar perkataan mu?”, tanya nene Xion seola instingnya mengatakan bahwa Radhis adalah binatang buas yang akan segera menyergap mangsanya, dan disini dia merasa bahwa dirinya lah yang menjadi mangsa Radhis.“Sudah Bu, Abaikan saja, aku yakin dia hanya menggertak”, ucap Marot berbisik.“Menggertak?”, tanya Radhis.“Tapi, sudahlah, yang terpenting semoga saja Jhon akan terus percaya bahwa anak didalam kandungan Sea adalah anaknya”, ucap Radhis dengan entengnya.“Radhis!!!!”, bentak nenek Xion dengan sangat kencang.“Suahlah Nek, pelan saja, aku belum tua, jadi aku masih belum tulih”, ucap Radhis dengan ekspresi menghina.“Istriku, suruh sekretarismu membuatkan surat penyerahan saham kepada nenek Xion sekarang”, ucap Radhis.“Tapi Suamiku, Kas perusahaan sekarang kurang dari nominal itu, karna sedang digunakan untuk pendanaan proyek yang se
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia