Di tempat berbeda, Pulisic dan orang kepercayaan Levon lainnya berhasil melacak seluruh keberadaan anak buah Elanga.
Semua anak buah Elanga dapat dilumpuhkan dengan mudah, tidak ada perlawanan yang berarti.
***
Levon tertawa geli sambil menatap Elanga yang tampak semakin diselimuti rasa takut, “Kau pikir, kau sangat pintar? Kau pikir, kau bisa menghancurkan Tuan Leo? Bodoh! Kau ternyata sangat bodoh. Kau terperangkap dalam permainanmu sendiri. Kau sangat bodoh, Elanga. Ini semua sudah direncanakan dari awal untuk menangkapmu dan juga semua orang yang membantumu.”
“Dan benda ini?” Levon mengambil kamera pengintai kecil di saku bajunya. “Kau menggunakan ini agar kau bisa mengawasi pergerakanku, bukan?. Dan dengan ini kau juga bisa mengetahui pergerakan Tuan Leo, benarkan Elanga?”
Levon tersenyum miring melihat raut wajah Elanga yang tampak memerah dan penuh dengan keringat dingin, “Bodoh! Justru benda i
“Baiklah, Tuan. Saya pasti jujur. Silahkan tanyakan apa saja pada saya,” kata Elanga tampak berusaha tenang, meski gerakan tubuhnya berkata lain.“Hemmm bagus ... Mari kita mulai permainan ini,” respon Levon menatap penuh arti pada Elanga, sedangkan Jack ke luar ruangan itu dan menyuruh temannya untuk membawakan kursi ke dalam.Tak menunggu lama, dua orang masuk ke dalam membawa dua kursi dan di letakkan di depan Elanga.“Santailah, Elanga. Aku tidak akan membunuhmu jika kau berkata jujur,” ejek Levon terkekeh pelan melihat wajah Elanga yang penuh keringat di ruangan yang sangat dingin. Lalu Sang Penguasa pun mendaratkan tubuhnya di kursi menghadap musuhnya.“Tapi jika kau ingin mati, silahkan saja berbohong,” ucap Jack terkekeh pelan sambil mendarat tubuhnya di kursi samping Levon.“Sa-saya akan jujur. Sa-ya akan menjawab setiap pertanyaan dengan jujur. Jangan bunuh saya,” respon Elanga g
Permainan masih terus berlanjut, Levon mengembalikan kesadaran Elanga alias tidak membiarkannya pingsan. “Apa lagi yang Tuan akan lakukan pada saya? Saya sudah kesakitan Tuan, jangan siksa saya lagi. Saya mohon, saya akan menuruti semua permintaan Tuan. Lepaskan saya, Tuan. Saya akan memberitahu keberadaan mereka.” Elanga memelas sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, apalagi peluru yang masih tertanam di tangan kanannya semakin membuatnya tersiksa. “Aku punya hadiah untukmu, Elanga.” Levon memberika remot kontrol itu pada Jack, Lalu ia mengambil sebuah pistol yang tak jauh dari jangkauannya. “Jangan ... Jangan bunuh Saya.” Elanga panik melihat Levon memainkan pistolnya. “Siapa yang akan membunuhmu, Elanga? Aku tidak akan menembakmu, tapi ....” Levon meneruskan kalimatnya dengan memukulkan pistol itu ke tangan kiri Elanga. “Tidakkkk ...Sakit, sa-kittt ....” Elanga Menjerit kuat mendapat pukulan bertubi-tubi dari Levon. Tak sa
Angelina dan keluarganya menyambut hangat kedatangan pemilik perusahaan Leo Group itu.“Selamat datang di rumah kami yang sederhana ini, Tuan,” ucap Katerina menerbitkan senyuman terbaiknya.“Kami baru saja membeli rumah ini. Dan ini semua berkat Tuan Leo. Kami tidak akan melupakan jasa Tuan kepada keluarga kami. Tuan benar-benar manusia yang dikirim Tuhan untuk menolong kami.” Harry berucap dengan tatapan haru pada Levon. Bagaimana pun juga pria tampan di hadapnnya itu yang sudah mengambalikan perusahaan keluarganya kembali dari tangan Rose dan Frankie.“Benar, Tuan. Kami--” baru saja Enola berucap, Levon sudah menyelanya.“Hemm ya, ya, sama-sama ... Ow ya aku sangat menyukai rumah ini, tinggal direnovasi sedikit semakin cantik.” Levon mengalihkan perhatian dengan mengedarkan pandangan ke setiap sudut yang ada di rumah mereka. Ia tidak ingin mereka terlalu berlebihan menganggap dirinya seorang pahlawan.
