Semantara itu di Geneve Alin dan Mey yang ditunggu oleh Radhis kini sduah datang,
“Permisi pak?”, ucap Ester membawakan tamu untuk Radhis.
“Masuk”.
“Iya pak ini ada Nona Alin dan Nyonya Mey”, ucap Ester yang memasuki ruangan Radhis dengan ditemani dua orang wanita dibelakangnya.
“Oh silahkan, Aku sduah menunggu kalian sedari tadi”, ucap Radhis dengan ebrdiri dari tempat duduk nya dan dengan ramah mempersilahkan mereka bedua.
“Sialahkan Alin dan Bibi Mey duduk”, ucap Radhis lagi dan kemdian menghadap pada Ester, “Kamu boleh pergi”.
“Baik Pak, kalau bapak butuh bisa menghubungi saya nanti”, ucap Esterdengan membungkuk dan segera pergi dari ruangan Radhis menyisahkan Radhis, Alin dan Mey disana.
“Jadi bagaimana?”, radhis membuaka perbincangan dengan mereka berdua.
“Begini Pak”, “tolong Radhis saja Bibi&rdqu
“Iya Radhis bibi paham perasaanmu”, ucap Mey pada Radhis.“Sudah Bi, Biarkan saja”, ucap Radhis , kemudian dia melanjutkan membahas kontrak Alin dengan Wish yang searang di pimpin oleh Rachel.“Bagaimana perkembangan proyek kalian dengan Wish?” tanya Radhis pada Alin.“Proyek itu sudah dalam proses pembangunan Pak” terang Alin kepada Radhis.“Menurut Ester bahan yang diminta dari Geneve juga sudah dikirim”, jawab Radhis.“Iya Pak, maka dari itu karena semua bahan sudah siap jadi pengerjaan proyek itu mungkin akan segera dilaksanakan”.“Bagus kalau begitu, aku sengaja bertanya kepadamu karena jika aku tanya perkembangan proyek ini kepada Istriku aku takut di akan curiga”, jelas Radhis.“Iya pak, saya mengerti, saya akan selalu melaporkan perkembangan proyek kepada Pak Radhis”, Alin meyakinkan Radhis.“Dan lagi pak, seperti
“Kabar ayah baik-baik saja, bahkan dia sering bertanya karena semenjak aku masuk rumah sakit dan sesudah keluar aku tak pernah mengajak Sea kerumah”, jelas Jhon pada mereka berdua.“Bukannya kalian sering keluar?”, tanya Nori pada Jhon, “Kamu tidak membawa Sea kerumamu?”, tambah Nori bertanya.“Iya Bi, kami memang sering keluar,tapi karena setelah sekian lama kami tak bertemu jadi kemi ingin berdua saja tanpa ada yang mengganggu”, ucap Jhon tanpa sedikitpun rasa malu.“Pantas kalau begitu”, ucap nenek Xion.“Pantas apa Nek?” tanya Jhon memastikan.“Sudah, kamu nanti akan mengerti jika Dokter sudah ada disini”. Ucap nenek Xion.Bersamaan itu pintu ruangan terbuka dan Marot yang masuk lebih dulu kesana.“Maaf lama menunggu”, ucap Dokter yang berjalan dibelakang marot.“Iya Dok, tidak apa-apa, kenalkan ini adalah Jhon Adney, tunan
“Dengan kamu bertanya seperti itu kepada cucuku sama saja kamu menganggap bahwa cucuku adalah wanita murahan yang akan tidur dengan semua lelaki yang ditemuinya”, ucap nenek Xion dengan tegas kepada Jhon.Dan disini entah bagaimana dengan cepat Sea meneteskan airmatanya, menangis seolah dia benar-benar sedih mendengar ucapan dari Jhon.“Aku tak menyangka Jhon kamu akan menganggap aku sebagai wanita serendah itu!”, ucap Sea dengan menangis.“Aku tak bermaksut seperti itu sayang”, ucap Jhon panik melihat Sea yang menangis.“Baik aku akan jujur pada semua yang ada disini”, kini Jhon menarik naas sejenak sebekum dia melanjutkan pembicaraanya.“Aku bertanya seperti itu karena aku merasa ada yang aneh”, ucap Jhon lirih sembari berpikir.“kenapa?, karena saat aku berhubungan badan dengan Sea, dia selalu menolak aku ber-ejakulasi di dalam dirinya dengan alasan dia takut hamil da
Beberapa saat kemudian, di kantor Wish Rachel sedang mengecek beberapa berkas proyek yang harsnya sudah dikerjakan hari itu oleh nenek Xion dan Marot.“Kemana mereka?”, ucap Rachel sambil melihat jam tangan nya.Baru saja Rachel berkata seperti itu pintu Ruangan nya terbuka tiba tiba,Tanpa permisi, “Maaf kami telat”, ucap Marot yang berada di ruangan Rachel bersama dengan nenek Xion.Sementara itu nenek Xion hanya diam saja karena dia terlalu gengsi untuk meminta maaf kepada Rachel.“Dari mana Paman dan Nenek? Kenapa baru datang sesiang ini?”, tanya Rachel pada mereka berdua.“Kami dari mengantarkan Sea ke rumah sakit”, ucap nenek Xion cuek.“Sea masuk rumah sakit?”, tanya Rachel perhatian pada kondisi sepupunya meskipun selama ini dia selalu di tindas oleh mereka.“Iya” ucap Marot yang kemudian masih dilanjut menjelaskan kepada Rachel, “Tadi p
