Permainan masih terus berlanjut, Levon mengembalikan kesadaran Elanga alias tidak membiarkannya pingsan.
“Apa lagi yang Tuan akan lakukan pada saya? Saya sudah kesakitan Tuan, jangan siksa saya lagi. Saya mohon, saya akan menuruti semua permintaan Tuan. Lepaskan saya, Tuan. Saya akan memberitahu keberadaan mereka.” Elanga memelas sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, apalagi peluru yang masih tertanam di tangan kanannya semakin membuatnya tersiksa.
“Aku punya hadiah untukmu, Elanga.” Levon memberika remot kontrol itu pada Jack, Lalu ia mengambil sebuah pistol yang tak jauh dari jangkauannya.
“Jangan ... Jangan bunuh Saya.” Elanga panik melihat Levon memainkan pistolnya.
“Siapa yang akan membunuhmu, Elanga? Aku tidak akan menembakmu, tapi ....” Levon meneruskan kalimatnya dengan memukulkan pistol itu ke tangan kiri Elanga.
“Tidakkkk ...Sakit, sa-kittt ....”
Elanga Menjerit kuat mendapat pukulan bertubi-tubi dari Levon. Tak sa
Angelina dan keluarganya menyambut hangat kedatangan pemilik perusahaan Leo Group itu.“Selamat datang di rumah kami yang sederhana ini, Tuan,” ucap Katerina menerbitkan senyuman terbaiknya.“Kami baru saja membeli rumah ini. Dan ini semua berkat Tuan Leo. Kami tidak akan melupakan jasa Tuan kepada keluarga kami. Tuan benar-benar manusia yang dikirim Tuhan untuk menolong kami.” Harry berucap dengan tatapan haru pada Levon. Bagaimana pun juga pria tampan di hadapnnya itu yang sudah mengambalikan perusahaan keluarganya kembali dari tangan Rose dan Frankie.“Benar, Tuan. Kami--” baru saja Enola berucap, Levon sudah menyelanya.“Hemm ya, ya, sama-sama ... Ow ya aku sangat menyukai rumah ini, tinggal direnovasi sedikit semakin cantik.” Levon mengalihkan perhatian dengan mengedarkan pandangan ke setiap sudut yang ada di rumah mereka. Ia tidak ingin mereka terlalu berlebihan menganggap dirinya seorang pahlawan.
Para penjahat benar-benar tidak bisa bergerak, mereka dikepung oleh orang-orang kepercayaan Levon. Tidak ada tempat bersembunyi!Berita penangkapan para penjahat menghiasi seluruh stasiun televisi, tentu itu membuat Angelina penasaran, “Apa keperluan Tuan Leo menemuiku? bukankah para penjahat sudah tertangkap semua? Apakah ada lagi selain mereka?”Di pagi hari yang cerah, Angelina bertanya dalam hatinya sambil memperhatikan Levon yang sedang menerima telepon dari seseorang.Levon menghampiri Angelina dan Katerine yang menunggunya di ruang tamu, “Hem maaf, barusan Jack menelponku.”Baru saja Levon mendaratkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Angelina dan Katerina, ia langsung mendapat pertanyaan dari sang pengacara muda, “Tadi malam Tuan datang kesini untuk menemui saya karena Tuan membutuhkan bantuan saya. Memang ada hal penting apa, Tuan? Apakah ini berkaitan dengan Elanga dan teman-temannya?”“Hem
“Tunggu apa lagi, Angel. Cepat kemasi barang-barangmu,” titah Levon sedikit marah, membuat Angelina mengangguk dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.Katerine yang sedari tadi menguping pembicaraan Levon dan Angelina, juga ikut panik dan menghampiri orang nomor satu itu.“Ada apa, Tuan? Di New York baik-baik saja, 'kan?” tanya Katerine panik.Levon membisikkan sesuatu pada Keterine “Maaf, Nyonya. Barusan aku hanya akting agar Angelina mau ikut denganku ke mansion lagi.”Yang tadinya Kaerine panik, kini wajahnya berseri-seri, “Jantung saya hampir lepas. Saya kira ada hal buruk yang terjadi di New York ... Tuan ada-ada saja.”“Maafkan anak saya Tuan. Tadi malam dia menangis. Dia terpaksa meninggalkan mansion karena .... ” kata Katerine lagi yang tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia tampak sedih dan menatap penuh arti pada Levon.“Angelina gadis yang polos, baik, cerdas