Para penjahat benar-benar tidak bisa bergerak, mereka dikepung oleh orang-orang kepercayaan Levon. Tidak ada tempat bersembunyi!Berita penangkapan para penjahat menghiasi seluruh stasiun televisi, tentu itu membuat Angelina penasaran, “Apa keperluan Tuan Leo menemuiku? bukankah para penjahat sudah tertangkap semua? Apakah ada lagi selain mereka?”Di pagi hari yang cerah, Angelina bertanya dalam hatinya sambil memperhatikan Levon yang sedang menerima telepon dari seseorang.Levon menghampiri Angelina dan Katerine yang menunggunya di ruang tamu, “Hem maaf, barusan Jack menelponku.”Baru saja Levon mendaratkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Angelina dan Katerina, ia langsung mendapat pertanyaan dari sang pengacara muda, “Tadi malam Tuan datang kesini untuk menemui saya karena Tuan membutuhkan bantuan saya. Memang ada hal penting apa, Tuan? Apakah ini berkaitan dengan Elanga dan teman-temannya?”“Hem
“Tunggu apa lagi, Angel. Cepat kemasi barang-barangmu,” titah Levon sedikit marah, membuat Angelina mengangguk dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.Katerine yang sedari tadi menguping pembicaraan Levon dan Angelina, juga ikut panik dan menghampiri orang nomor satu itu.“Ada apa, Tuan? Di New York baik-baik saja, 'kan?” tanya Katerine panik.Levon membisikkan sesuatu pada Keterine “Maaf, Nyonya. Barusan aku hanya akting agar Angelina mau ikut denganku ke mansion lagi.”Yang tadinya Kaerine panik, kini wajahnya berseri-seri, “Jantung saya hampir lepas. Saya kira ada hal buruk yang terjadi di New York ... Tuan ada-ada saja.”“Maafkan anak saya Tuan. Tadi malam dia menangis. Dia terpaksa meninggalkan mansion karena .... ” kata Katerine lagi yang tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia tampak sedih dan menatap penuh arti pada Levon.“Angelina gadis yang polos, baik, cerdas
Victor, Balo, dan Dean semakin tak bisa mengelak ketika petugas kepolisian memutar video rekaman kebersamaan mereka dengan Elanga dalam menyusun recana pembunuhan terhadap Tuan Leo.“Apa kalian terkejut video ini dapat darimana? Kalian sudah salah pilih musuh. Orang-orang kpercayaan Tuan Leo ada dimana-mana,” ucap salah satu petugas kepolisian dengan senyuman miring, “Dan sebenarnya kami hanya mengetes kejujuran kalian. Ternyata kalian masih berusaha menyembunyikan kejahatan kalian. Tapi maaf kepandaian kalian tidak berguna untuk mengelabuhi kami.”BRAK!Mendadak Victor menggebrak meja dengan penuh emosi, “Itu tidak benar!, kalian pasti sudah menjebak kami!”“Masih mau mengelak? Apakah mau kami perlihatkan bukti-bukti lainnya?” tanya salah satu petugas lainnya dengan sesantai mungkin.BRAK!Victor kembali menggebrak meja dengan tatapan menyala, “Tuan Leo pasti menyuruh kalian Untuk merenc
Lampu lalu lintas berganti, Levon melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan standart. “Siapa dia, Tuan? Kejahatan apa yang dia lakukan?” tanya Angelina penasaran. “Apa kau kenal Brandon? Dia seorang pembunuh bayaran.” “Mengapa Tuan membiarkan penjahat itu berkeliaran di luar?” tanya Angelina heran. “Dia orang yang sangat sombong. Aku ingin memberikan hukuman atas kesombongannya di luar penjara,” jawab Levon tersenyum kecil. “Tapi jika terus dibiarkan berkeliaran di penjara, dia bisa membahayakan nyawa orang lain. Tuan harus segera menangkapnya,” saran Angelina setegah mengingatkan Levon. “Dia sudah diawasi orang-orang kepercayaanku.” “Tapi itu tetap saja bisa membahayakan keselamatan orang lain, Tuan,” sanggah Angelina, membuat Levon semakin mengangumi sosok sang pengacara muda itu. “Dia orang yang sangat ambisius. Dia tidak akan membunuh orang lain sebelum membunuh target orang yang harus dibunuh,” jelas
