Levon dan Jack berhasil membunuh semua musuh-musuhnya dan hanya menyisakan Elanga seorang diri.
Keadaan berubah 180 derajat dengan secepat kilat. Yang tadinya Elanga begitu semringah dan bersikap bak seorang pemenang, kini wajahnya tampak sangat pucat. Bahkan ia seperti orang yang mati dalam keadaan berdiri saat melihat darah menyembur ke berbagai arah.
“Huffttt ....” Levon meniup moncong pistolnya sambil menatap puas pada mayat yang bergelimpangan di lantai. “Iblis memang harus dimusnahkan.”
Levon dan Jack memutar badan dengan cepat saat mendengar suara langkah kaki berjalan ke arah pintu.
“Mau kemana, Raja iblis?” tanya Jack mengulas senyuman miring, tapi justru Elanga semakin mempercepat langkahnya meraih pintu.
Saat Elanga hampir berhasil membuka pintu, sebuah peluru terlebih dahulu menyapa tangan kanannya.
“Arggghhhh ....” Elanga menjerit keras, memegangi tangan kanannya yang tertana
Di tempat berbeda, Pulisic dan orang kepercayaan Levon lainnya berhasil melacak seluruh keberadaan anak buah Elanga.Semua anak buah Elanga dapat dilumpuhkan dengan mudah, tidak ada perlawanan yang berarti.***Levon tertawa geli sambil menatap Elanga yang tampak semakin diselimuti rasa takut, “Kau pikir, kau sangat pintar? Kau pikir, kau bisa menghancurkan Tuan Leo? Bodoh! Kau ternyata sangat bodoh. Kau terperangkap dalam permainanmu sendiri. Kau sangat bodoh, Elanga. Ini semua sudah direncanakan dari awal untuk menangkapmu dan juga semua orang yang membantumu.”“Dan benda ini?” Levon mengambil kamera pengintai kecil di saku bajunya. “Kau menggunakan ini agar kau bisa mengawasi pergerakanku, bukan?. Dan dengan ini kau juga bisa mengetahui pergerakan Tuan Leo, benarkan Elanga?”Levon tersenyum miring melihat raut wajah Elanga yang tampak memerah dan penuh dengan keringat dingin, “Bodoh! Justru benda i
“Baiklah, Tuan. Saya pasti jujur. Silahkan tanyakan apa saja pada saya,” kata Elanga tampak berusaha tenang, meski gerakan tubuhnya berkata lain.“Hemmm bagus ... Mari kita mulai permainan ini,” respon Levon menatap penuh arti pada Elanga, sedangkan Jack ke luar ruangan itu dan menyuruh temannya untuk membawakan kursi ke dalam.Tak menunggu lama, dua orang masuk ke dalam membawa dua kursi dan di letakkan di depan Elanga.“Santailah, Elanga. Aku tidak akan membunuhmu jika kau berkata jujur,” ejek Levon terkekeh pelan melihat wajah Elanga yang penuh keringat di ruangan yang sangat dingin. Lalu Sang Penguasa pun mendaratkan tubuhnya di kursi menghadap musuhnya.“Tapi jika kau ingin mati, silahkan saja berbohong,” ucap Jack terkekeh pelan sambil mendarat tubuhnya di kursi samping Levon.“Sa-saya akan jujur. Sa-ya akan menjawab setiap pertanyaan dengan jujur. Jangan bunuh saya,” respon Elanga g
Permainan masih terus berlanjut, Levon mengembalikan kesadaran Elanga alias tidak membiarkannya pingsan. “Apa lagi yang Tuan akan lakukan pada saya? Saya sudah kesakitan Tuan, jangan siksa saya lagi. Saya mohon, saya akan menuruti semua permintaan Tuan. Lepaskan saya, Tuan. Saya akan memberitahu keberadaan mereka.” Elanga memelas sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, apalagi peluru yang masih tertanam di tangan kanannya semakin membuatnya tersiksa. “Aku punya hadiah untukmu, Elanga.” Levon memberika remot kontrol itu pada Jack, Lalu ia mengambil sebuah pistol yang tak jauh dari jangkauannya. “Jangan ... Jangan bunuh Saya.” Elanga panik melihat Levon memainkan pistolnya. “Siapa yang akan membunuhmu, Elanga? Aku tidak akan menembakmu, tapi ....” Levon meneruskan kalimatnya dengan memukulkan pistol itu ke tangan kiri Elanga. “Tidakkkk ...Sakit, sa-kittt ....” Elanga Menjerit kuat mendapat pukulan bertubi-tubi dari Levon. Tak sa
Angelina dan keluarganya menyambut hangat kedatangan pemilik perusahaan Leo Group itu.“Selamat datang di rumah kami yang sederhana ini, Tuan,” ucap Katerina menerbitkan senyuman terbaiknya.“Kami baru saja membeli rumah ini. Dan ini semua berkat Tuan Leo. Kami tidak akan melupakan jasa Tuan kepada keluarga kami. Tuan benar-benar manusia yang dikirim Tuhan untuk menolong kami.” Harry berucap dengan tatapan haru pada Levon. Bagaimana pun juga pria tampan di hadapnnya itu yang sudah mengambalikan perusahaan keluarganya kembali dari tangan Rose dan Frankie.“Benar, Tuan. Kami--” baru saja Enola berucap, Levon sudah menyelanya.“Hemm ya, ya, sama-sama ... Ow ya aku sangat menyukai rumah ini, tinggal direnovasi sedikit semakin cantik.” Levon mengalihkan perhatian dengan mengedarkan pandangan ke setiap sudut yang ada di rumah mereka. Ia tidak ingin mereka terlalu berlebihan menganggap dirinya seorang pahlawan.
