“Mana pasiennya sus?”, tanya seorang Dokter wanita yang barusaja datang disana, kepada suster yang datang bersamanya.
“Ini Dok”, terang suster itu sambil mengarah kepada Sea.
“Maaf, yang lain bisa menunggu di luar dulu?”, ucap dokter wanita itu pada nenek Xion dan keluarga yang lain.
“Baik dokter”, ucap nenek Xion dan dia meninggalkan ruangan itu bersama Marot dan Nori.
Melihat Nori begitu cemas Marot menenangkan istrinya, “Sudah tenang saja, kini Sea sedang di tangani oleh dokter, kamu tidak perlu seceas itu”.
“Iya”, ucap Nori masih dengan tampang yang tetap tampak begitu cemas.
Beberapa saat kemudian Suster meminta mereka masuk kembali, dan begitu mereka didalam sang dokter segera menjelaskan hasil diaknosisnya kepada mereka termasuk kepada Sea.
“Jadi begini, sepertinya nona Sea perlu di rawat beberapa hari karena memang dia sedang drop”, si dokter b
“Tapi jika nanti Jhon bertanya kepada Kita bagaimana”, ucap Marot dengan polosnya, dan kemudian dia lanjut bertanya lagi, “Dan kalau dia tidak percaya bahkan dia menyangkal anak ini bagaimana Bu?”, pungkas Marot.“Itu adalah Tugas Sea untuk meyakinkan Jhon, dan aku yakin Sea bukanlah anak kecil jadi dia bisa meyaknkan Jhon!”, terang nenek Xion yang kemudian menghadap kepada Sea, dan lanjut berkata kepada cucu kesayangannya itu.“Bagaimana Sea?” tanya nene Xion seolah memberikan tantangan untuk Sea.“Baik nek Aku akan sebaik mungkin untuk meyakinkan Jhon”,“Jangan sebaik mungkin!,tapi harus yakin dan benar benar bisa meyakinkan Jhon!”, ucap nenek Xion dengan tegas.“Iya nek, aku yakin aku aka bisa meyakinkan Jhon”.“Bagus, kalau begitu kau hubungi Jhon sekarang agar dia datang kesini segera”, perintah nenek Xion pada Sea.“Baik n
Semantara itu di Geneve Alin dan Mey yang ditunggu oleh Radhis kini sduah datang,“Permisi pak?”, ucap Ester membawakan tamu untuk Radhis.“Masuk”.“Iya pak ini ada Nona Alin dan Nyonya Mey”, ucap Ester yang memasuki ruangan Radhis dengan ditemani dua orang wanita dibelakangnya.“Oh silahkan, Aku sduah menunggu kalian sedari tadi”, ucap Radhis dengan ebrdiri dari tempat duduk nya dan dengan ramah mempersilahkan mereka bedua.“Sialahkan Alin dan Bibi Mey duduk”, ucap Radhis lagi dan kemdian menghadap pada Ester, “Kamu boleh pergi”.“Baik Pak, kalau bapak butuh bisa menghubungi saya nanti”, ucap Esterdengan membungkuk dan segera pergi dari ruangan Radhis menyisahkan Radhis, Alin dan Mey disana.“Jadi bagaimana?”, radhis membuaka perbincangan dengan mereka berdua.“Begini Pak”, “tolong Radhis saja Bibi&rdqu
“Iya Radhis bibi paham perasaanmu”, ucap Mey pada Radhis.“Sudah Bi, Biarkan saja”, ucap Radhis , kemudian dia melanjutkan membahas kontrak Alin dengan Wish yang searang di pimpin oleh Rachel.“Bagaimana perkembangan proyek kalian dengan Wish?” tanya Radhis pada Alin.“Proyek itu sudah dalam proses pembangunan Pak” terang Alin kepada Radhis.“Menurut Ester bahan yang diminta dari Geneve juga sudah dikirim”, jawab Radhis.“Iya Pak, maka dari itu karena semua bahan sudah siap jadi pengerjaan proyek itu mungkin akan segera dilaksanakan”.“Bagus kalau begitu, aku sengaja bertanya kepadamu karena jika aku tanya perkembangan proyek ini kepada Istriku aku takut di akan curiga”, jelas Radhis.“Iya pak, saya mengerti, saya akan selalu melaporkan perkembangan proyek kepada Pak Radhis”, Alin meyakinkan Radhis.“Dan lagi pak, seperti