“Apa Tuan sangat yakin?” tanya Angelina masih ragu.“Em tentu saja aku sangat yakin,” jawab Levon memasang wajah penuh keyakinan, meskipun sebenarnya ia masih perlu mencari tahu penyebab sikap Amelia pada Angelina.“Sungguh?” tanya Angelina sekali lagi, memastikan bahwa ucapan Levon benar.“Bawel, mendingan sekarang kau beristirahat. Sekarang aku mau menemui Elanga dan teman-temannya,” ucap Levon setengah mengalihkan perhatian Angelina agar tidak terus memikirkan masalah ini.“Sekarang? Tuan 'kan juga perlu beristirahat,” ucap Angelina penuh perhatian. Levon berhasil, sekarang gadis cantik itu seperti melupakan begitu saja masalahnya dengan Amelia.“Aku sebenarnya tidak ingin tidur. Apakah ada pekerjaan untukku?” tanya Angelina.“Hem jika itu kemauanmu, kau bisa pergi ke perusahaan. Disana kau bisa berinteraksi dengan banyak orang, dan tentu saja kau bisa bel
Air mata Angelina mengalir deras, menumpahkan semua kesedihannya. Kalimatnya barusan diucapkan secara sadar. Ia siap mati, Jika dengan nyawanya bisa membuat Amelia kembali ke jalan yang Sementara itu, Amelia sangat terkejut. Tanpa dugaannya sama sekali, Angelina mengetahui identaitasnya. “Nona Amelia? Aku Ketty ... Namaku Ketty, bukan Nona Amelia,” ucap Amelia masih belum mengaku. “Sudahlah, Nona. Buka topengmu. Jika kau ingin membunuhku, silahkan saja. Aku tidak akan melawannnya,” kata Angelina pasrah. Amelia mulai cemas. Ia mulai curiga bahwa Angelina datang bersama dengan Levon dan orang-orang kepercayaannya. “Aku bukan Nona Amelia!” teriak Amelia. “Aku Ketty ... Aku memanggilmu kesini untuk menyelesaikan masalahku. Tapi kau justru berpihak pada wanita itu.” Amelia masih mempertahankan penyamarannya. Lalu ia berjalan cepat ke arah sudut pintu. Ia melihat layar pengintai aktifitas di luar, depan dan sekitar kamarnya. Tidak ada siapa-siapa, batinnya. Lalu ia kembali memutar ba
“Sayang sekali, padahal kue ini sangat enak,” ucap Amelia sambil meletakkan kue itu ke wadahnya“Em kalau begitu, makanlah,” kata Angelina setengah mengetes.“Ah aku sudah kenyang ... aku sudah banyak menghabiskan kue ini,” kilah Amelia tersenyum paksa, menutupi rasa kesalnya.“Ow ya, Ketty. Rumahmu dimana?” tanya Angelina.“Hemmm dekat dengan mansion Tuan Leo,” jawab Amelia.“Apa Tuan Leo mengenalmu?” tanya Angelina memancing.“Emmm tidak ... Tuan Leo tidak mengenalku,” kilah Amelia. “ow ya lanjutkan pembahasan yang tadi ... Jadi bagaimana menurutmu? Apa aku harus mengalah?”“Terkadang kita harus mengalah demi kebahagiaan orang yang kita cintai,” jawab Angelina bijak. “Tapi aku tidak sudi wanita iblis itu merebut orang yang aku cintai ... Hanya aku yang pantas mendampinginya, bukan wanita iblis itu,” respon Amelia sedikit emosi. Tatapan tajamnya mulai diperlihatkan pada Angelina. “tunggu ... Apa itu artinya kau mendukung wanita itu merebut pujaan hatiku?” tanyanya.Angelina menghela
