Untuk kedua kalinya, istana kerajaan Purawa menjadi ajang perebutan kekuasaan, itu terjadi karena kehausan kekuasaan oleh segelintir orang.Bammmmmmmmm!!Di atap istana, Arya yang kini membawa nama kerajaan, atas nama pangeran Candra sedang bertarung dengan ketua Bernadi, Pertarungan keduanya sudah meruntuhkan banyak bangunan istana."Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin istana akan mengalami banyak kerusakan!" kata Arya dalam hatinya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras dan menyerang ketua Bernadi, mencoba membawa ketua Bernadi untuk menjauh dari atap istana, tapi ketua Bernadi sepertinya sudah nyaman dengan pertarungan di atas atap.Dengan gerakan ringan, keduanya saling adu tenaga dalam dan juga ilmu meringankan tubuh.Wajah ketua Bernadi cukup kaget saat pertama kali adu tenaga dalam dengan Arya, dia jadi ingat perkataan ketua Son Chong yang mengatakan jika pemilik tubuh petir masih hidup."Ternyata kau pemilik petir itu, anak muda!" kata ketua Bernadi."Benar! Aku memang p
"Aku? Mencabut senjata hanya untuk melawanmu? Sepertinya tidak perlu!" kata Arya."Kurang ajar, kau meremehkan aku, bocah!" maki ketua Bernadi.Dengan gerakan memutar pedangnya, ketua Bernadi datang dengan serangan yang berbahaya, setiap ayunan pedangnya terdengar suara angin yang menderu bagaikan topan."Matilah!"Ketua Bernadi ayunkan pedangnya, dan dia melihat Arya tidak mencoba menjauh dari serangan ayunan pedangnya itu.Trangggg!!"Tidak mungkin!"Ketua Bernadi kaget, dan termangu sejenak karena Arya menahan ayunan pedangnya dengan tangan kosong, dan itu yang paling membuat ketua Bernadi tidak percaya tangan Arya, tidak mengalami lecet sedikitpun.Ketua Bernadi tahu kekuatan yang dia keluarkan dalam mengayunkan pedangnya itu, jangankan tangan manusia, pohon sebesar gunung pun akan terbelah jika menahan pedang nya itu.Keadaan ketua Bernadi yang sangat kaget itu di gunakan Arya dengan baik.Tinju penghancur batu!Dalam ketermanguan itu, ketua Bernadi hanya terlambat sedikit saja m
Arya masih terus berusaha menjatuhkan ketua Bernadi, meskipun sudah mengalami banyak luka, tapi ketua Bernadi masih mampu bertahan dari setiap serangan Arya.Crasssssss!!Saat memiliki satu kesempatan, Arya menebas ke arah punggung ketua Bernadi, ketua Bernadi mencoba menghindari serangan itu, tapi yang terjadi malah tangan kirinya yang jadi sasaran ketajaman pedang urat petir.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Ketua Bernadi harus merelakan satu tangannya buntung, dan yang paling membuatnya terkejut tangannya gosong menjadi hitam.Selain itu, dia juga merasakan energi yang merusak mencoba memaksa masuk ke dalam tubuhnya.Tukkkkkk!!Ketua Bernadi langsung menotok pergelangan tangan yang sudah buntung, dan itu dia lakukan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada tangannya itu."Setelah tanganmu, sebentar lagi lehermu yang akan buntung!' kata Arya.Ketua Bernadi tidak lagi menjawab, dia meyakini itu, dia sudah kalah, hanya harga diri saja yang membuat dia tidak menyerah pada Arya."Aku akan ber