“Kabar ayah baik-baik saja, bahkan dia sering bertanya karena semenjak aku masuk rumah sakit dan sesudah keluar aku tak pernah mengajak Sea kerumah”, jelas Jhon pada mereka berdua.“Bukannya kalian sering keluar?”, tanya Nori pada Jhon, “Kamu tidak membawa Sea kerumamu?”, tambah Nori bertanya.“Iya Bi, kami memang sering keluar,tapi karena setelah sekian lama kami tak bertemu jadi kemi ingin berdua saja tanpa ada yang mengganggu”, ucap Jhon tanpa sedikitpun rasa malu.“Pantas kalau begitu”, ucap nenek Xion.“Pantas apa Nek?” tanya Jhon memastikan.“Sudah, kamu nanti akan mengerti jika Dokter sudah ada disini”. Ucap nenek Xion.Bersamaan itu pintu ruangan terbuka dan Marot yang masuk lebih dulu kesana.“Maaf lama menunggu”, ucap Dokter yang berjalan dibelakang marot.“Iya Dok, tidak apa-apa, kenalkan ini adalah Jhon Adney, tunan
“Dengan kamu bertanya seperti itu kepada cucuku sama saja kamu menganggap bahwa cucuku adalah wanita murahan yang akan tidur dengan semua lelaki yang ditemuinya”, ucap nenek Xion dengan tegas kepada Jhon.Dan disini entah bagaimana dengan cepat Sea meneteskan airmatanya, menangis seolah dia benar-benar sedih mendengar ucapan dari Jhon.“Aku tak menyangka Jhon kamu akan menganggap aku sebagai wanita serendah itu!”, ucap Sea dengan menangis.“Aku tak bermaksut seperti itu sayang”, ucap Jhon panik melihat Sea yang menangis.“Baik aku akan jujur pada semua yang ada disini”, kini Jhon menarik naas sejenak sebekum dia melanjutkan pembicaraanya.“Aku bertanya seperti itu karena aku merasa ada yang aneh”, ucap Jhon lirih sembari berpikir.“kenapa?, karena saat aku berhubungan badan dengan Sea, dia selalu menolak aku ber-ejakulasi di dalam dirinya dengan alasan dia takut hamil da
Beberapa saat kemudian, di kantor Wish Rachel sedang mengecek beberapa berkas proyek yang harsnya sudah dikerjakan hari itu oleh nenek Xion dan Marot.“Kemana mereka?”, ucap Rachel sambil melihat jam tangan nya.Baru saja Rachel berkata seperti itu pintu Ruangan nya terbuka tiba tiba,Tanpa permisi, “Maaf kami telat”, ucap Marot yang berada di ruangan Rachel bersama dengan nenek Xion.Sementara itu nenek Xion hanya diam saja karena dia terlalu gengsi untuk meminta maaf kepada Rachel.“Dari mana Paman dan Nenek? Kenapa baru datang sesiang ini?”, tanya Rachel pada mereka berdua.“Kami dari mengantarkan Sea ke rumah sakit”, ucap nenek Xion cuek.“Sea masuk rumah sakit?”, tanya Rachel perhatian pada kondisi sepupunya meskipun selama ini dia selalu di tindas oleh mereka.“Iya” ucap Marot yang kemudian masih dilanjut menjelaskan kepada Rachel, “Tadi p
“Kalau begitu sudah diputuskan sekarang kita akan pergi makan siang ber-empat”, ucap Radhis dengan senyum cuek layaknya orang yang berwibawah lainnya.“Baik, kalau begitu mari Bibi Mey”, ucap Radhis mempersilahkan Mey untuk berjalan bersamanya.Kini mereka berempat berjalan untuk makan siang dengan Mey di depan bersama Radhis sedangkan Alin di belakangnya bersama dengan Ester.Sesampainya dibawah mereka masi sempat berdiskusi mengenai mobil siapa yang akan dipakai untuk pergi makan siang, sampai akhirnya Radhis memutuskan mereka pergi menggunakan mobil Radhis sementara Ester yang menawarkan diri untuk duduk di kursi kemudi.“Baiklah kalau begitu, ini Ester kunci mobilku, aku akan menunggumu disini bersama Bibi Mey”, ucap Radhis dengan menyodorkan kunci mobilnya.“Baik pak kalau betiu saya mengambil mobilnya dulu”.“Bibi ingin membawa oleh-oleh apa nanti untuk dibawa pulang biar saya yang