“Kalau begitu sudah diputuskan sekarang kita akan pergi makan siang ber-empat”, ucap Radhis dengan senyum cuek layaknya orang yang berwibawah lainnya.“Baik, kalau begitu mari Bibi Mey”, ucap Radhis mempersilahkan Mey untuk berjalan bersamanya.Kini mereka berempat berjalan untuk makan siang dengan Mey di depan bersama Radhis sedangkan Alin di belakangnya bersama dengan Ester.Sesampainya dibawah mereka masi sempat berdiskusi mengenai mobil siapa yang akan dipakai untuk pergi makan siang, sampai akhirnya Radhis memutuskan mereka pergi menggunakan mobil Radhis sementara Ester yang menawarkan diri untuk duduk di kursi kemudi.“Baiklah kalau begitu, ini Ester kunci mobilku, aku akan menunggumu disini bersama Bibi Mey”, ucap Radhis dengan menyodorkan kunci mobilnya.“Baik pak kalau betiu saya mengambil mobilnya dulu”.“Bibi ingin membawa oleh-oleh apa nanti untuk dibawa pulang biar saya yang
“Maafkan saya Tuan, saya tak bermaksut membohongi tuan Muda”, ucap Etsre yang tiba-tiba berdiri dan membungkuk kepada Radhis.“Sudahlah ini diluar jam kantor kamu bisa memnaggilku Radhis saja”, jawab Radhis lagi yang sudah risih karena terus dipanggil dengan panggilan Tuan Muda oleh orang yang hampir sekelasnya yaitu Ester.“Maaf Tuan tapi saya tidak bisa seperti itu kepada calon kepala keluarga Zond”,ucap Ester yang berpikir bahwa Radhis adalah masih bersetatus calon penerus kepala keluarga Zond, dia tida tahu jika sebenarnya Radhis sekarang memanglah kepala keluarga Zond yang baru.“Jika memang seperti itu anggap ini sebagai perintah dari atasanmu”, pungkas Radhis lagi.Kini Ester berpikir sejenak tentang pantas atau tidaknya dia memanggil Radhis dengan nama, namun setelah dia pikir jjika tidak seperti ini dia tidak akan ada kemajuan dalam kedekatanya dengan Radhis.“Emm, baik Radhis”, u
Kini mereka sudah tiba di bandara Auckland, mereka berempat turun dari mobil untuk mengantar keberangkatan Mey.Kini mereka menjumpai Ed yang sepertinya sudah menunggu sedari tadi di bandara itu.“Selamat siang Tuan”, ucap Ed kepada Radhis.“Siang Ed, Sudah kamu persiapkan semuanya?”, tanya Radhis pada Ed yang berdiri di depannya dengan seorang pria tampan yang sepertina dalah seorang pilot.“Sudah siap Tuan, ini adalah Pilot yang akan menerbangkan pesawat yang di naiki oleh Nyonya Mey”.“Selamat Siang”, ucap Pilot itu dengan membungkuk kearah mereka ber-empat.“Iya selamat siang”, jawab Radhis mewakili semua orang yang ada disamping sampingnya,“Nyonya berangkat sekarang?” tanya sang pilot kepada Mey.“Iya kalau memang sudah siap berangkat sekarang saja”, balas Mey yang kemudian menghadap ke arah Radhis.“Sudah sampai sini saja&rdq
Radhis bukan terkaget tentang apa yang di pertanyakan oleh Ester, tapi dia terkaget kenapa Ester dengan begitu mudahnya menanakan itu langsung kepada Radhis.“Kenapa?” tanya Ester yang ikut terkaget.“Tidak apa-apa, Cuma itu, lampunya merah”, jawab Radhis beralasan.“Bagaimana?, jika memang kamu tahu semua, berarti kamu tau tentang masalah itu juga kan?” tanya Ester lagi karena merasa belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.“Iya, aku juga tau”, ucap Radhis dengan sedikit malu-malu.“Baguslah kalau begitu, aku jadi tidak perlu repot-repot lagi untuk mencari cara mendekatimu”, ucap Ester Ringan.“Tapi aku sudah mempunyai istri, jadi aku berharp kamu tidak berpikir aneh-aneh perihal masalah ini”, jawab Radhis agar Ester tidak berpikir terlalu jauh.“Jika kamu menjadi kepala keluarga Zond nanti, bukanlah hal yang tabu untuk memiliki dua istri”,