Di tengah-tengah sebuah hutan yang cukup rimba, berdiri sebuah perguruan yang sudah cukup terkenal di dunia persilatan.Perguruan itu bernama Perguruan Matahari, dan itu merupakan perguruan yang sudah berdiri selama ratusan tahun. Selama ratusan tahun ini, Perguruan itu selalu berada di puncak dunia persilatan, namun sejak beberapa tahun belakangan ini, perguruan itu mulai alami kemunduran, karena mereka tak memiliki murid-murid berbakat.Selain itu, Ketua besar perguruan itu juga tidak sekuat ketua-ketua Perguruan sebelumnya, hingga ketua perguruan itu tak terlalu dihargai di dunia persilatan.Di salah satu sudut perguruan itu. Bukkkk!!Seorang pemuda berusia lima belas tahun didorong, hingga tubuhnya terjerembab ke jatuh ke tanah. "Dasar bodoh! Untuk apa kau berada di sini, jika tidak mampu bertahan dari kami?" "Apa salahnya?" teriak pemuda itu. Plakkkkkk!Jawaban untuk pertanyaan anak muda adalah sebuah tamparan yang sangat keras, saking kerasnya itu membuat seluruh tubuh anak
Begitu bayangan misterius itu hilang, Arya langsung tersentak, dan bangun dari tempat tidurnya. Keringat dingin membanjiri sekujur tubuh anak muda itu, dan semua itu karena kejadian yang baru saja dia alami. "Hanya sebuah mimpi!" ucap Arya, dan kembali untuk tidur.Namun, saat ia rebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya, dan itu membuat Arya membalikkan alas yang menutupi tempat tidur itu. Mata Arya terbelalak, karena itu adalah sebuah buku kecil yang cukup tebal, dan Arya pun mengambil buku kecil itu."Kitab ilmu kanuragan?" desis Arya tak percaya.Arya kembali ingat akan mimpi yang baru saja dia alami, dan kitab di tangannya seolah-olah menujukkan kalau itu bukan sekedar mimpi saja. "Apakah ini sungguh nyata?" gumam Arya.Arya membuka lembaran kitab itu, dan ia melihat jurus-jurus yang merupakan jurus tingkat tinggi di lembaran-lembaran kitab itu. "Apakah mungkin kalau yang aku alami bukan sebuah mimpi?" gumam Arya.Arya masih
Diam-diam, Arya berlatih dengan mengunakan kitab yang diberikan pemuda misterius lewat mimpinya. Arya tahu perduli akan hari yang dingin, dan memilih untuk latihan di dalam hutan yang cukup luas itu. Hingga saat malam hari datang, barulah Arya kembali ke pondok Sanjaya, itu pun hanya sekedar untuk istirahat saja. "Hari ini sungguh melelahkan!" ucap Arya.Namun, dengan menggunakan kitab itu sebagai acuan untuk berlatih, Arya merasakan kalau dia mendapatkan peningkatan yang nyata.Kitab itu memang mengajarkan semuanya dari nol, hingga Arya merasa kalau semua yang dia latih saat ini benar-benar memulai dari awal lagi. Saat pagi hari, sebelum orang-orang yang menggangunya muncul, Arya kembali masuk ke dalam hutan, dan berlatih dasar-dasar ilmu kanuragan."Sebelum guru kembali, aku sudah harus tuntas dalam latihan dasar ini!" ucap Arya.Semua latihan dasar di kitab itu dipelajari oleh Wira, dari latihan memperkuat otot bawah, hingga semua ototnya dia latih. Dalam waktu satu purnama, t
Saat pagi hari, sebelum Arya bangun dari tidurnya, Sanjaya mengumpulkan banyak batu. Dari batu kecil hingga batu besar, yang mana semua batu itu dikumpulkan di belakang pondoknya. Suara batu-batu yang dikumpulkan, itu membangunkan tidur, Arya, dan bocah itu keluar dan melihat semua batu itu. "Guru, untuk apa semua batu ini?" tanya Arya. "Batu ini akan jadi sasaran latihanmu, Arya!""Batu jadi sasaran latihan?" kata Arya bingung. "Iya! Seperti yang sudah guru katakan kemarin, kau harus memperkuat kedua tangan dan kakimu bukan?""Terus?" Sanjaya tidak menjawab, namun dia menuju ke arah sebuah batu, dan langsung memukul batu itu, dan ia melakukan itu kembali tanpa tenaga dalam. Bammmmmmm!!Batu sasaran pukulan Sanjaya langsung hancur, dan itu terlihat di mata Arya. "Dengan hancurkan batu ini dengan pukulan, maka itu akan memperkuat tinjumu!" kata Sanjaya. Setelah itu, Sanjaya memegang erat sebuah batu, dan dengan satu kali tekan saja, batu itu hancur."Ini akan memperkuat peganga