“Maafkan saya Tuan, saya tak bermaksut membohongi tuan Muda”, ucap Etsre yang tiba-tiba berdiri dan membungkuk kepada Radhis.“Sudahlah ini diluar jam kantor kamu bisa memnaggilku Radhis saja”, jawab Radhis lagi yang sudah risih karena terus dipanggil dengan panggilan Tuan Muda oleh orang yang hampir sekelasnya yaitu Ester.“Maaf Tuan tapi saya tidak bisa seperti itu kepada calon kepala keluarga Zond”,ucap Ester yang berpikir bahwa Radhis adalah masih bersetatus calon penerus kepala keluarga Zond, dia tida tahu jika sebenarnya Radhis sekarang memanglah kepala keluarga Zond yang baru.“Jika memang seperti itu anggap ini sebagai perintah dari atasanmu”, pungkas Radhis lagi.Kini Ester berpikir sejenak tentang pantas atau tidaknya dia memanggil Radhis dengan nama, namun setelah dia pikir jjika tidak seperti ini dia tidak akan ada kemajuan dalam kedekatanya dengan Radhis.“Emm, baik Radhis”, u
Kali ini semua orang yang hanya bisa berdiri dengan menjadikan Radhis yang duduk di sofa utama sebagai titik pandangan.Mereka semua mulai merasa sedikit penasaran, karena Radhis masih terpaku terdiam melihat ke arah Gun.“Apa yang kau mau bangs*at?” Teriak Gun.“Cepat katakan!” Imbuhnya.“Oh… Bukankah Anda terlalu terburu-buru Tuan.” Kalimat Radhis mungkin cukup sopan, namun nada dan ekspresi wajahnya seolah Radhis sangat meremehkan Gun.“Cepat katakan! Apa maumu?”Gun terdiam sejenak, melihat Radhis, entah apa yang ada dipikirannya, sampai akhirnya Dia lanjut berbicara.“Berapa yang kau inginkan?”Pertanyaan Gun jelas ditanggapi dengan ekspresi senyum oleh beberapa orang, termasuk nenek Xion, Marot, dan juga Tania.Mereka berpikir jika Radhis akan mendapatkan uang yang cukup banyak dari Gun, dan setelah itu mereka akan memintanya.Berbeda dengan Radhis, pada saat ini Dia justru tertawa dengan begitu keras.Radhis merasa lucu, karena bagaimanapun juga aset yang dimiliki oleh Radhis
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Radhis yang mulai melihat Gun bingung.“T–tidak.”“Tolong lepaskan Aku.”Gun mulai pucat karena merasa takut. Selain itu, tangannya mulai sedikit membiru karena begitu erat cengkraman tangan Radhis membuat peredaran darah di tangannya sedikit terganggu.Tangan kiri Radhis masih tetap memegang pergelangan tangan Gun, tangan kanannya yang bebas kini mulai melayang menampar pipi pria itu kiri-kanan berulang-ulang secara bergantian.“Tolong maafkan A–aku.” Gun merasakan panas di pipinya kanan dan kiri.“Tolong lepaskan Aku…” Gun mulai merengek karena dirinya kini merasa sakit di pergelangan tangannya dan juga panas di pipinya.“Bagaimanapun Aku adalah keturunan keluarga Esfor!”Teriak Gun yang saat ini masih tak henti-hentinya mendapatkan tamparan dari Radhis.“R–radhis, lepaskan Dia.”Nenek Xion kembali berbicara saat dirinya masih merasakan panas di pipinya, bekas tamparan tangan Radhis.Radhis yang sedari tadi masih menampar pipi Gun mulai merasa