“Ya, Tuan.” Angelina mengangguk dengan tatapan serius “aku siap kehilangan nyawa asal Nona Amelia kembali menjadi orang baik. Karena aku memang salah.”Mendengar itu, Levon terharu. Ia menatap Angelina dengan tatapan bangga. Jack dan teman-temannya pun merasakan hal yang sama.“Aku tidak salah memilih calon istri ...” ucap Levon dengan tatapan lembut. Lalu ia mengambil ponsel Angelina. “Aku tidak akan membiarkan calon istriku celaka.”Angelina meneteskan air mata, lalu ia spontan memeluk Levon.“Tuan, aku stress. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali menjadi istri Tuan, tapi disisi lain ... aku kasihan pada Nona Amelia. Aku tidak mau merebut Tuan darinya,” kata Angelina menangis dalam pelukan Levon. Lalu ia melepas pelukannya dan mendongak menatap penuh arti pada calon suaminya itu. “Menikahlah saja dengan Nona Amelia, Tuan.”“Aku menyayangi Amelia. Dia adikku, dan selamanya statusnya tidak berubah ... Sementara kau, Angel. Kau adalah calon istriku,” respon Levon tersenyu
Dengan pakaian khas pria bertopeng, Amelia menunggu di salah satu kamar apartemen British, kira-kira jarak tempuhnya sekitar satu jam dari apartemen Hoston. Amelia sudah menyelipkan sebuah pisau di sela-sela lubang sofa. Ia juga mencampurkan racun di makanan ringan berupa kue keju yang ada di atas meja. “Leo sudah berbohong padaku, Angelina tidak pulang ke Washington.” Angelina sangat marah, ia sudah tidak sabar ingin bertemu gadis itu dan segera membunuhnya. “Aku pastikan hari adalah hari terakhirnya bisa bernapas!” Sementara itu, Jack bergerak cepat setelah menerima pesan dari Levon. Ia melacak nomor ponsel yang diberikan Sang Tuan. “kamar nomor 987,” ucap temannya pada Jack setelah berhasil melacak keberadaan pemilik nomor itu. Jack dan teman-temannya menyusuri setiap lorong, menaiki lift untuk sampai ke kamar teratas yang ada di apartemen British. Salah satu di antara mereka menyamar sebagai cleaning service, namanya Sancho. TOK! TOK! Sancho mengetok pintu kamar Amelia, se
Levon tampak duduk di kursi ruangan makan yang ada di apartemen Hoston. Ia sudah janjian dengan Angelina untuk makan bersama.“Hem dia sangat cantik,” gerutu Levon ketika melihat Angelina datang. Ia memandangi penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Kecantikannya sangat natural.“Tuan sudah menunggu lama?” tanya Angelina sambil menarik kursi makan yang menghadap Levon.“Hemm dua menit yang lalu,” jawab Levon. lalu ia memanggil waitress“Mau makan apa, Angel?” tanya Levon, Angelina pun mengamati daftar menu makanan dan minuman yang ada di hadapannya.“Tuna sandwich, terus minumannya emmm ...lemon tea.”“Dua tuna sandwich, dua lemon tea,” ulang Levon pada waitress yang berdiri di samping meja makan mereka.“Baik, mohon ditunggu.”Angelina terkekeh pelan, “Kenapa Tuan memesan menu yang sama?”“Karena sebent