Aura di tubuh Arya semakin menakutkan saat amarah ditubuhnya semakin tak bisa Arya tahan, dan itu membuat tiga orang yang menganggunya mulai menujukkan wajah yang pucat. "Kabur!" teriak Boim dan langsung balik badan sebelum dua rekannya mengikuti dirinya untuk kabur. Arya yang masih marah, merasa heran akan hal itu, namun ia tak sadari semua itu, tak sadari kalau tubuhnya mengeluarkan aura yang sangat menakutkan."Aku selamat, aku harap mereka tak lagi ganggu diriku," ucap Arya dan terduduk lemas di atas batu-batu yang berada di belakang pondok Sanjaya itu. Namun itu hanya sesaat saja, karena Arya langsung bangkit."Aku harus lebih kuat, jika tidak, aku akan selamanya berada dalam siksaan mereka!" ucap Arya. ***Perguruan Matahari, merupakan salah satu perguruan yang memiliki nama yang cukup besar di dunia persilatan.Saat ini, Perguruan Matahari dipimpin oleh Ki Badrun, seorang pendekar dengan tingkatan pendekar dewa tahap tiga.Namun, sesungguhnya tingkatan Ki Badrun itu hanya t
Arya masih terus berusaha menjatuhkan ketua Bernadi, meskipun sudah mengalami banyak luka, tapi ketua Bernadi masih mampu bertahan dari setiap serangan Arya.Crasssssss!!Saat memiliki satu kesempatan, Arya menebas ke arah punggung ketua Bernadi, ketua Bernadi mencoba menghindari serangan itu, tapi yang terjadi malah tangan kirinya yang jadi sasaran ketajaman pedang urat petir.Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!Ketua Bernadi harus merelakan satu tangannya buntung, dan yang paling membuatnya terkejut tangannya gosong menjadi hitam.Selain itu, dia juga merasakan energi yang merusak mencoba memaksa masuk ke dalam tubuhnya.Tukkkkkk!!Ketua Bernadi langsung menotok pergelangan tangan yang sudah buntung, dan itu dia lakukan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada tangannya itu."Setelah tanganmu, sebentar lagi lehermu yang akan buntung!' kata Arya.Ketua Bernadi tidak lagi menjawab, dia meyakini itu, dia sudah kalah, hanya harga diri saja yang membuat dia tidak menyerah pada Arya."Aku akan ber
"Aku? Mencabut senjata hanya untuk melawanmu? Sepertinya tidak perlu!" kata Arya."Kurang ajar, kau meremehkan aku, bocah!" maki ketua Bernadi.Dengan gerakan memutar pedangnya, ketua Bernadi datang dengan serangan yang berbahaya, setiap ayunan pedangnya terdengar suara angin yang menderu bagaikan topan."Matilah!"Ketua Bernadi ayunkan pedangnya, dan dia melihat Arya tidak mencoba menjauh dari serangan ayunan pedangnya itu.Trangggg!!"Tidak mungkin!"Ketua Bernadi kaget, dan termangu sejenak karena Arya menahan ayunan pedangnya dengan tangan kosong, dan itu yang paling membuat ketua Bernadi tidak percaya tangan Arya, tidak mengalami lecet sedikitpun.Ketua Bernadi tahu kekuatan yang dia keluarkan dalam mengayunkan pedangnya itu, jangankan tangan manusia, pohon sebesar gunung pun akan terbelah jika menahan pedang nya itu.Keadaan ketua Bernadi yang sangat kaget itu di gunakan Arya dengan baik.Tinju penghancur batu!Dalam ketermanguan itu, ketua Bernadi hanya terlambat sedikit saja m