“Dere bilang kepada Menantumu, agar Dia menjauh dariku!”Teriak nene Xion kepada Dere.Dere melihat ke arah Radhis.Dia memandangi menantunya yang sepertinya sudah sangat marah.Ingat seberapa sayang Radhis kepada Rachel, Dere justru memilih untuk diam, Dirinya tidak ingin terlalu ikut campur dengan apa yang di lakukan oleh suami anaknya itu.Tania juga sama, Dia haya melihat apa yang akan terjadi.Sejujurnya Ia ingin jika Radhis dan Rachel bercerai, agar supaya Tania bisa bebas menguasai Villa kelas atas yang kini mereka tempati, setelah itu untuk selanjutnya akan menjodohkan putrinya, Rachel dengan Deon, lelaki yang jelas di matanya mempunyai perusahaan. Selain itu, menurut dirinya Deon jauh lebih baik daripada Radhis karena Deon bisa dengan mudah ia kendalikan.Namun, meskipun Tania berpikiran seperti itu, sebenci apapun dirinya kepada Radhis, Dia jauh lebih benci kepada Xion, ibu mertuanya yang gila harta dan tidak penah bersikap adil, dimana dirinya selalu merasa di anak tirikan
“Berhenti.”Radhis kini mulai berbicara saat Gun sudah semakin memperpendek jarak nya dengan Rachel.Gun untuk sejenak berhenti mendekat, Dia menoleh ke arah Radhis.Dengan sikapnya yang masih terlihat angkuh Gun berbicara kepada Radhis.“Ternyata berani juga Dirimu untuk berbicara kepadaku, bahkan melarangku.”“Kenapa aku tidak berani?”Radhis mulai berbicara dengan masih tidak melihat ke arah Gun sama sekali.Saat ini yang ada di pikiran Radhis adalah emosi, amarah dirinya kepada Gun.Mungkin semuanya tidak merasakan bahkan Rachel.Tapi untuk Nanny yang sudah sedikit banyak mengenal sisi lain Radhis, mulai merasa perasaan mencekam. Seolah Radhis sedang mengeluarkan hawa membunuh yang sangat kental.“Tuan…”Nanny mencoba untuk berbicara kepada Tuan nya.“Tenang saja, tidak apa-apa. Biar Aku yang mengurus.” Radhis berbicara kepada Nanny yang bahkan masih tidak berniat menatap Nanny.Entah kemana pandangan Radhis saat ini, tatapannya seolah kosong.Untuk Nanny yang sudah sering berhada
***Beberapa jam telah berlalu.Kini sepasang suami istri itu sedang berpelukan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka berdua tapaki.“Terimakasih, Suamiku.” ucap Rachel dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Radhis.“Tidak Sayang… seharusnya aku yang berkata seperti itu.”Jawab Radhis seraya mencium kening istrinya.“Sebenarnya kemana kamu beberapa minggu ini?” Tanya Rachel yang masih dalam posisi memeluk Radhis.“Ada yang harus Aku lakukan. Itu kenapa Aku sibuk beberapa minggu ini.” JAwab Radhis dengan mengelus rambut lembut milik sang istri.“Sebenarnya apa yang terjadi padaku semalam?”Kini Rachel membuka pertanyaan untuk agar mereka bisa berbincang.Radhis tidak tahu harus mulai darimana.Dia mulai menjelaskan apa yang Dia tahu kepada istrinya.Rachel bertanya seperti itu, karena samar-samar ingatan nya hanya sampai Dia makan malam bersama Adams dan Gun.Rachel juga menjelaskan jika sebenarnya semalam Dia mengira bahwa acara makan malam itu akan dihadir
***Keesokan harinya.Kini hari telah pagi. Matahari mulai bersinar disaat Rachel membuka matanya.Satu hal yang berbeda untuk hari ini adalah dimana saat ini dia sedang terbangun dengan satu tangan yang sedang memeluk seorang pria.Pria yang dia kenal.Radhis, suami yang beberapa minggu terakhir sedang pergi ke Motherland untuk mengurus beberapa pekerjaan.Rachel hampir tidak bisa menahan air matanya.Wanita muda itu kini mengusap matanya, sebelum akhirnya dia memeluk sang suami dengan erat.