Amelia turun dari atas dan bepura-pura tidak mengetahui apa-apa. Dengan mengenakan pakaian olaharaga, ia menghampiri mereka.“Hai,” sapa Amelia ramah. “Selamat pagi semuanya.”“Pagi,” jawab mereka bersamaan.“Mau kemana, nak?” tanya Emma perhatian. Sebenarnya ia merasa kasihan dan tidak tidak tega mendengar keputusan Levon mengirim sepupunya itu kembali ke Turki.“Mau olahraga, Anne,” jawab Amelia. “Ya udah dulu, lanjutkan obrolan kalian.”Amelia berjalan ke luar mansion. Ia ingin melarikan diri tanpa naik mobil karena orang-orang kepercayaan Levon ada dimana-mana.Pandangannya mengawasi sekitar jalan. Dirasa aman, ia meyetop taksi yang kebetulan lewat.“Nona Amelia?” tanya supir taksi itu setelah tahu siapa penumpangnya.“Hem antarkan aku ke toko pakaian terdekat,” titah Amelia. “cepat, aku terburu-buru.”“B
“Arg! Sial!” teriak Amelia menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu ia berdiri lagi dan mulai merusak barang-barang miliknya di kamar itu.“Leo!” teriaknya lagi penuh emosi. Kali ini ia mengacak-acak sprei kasur. “Apa kau menginginkan aku mati? Kenapa kau tak mencegahku, Leo? Kenapa kau malah mengantar wanita iblis itu pulang?”Angelina sangat marah karena setelah mengirim video itu, Levon justru tidak panik dan berusaha datang menemuinya.“Leo!” teriakannya lebih kencang hingga suaranya serak. “gara-gara wanita iblis itu, kau jauh dariku!”Sementara itu Levon sudah sampai di mansion. Kedatangannya ditemui Emma.“Leo kenapa pulang? Dimana Angel? Bukannya kau mengantarkan Angel ke Washington?” tanya Emma cemas.“Tidak, Anne. Leo mengantarnya ke apartemen Hoston. Sementara waktu dia lebih baik tinggal di sana sampai keadaan di mans
Amelia mengirimkan sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang melakukan aksi percobaan bunuh diri dengan cara memakan serbuk sabun cuci.“Ada apa, Leo?” tanya Emma sekilas melihat perubahan ekspresi wajah Levon.“Hem tidak ada apa-apa, Anne,” kilah Levon. Beruntung ia barusan menekan mute suara di ponselnya.“Hem Anne kira ada sesuatu.”Levon menggelengkan kepala. Lalu pandangannya bergeser ke arah Angelina. “Ow ya, Angel. Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Tuan. Aku minta bantuan pada Fred saja,” respon Angelina menolak. Ia berusaha menghindar dari Levon.“Biarlah Levon yang mengantarmu pulang, Angel,” kata Emma.“Tidak perlu ....” Angelina berhenti berbicara ketika Emma menatapnya dengan isyarat dirinya tidak boleh menolak dihantar Levon. “Baik, Anne.”Malam ini aja aku menuruti permintaan Anne. Setelah ini aku akan m
“Nona, jangan lakukan itu.” Yang tadinya Angelina diam seribu bahasa, akhirnya bersuara. Tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku tidak akan menerima perjodohan ini. Maafkan aku ... aku gadis yang tidak tahu diri. Seharusnya dari dulu aku tidak hadir dalam keluarga Tuan Leo.” “Jika kau menyadari semua kesalahanmu, pergilah sekarang juga!” bentak Amelia pada Angelina dengan sorot mata tajam. “Jika kau tidak ingin melihatku mati, pergilah sejauh mungkin dan jangan perlihatkan wajahmu lagi! Kalau perlu pindah Negara!” Angelina meneteskan air mata, “Baik, Nona. Aku akan pergi dari kehidupan Tuan Leo. Aku akan menjauh dari Tuan Leo ... Maafkan semua kesalahanku. Sejujurnya aku tidak pernah punya niat merebut Tuan Leo dari Nona.” Angelina pun berlari ke kamarnya dengan tangisan, sedangkan sedari tadi tatapan tajam Levon tetap menyorot pada Amelia. “Menikahlah denganku, Leo. Aku janji akan menjadi istri yang baik untukmu,” ucap Amelia dengan buliran tangisan, me