Para penjahat benar-benar tidak bisa bergerak, mereka dikepung oleh orang-orang kepercayaan Levon. Tidak ada tempat bersembunyi!Berita penangkapan para penjahat menghiasi seluruh stasiun televisi, tentu itu membuat Angelina penasaran, “Apa keperluan Tuan Leo menemuiku? bukankah para penjahat sudah tertangkap semua? Apakah ada lagi selain mereka?”Di pagi hari yang cerah, Angelina bertanya dalam hatinya sambil memperhatikan Levon yang sedang menerima telepon dari seseorang.Levon menghampiri Angelina dan Katerine yang menunggunya di ruang tamu, “Hem maaf, barusan Jack menelponku.”Baru saja Levon mendaratkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Angelina dan Katerina, ia langsung mendapat pertanyaan dari sang pengacara muda, “Tadi malam Tuan datang kesini untuk menemui saya karena Tuan membutuhkan bantuan saya. Memang ada hal penting apa, Tuan? Apakah ini berkaitan dengan Elanga dan teman-temannya?”“Hem
“Tunggu apa lagi, Angel. Cepat kemasi barang-barangmu,” titah Levon sedikit marah, membuat Angelina mengangguk dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.Katerine yang sedari tadi menguping pembicaraan Levon dan Angelina, juga ikut panik dan menghampiri orang nomor satu itu.“Ada apa, Tuan? Di New York baik-baik saja, 'kan?” tanya Katerine panik.Levon membisikkan sesuatu pada Keterine “Maaf, Nyonya. Barusan aku hanya akting agar Angelina mau ikut denganku ke mansion lagi.”Yang tadinya Kaerine panik, kini wajahnya berseri-seri, “Jantung saya hampir lepas. Saya kira ada hal buruk yang terjadi di New York ... Tuan ada-ada saja.”“Maafkan anak saya Tuan. Tadi malam dia menangis. Dia terpaksa meninggalkan mansion karena .... ” kata Katerine lagi yang tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia tampak sedih dan menatap penuh arti pada Levon.“Angelina gadis yang polos, baik, cerdas
Victor, Balo, dan Dean semakin tak bisa mengelak ketika petugas kepolisian memutar video rekaman kebersamaan mereka dengan Elanga dalam menyusun recana pembunuhan terhadap Tuan Leo.“Apa kalian terkejut video ini dapat darimana? Kalian sudah salah pilih musuh. Orang-orang kpercayaan Tuan Leo ada dimana-mana,” ucap salah satu petugas kepolisian dengan senyuman miring, “Dan sebenarnya kami hanya mengetes kejujuran kalian. Ternyata kalian masih berusaha menyembunyikan kejahatan kalian. Tapi maaf kepandaian kalian tidak berguna untuk mengelabuhi kami.”BRAK!Mendadak Victor menggebrak meja dengan penuh emosi, “Itu tidak benar!, kalian pasti sudah menjebak kami!”“Masih mau mengelak? Apakah mau kami perlihatkan bukti-bukti lainnya?” tanya salah satu petugas lainnya dengan sesantai mungkin.BRAK!Victor kembali menggebrak meja dengan tatapan menyala, “Tuan Leo pasti menyuruh kalian Untuk merenc
Lampu lalu lintas berganti, Levon melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan standart. “Siapa dia, Tuan? Kejahatan apa yang dia lakukan?” tanya Angelina penasaran. “Apa kau kenal Brandon? Dia seorang pembunuh bayaran.” “Mengapa Tuan membiarkan penjahat itu berkeliaran di luar?” tanya Angelina heran. “Dia orang yang sangat sombong. Aku ingin memberikan hukuman atas kesombongannya di luar penjara,” jawab Levon tersenyum kecil. “Tapi jika terus dibiarkan berkeliaran di penjara, dia bisa membahayakan nyawa orang lain. Tuan harus segera menangkapnya,” saran Angelina setegah mengingatkan Levon. “Dia sudah diawasi orang-orang kepercayaanku.” “Tapi itu tetap saja bisa membahayakan keselamatan orang lain, Tuan,” sanggah Angelina, membuat Levon semakin mengangumi sosok sang pengacara muda itu. “Dia orang yang sangat ambisius. Dia tidak akan membunuh orang lain sebelum membunuh target orang yang harus dibunuh,” jelas