“Kamu sudah bangun?” Suara lembut Radhis terdengar di telinganya.Menyeruak ke dalam telinga mungilnya, di iringi hembusan hangat nafas sang suami.Alih-alih menjawab Rachel kini justru membenamkan wajahnya di dada sang suami.Dengan tangannya yang masih memeluk erat, Rachel diam untuk beberapa saat.Seolah sedang menikmati waktu kebersamaan mereka berdua.Radhis yang mendapat perlakuan manja sang istri kini justru paham dan memeluk tubuh istrinya erat-erat.Mereka berdua saling melepas rindu s
Dere sadar akan kesalahan dirinya dalam menanggapi kalimat-kalimat yang sudah diucapkan oleh mereka.“Oh.. Tidak.. aku tidak bermaksud–”Belum selesai Dere berkata-kata, ucapannya sudah dipotong oleh nenek Xion.“Sepertinya kamu memang sengaja membela menantumu yang kurang ajar itu!” Tuding nenek Xion.“Bukan begitu Bu–”“Ahh Sudahlah!” Lagi-lagi sebelum selesai Dere berbicara, nenek Xion sudah memotong ucapannya.“Apa kamu tahu, apa yang akan terjadi jika sampai Tuan Gun menggunakan kekuasaannya untuk membuat perhitungan dengan kita?”Saat ini giliran Marot yang berbicara kepada Dere.Kalimat yang diucapkan oleh Marrot senada dengan sebuah ancaman.Kata-katanya seolah Marot sedang memperingatkan kepada Dere jika pada saat ini menantu Dere, “Radhis” telah melakukan sesuatu yang dapat mengancam keluarga besar mereka.“Apa kamu Tahu sekuat apa, kekuasaan Tuan Gun?” Marrot masih mengintimidasi Dere.“Mungkin menantumu itu bekerja untuk Ed Ackerley.”“Tapi tetap saja, pekerja rendahan s
Nenek Xion dan Marrot kini mulai paham jika sepertinya Radhis pulang.Mereka terkadang berpikir jika Radhis adalah sebuah penghalang besar dalam setiap rencana mereka, apalagi disaat ini mereka masih menumpang di Villa milik Rachel yang pernah dibilang oleh Rachel jika Villa ini diberikan oleh Radhis kepada dirinya.“Bu… Si brengsek itu pulang. Apa yang harus kita lakukan?” Marot bertanya dengan berbisik kepada Nenek Xion.“Kamu tenang saja…”Ucap nenek Xion berbisik balik kepada Marrot.“Kamu tidak perlu khawatir, sebentar lagi saat Wish Corp bangkit kita akan pergi dari sini…” Tambah nenek Xion yang masih dengan berbisik kepada Marrot.“Benar Bu…” Ucap Marrot mulai menyeringai.Kini mereka kembali fokus kepada Adams.Ibu dan Ana itu kini mulai bertanya, untuk memastikan.Apakah benar jika tadi rencana Adams diganggu oleh Radhis?“Apa benar dia suami Rachel?” Adams menjelaskan kepada nenek Xion jika Sea sendiri yang berkata jika laki-laki yang mengganggu rencananya tadi kemungkinan b
*** Beberapa saat sebelumnya disaat Radhis dan yang yang lain nya berbicara.Gun sedang berada di suatu tempat dengan Adams, serta Sea.Posisi mereka sangat aneh untuk orang yang mengerti hubungan di antara ketiganya.Dimana Adams berdiri dengan kepala menunduk.Sementara Gun sedang duduk dengan ditemani oleh Sea di pangkuannya.Bukan hanya itu, dapat terlihat jelas jika pada saat ini tangan Gun sedang meraba-raba pinggul wanita itu.“Sial benar!” Ucap Gun yang merasa kesal.Dia merasa jika baru kali ini ada yang berani untuk mengganggu dirinya.Bahkan Gun merasa jika laki-laki tadi dengan terang-terangan mengintimidasi dirinya.Sea sekilas mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa menduga jika laki-laki yang dimaksud oleh mereka itu tentu adalah Radhis.“Sepertinya pecundang itu ini telah kembali…” Ucap Sea.“Dia adalah suami Rachel yang tidak berguna.” Ucap Sea memberitahu Gun.“Jadi Dia…”Gun mencoba untuk berpikir sejenak.Sejujurnya Gun tidak tahu siapa laki-laki tadi. Dia