Untuk kedua kalinya, istana kerajaan Purawa menjadi ajang perebutan kekuasaan, itu terjadi karena kehausan kekuasaan oleh segelintir orang.Bammmmmmmmm!!Di atap istana, Arya yang kini membawa nama kerajaan, atas nama pangeran Candra sedang bertarung dengan ketua Bernadi, Pertarungan keduanya sudah meruntuhkan banyak bangunan istana."Jika terus seperti ini, bukan tidak mungkin istana akan mengalami banyak kerusakan!" kata Arya dalam hatinya.Haaaaaaaaaaa!!Arya berteriak keras dan menyerang ketua Bernadi, mencoba membawa ketua Bernadi untuk menjauh dari atap istana, tapi ketua Bernadi sepertinya sudah nyaman dengan pertarungan di atas atap.Dengan gerakan ringan, keduanya saling adu tenaga dalam dan juga ilmu meringankan tubuh.Wajah ketua Bernadi cukup kaget saat pertama kali adu tenaga dalam dengan Arya, dia jadi ingat perkataan ketua Son Chong yang mengatakan jika pemilik tubuh petir masih hidup."Ternyata kau pemilik petir itu, anak muda!" kata ketua Bernadi."Benar! Aku memang p
Dua tubuh berada di halaman istana kerajaan Purawa, mereka adalah tahanan dari kerajaan tahanan yang seharusnya tidak mendapatkan perlakukan seperti itu.Hahahaha!"Saat matahari pagi datang, kalian berdua akan menuju pencipta kalian!" kata raja Haripan yang sangat senang karena dua orang dia takuti itu akan mati di tiang gantungan.Keduanya adalah Patih Kuroda dan Mahapatih Tengguru. Keduanya akan di hukum gantung demi kesenangan hati raja gadungan, raja Haripan."Jangan bangga hanya karena kau jadi raja, Haripan! Kau akan merasakan hal yang jauh lebih sakit dari yang kamu rasakan ini!" kata Mahapatih Tengguru."Apa? Katakan saja apa yang sakit itu, hah?" bentak raja Haripan.Plakkkkkk!!Tidak hanya ucapan yang keluar, tapi tangan raja Haripan juga bergerak menampar wajah Mahapatih Tengguru."Tunggu saja saat pagi, kalian akan tewas, tewas di tiang gantungan!" kata raja Haripan dan tinggalkan dua tawanannya itu.***Matahari pagi mengintip dari balik gunung yang menutupi kota Wan, da
Raja Yuda dan seluruh keluarga kerajaan kaget saat Resi Gunin datang mengunjungi mereka, itu hal yang tidak mereka sangka, karena mereka tahu Resi Gunin tidak akan tinggalkan istana kerajaan."Ada apa ini Resi? Aku tidak percaya jika Resi datang menemui kami!" kata Raja Yuda."Tidak ada yang penting, aku hanya ingin bertemu dengan Pangeran Angga, aku merindukan muridku itu!" kata Resi Gunin belum juga mengatakan tujuan kedatangannya yang sebenarnya."Benarkah hanya itu?" tanya Raja Yuda."Hehehehe! Kau selalu mampu membaca pikiran orang dari raut wajahnya, yang mulia!' kata Resi Gunin terkekeh."Aku yakini itu, kau tidak mungkin tinggalkan istana jika tidak ada yang perlu. Benar bukan, Resi?" tanya Raja Yuda."Aku memang datang karena aku inginkan bicara dengan kalian, khususnya dengan Pangeran Angga!" kata Resi Gunin."Aku guru? Ada apa dengan diriku?" tanya Pangeran Angga.Resi Gunin tidak menjawab, tapi dia malah mendekati sebatang pohon besar, dan bersandar dengan santai ke batang
Dengan topeng naga berwana peraknya, Arya melesat dari hutan pelangi menuju kota Wan, ibukota kerajaan Purawa.Saat dia tiba, kerajaan itu sedang berbenah untuk mengangkat raja baru, penguasa baru negeri Purawa, raja Haripan.Saat mereka merebut kerajaan, ayahnya Haripan, Ki Sangkuni belum resmi jadi raja, jadi Haripan memutuskan akan melakukan pesta besar untuk mengangkat dirinya sebagai penguasa dan raja seutuhnya, raja yang kuasai seluruh wilayah kerajaan Purawa."Apa kalian berpikir aku akan biarkan kerajaan ayahku akan jadi milik kalian? Itu hanya ada dalam mimpi kalian!" kata Arya.Undangan sudah disebarkan oleh prajurit untuk mengundang Adipati yang ada di seluruh pelosok negeri itu, dan itu membuat wajah Haripan semakin yakin jika semua yang akan dia lakukan itu pasti tidak akan gagal."Aku akan pastikan di hari pengangkatanmu, akan jadi hari kedatangan ayah dan ibu!" kata Arya.Arya membiarkan semuanya seolah terjadi, tapi sesungguhnya dia sudah mulai bergerak sedikit demi se