Victor, Balo, dan Dean semakin tak bisa mengelak ketika petugas kepolisian memutar video rekaman kebersamaan mereka dengan Elanga dalam menyusun recana pembunuhan terhadap Tuan Leo.“Apa kalian terkejut video ini dapat darimana? Kalian sudah salah pilih musuh. Orang-orang kpercayaan Tuan Leo ada dimana-mana,” ucap salah satu petugas kepolisian dengan senyuman miring, “Dan sebenarnya kami hanya mengetes kejujuran kalian. Ternyata kalian masih berusaha menyembunyikan kejahatan kalian. Tapi maaf kepandaian kalian tidak berguna untuk mengelabuhi kami.”BRAK!Mendadak Victor menggebrak meja dengan penuh emosi, “Itu tidak benar!, kalian pasti sudah menjebak kami!”“Masih mau mengelak? Apakah mau kami perlihatkan bukti-bukti lainnya?” tanya salah satu petugas lainnya dengan sesantai mungkin.BRAK!Victor kembali menggebrak meja dengan tatapan menyala, “Tuan Leo pasti menyuruh kalian Untuk merenc
Lampu lalu lintas berganti, Levon melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan standart. “Siapa dia, Tuan? Kejahatan apa yang dia lakukan?” tanya Angelina penasaran. “Apa kau kenal Brandon? Dia seorang pembunuh bayaran.” “Mengapa Tuan membiarkan penjahat itu berkeliaran di luar?” tanya Angelina heran. “Dia orang yang sangat sombong. Aku ingin memberikan hukuman atas kesombongannya di luar penjara,” jawab Levon tersenyum kecil. “Tapi jika terus dibiarkan berkeliaran di penjara, dia bisa membahayakan nyawa orang lain. Tuan harus segera menangkapnya,” saran Angelina setegah mengingatkan Levon. “Dia sudah diawasi orang-orang kepercayaanku.” “Tapi itu tetap saja bisa membahayakan keselamatan orang lain, Tuan,” sanggah Angelina, membuat Levon semakin mengangumi sosok sang pengacara muda itu. “Dia orang yang sangat ambisius. Dia tidak akan membunuh orang lain sebelum membunuh target orang yang harus dibunuh,” jelas
“Apa Tuan sangat yakin?” tanya Angelina masih ragu.“Em tentu saja aku sangat yakin,” jawab Levon memasang wajah penuh keyakinan, meskipun sebenarnya ia masih perlu mencari tahu penyebab sikap Amelia pada Angelina.“Sungguh?” tanya Angelina sekali lagi, memastikan bahwa ucapan Levon benar.“Bawel, mendingan sekarang kau beristirahat. Sekarang aku mau menemui Elanga dan teman-temannya,” ucap Levon setengah mengalihkan perhatian Angelina agar tidak terus memikirkan masalah ini.“Sekarang? Tuan 'kan juga perlu beristirahat,” ucap Angelina penuh perhatian. Levon berhasil, sekarang gadis cantik itu seperti melupakan begitu saja masalahnya dengan Amelia.“Aku sebenarnya tidak ingin tidur. Apakah ada pekerjaan untukku?” tanya Angelina.“Hem jika itu kemauanmu, kau bisa pergi ke perusahaan. Disana kau bisa berinteraksi dengan banyak orang, dan tentu saja kau bisa bel
Levon terpaksa memberikan tamparan pertama kali dalam seumur hidupnya pada Amelia, “Kau sudah kehilangan akalmu, Amel. Sadar, Amel.”Wajah Amelia memerah. Ia menatap Levon dengan wajah sedih, “Kau menamparku, Leo?”“Aku bisa lebih kasar untuk menyadarkan kesalahanmu,” ucap Levon menatap serius pada Amelia meskipun hatinya saat ini sangat sedih karena terpaksa memberikan tamparan itu. “Lihatlah dirimu! Apa kau Amelia? Aku rasa bukan. Kau bukan Amelia yang aku kenal.”“Aku seperti ini karena dirimu, Leo. Aku Sangat mencintaimu. Dan aku tidak akan membiarkan wanita lain mendapatkanmu,” ucap Amelia yang akhirnya jujur dan mengungkap isi hati yang telah dipendamnya sejak lama. Lalu, di detik berikutnya ia menatap tajam dipenuhi amarah pada Levon, tetapi kemarahannya itu ditujakan pada orang lain. “termasuk Angelina!”“Cinta itu bisa membuat orang jahat menjadi orang baik. Cinta bisa
Levon membopong tubuh Amelia ke dalam mansion. Azmir, Emma, dan Angelina terperanjat melihat keadaan sepupu Tuan Leo itu. Namun, mereka lebih terkejut dengan penampilan Amelia. “Ada apa dengan Amel, Leo?” tanya Emma cemas. “Apa dia baik-baik saja?” “Amel baik-baik saja, Anne. Dia hanya kurang tidur,” jawab Levon sambil tetap melangkah membopong tubuh Amelia ke arah kamar. Azmir, Emma, dan Amelia pun mengikuti dari belakang. Di kamar Amelia, Levon membaringkan sepupunya itu di kamar dan menyelimutinya. “Apa yang sebenarnya terjadi, Leo?” tanya Emma masih penasaran. “tadi dia tampak sehat-sehat saja.” “Dia tidak keracunan 'kan, Tuan?” tanya Angelina panik. “Kita panggil dokter saja,” tambah Azmir. “Tidak perlu, Baba,” respon cepat Levon sambil menoleh ke arah Azmir. “Amelia baik-baik saja. Dia pingsan karena aku memberikan suntikan bius padanya.” “Hah?” “Disuntik bius?” “Apa? Kenapa Ame