Ki Sangkuni melihat ke arah perutnya, dan sebilah pisau sudah tertancap di perutnya. Darah merah mengucur dari perut buncitnya dan itu membuatnya tidak percaya jika yang menusuknya adalah putranya sendiri."Apa ... apa yang sudah kau katakan pada putraku?" kata Ki Sangkuni dengan suara terbata-bata sambil menunjuk ke arah ketua Bernadi.Jangan Ki Sangkuni yang merasakan sakit, ketua Bernadi juga tidak akan menyangka jika Haripan akan membunuh ayahnya sendiri tepat dihadapannya."Dia manusia yang sangat berbahaya!" kata ketua Bernadi dalam hatinya.Bammmmmmmmm!!Tidak hanya menusuk perut Ki Sangkuni, ketua Haripan juga memberikan satu tendangan yang melemparkan tubuh Ki Sangkuni. Mata Ki Sangkuni melotot tajam pada putranya, dan menunjuk dengan tangan yang merah penuh darah."Kau ... kau akan mati lebih menyakitkan dari kematianku ini!" kata ki Sangkuni sebelum akhirnya melepaskan nyawanya dari tubuhnya."Kau ayah yang egois!" kata ketua Haripan tanpa sedikitpun merasa kasihan pada or
"Ayah, sampai kapan kita akan membiarkan keluarga kerajaan hidup?" tanya ketua Haripan pada ayahnya, Ki Sangkuni."Itulah yang sedang ayah pikirkan, Haripan. Jika kita terus biarkan mereka hidup, pasti penduduk kota masih berharap mereka yang menjadi raja," kata Ki Sangkuni."Jadi apa yang harus Haripan lakukan ayah?" tanya ketua Haripan."Besok pagi, jemput keluarga kerajaan, termasuk Ki Sena! Kita akan hukum gantung mereka," kata Ki Sangkuni."Apa ayah tidak akan bertanya pada ketua Bernadi?" tanya Haripan."Sialan! Jangan sebut namanya di hadapanku, aku sudah salah meminta bantuan pada ular itu!" kata Ki Sangkuni."Hati-hati bicara ayah, nanti didengarkan oleh ketua Bernadi!" kata ketua Haripan mengingatkan ayahnya.Ki Sangkuni tidak dapat untuk tidak geram, dia menjadi penguasa, tapi dai harus menjaga dirinya dalam mengucapkan sesuatu, itu karena rasa takut pada orang yang sudah dia bayar."Kau saja yang temui ketua Bernadi, katakan jika besok kita akan gantung mati seluruh keluar
Layaknya seorang raja, Ki Sangkuni memakai pakaian kebesaran dan menjadi penguasa baru di kerajaan Purawa. Meskipun itu tidak menutupi jika dia selalu di bawah tekanan dari ketua kelompok teratai kuning, ketua Bernadi."Aku harap kau jangan lewati batas mu, ingat, bos nya disini adalah aku!" kata ketua Bernadi.Ki Sangkuni tidak dapat menjawab, dia hanya menahan rasa geram pada ketua Bernadi. Ingin rasanya dia habisi ketua Bernadi, tapi itu sama dengan bunuh diri."Mulai hari ini, istana ini adalah markas utama dari kelompok teratai kuning, jadi kau harus hormati anggota ku, jika tidak jangan salahkan jika kau akan turun dari tahtamu itu!" lanjut ketua Bernadi mengancam Ki Sangkuni."Itu tidak mungkin ketua! Bagaimana mungkin sebuah istana menjadi markas sebuah kelompok hitam!" kata Ki Sangkuni.Whusssssssss!!Tappppp!!Bammmmmmmmm!!Ketua Bernadi bergerak dan itu tidak dapat diikuti mata Ki Sangkuni, lehernya langsung di cengkeram, dan tubuhnya dihempaskan ke dinding istana."Apanya