"Benarkah jika Ki Rembang, Tabib Tujuh Penjuru Mata Angin?" tanya Arya inginkan jawaban yang sesungguhnya."Iya, itulah julukan Ki Rembang, tapi sekarang dia seolah lupakan julukannya itu," kata Ki Guntur."Aku ingin bicara denganmu Ki, aku sudah mencari mu lebih dari belasan purnama!" kata Arya."Bicara denganku? Ada apa? jika kau inginkan aku mengobati seseorang atau mengajari mu ilmu pengobatan, lupakan saja!" kata Ki Rembang pada Arya."Tidak, ini tidak ada hubungannya dengan meminta mengobati seseorang, atau meminta kau ajari aku menjadi ahli obat!" kata Arya."Jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Ki Rembang jadi tertarik dengan jawaban Arya."Aku ingin kita bicara empat mata!" kata Arya."Kau anggap aku orang lain?" tanya Ki Guntur tidak suka. Ki Guntur masih penasaran dengan kitab api yang ada pada Arya, dan kini Arya seolah anggap dia tak ada saat Arya meminta bicara empat mata dengan ku Rembang."Maaf paman! Ini sesuatu yang bersifat pribadi, hanya aku dan Ki R
Ki Rembang berjalan keluar dengan cepat ke luar dari gua, dan disana ada dua orang yang datang menunggu dengan wajah yang lelah."Apa benar kalian utusan, Adipati Jampar?" tanya Ki Rembang."Iya tabib, saat ini Adipati Jampar sudah tidak memiliki pilihan lain selain meminta bantuan, tabib!" kata utusan itu."Apa yang terjadi dengan kadipaten Mentari?" tanya Tabib Rembang."Racun yang mengerikan!" jawab utusan itu."Racun?" desis Ki Rembang.***Kadipaten Mentari, kadipaten yang berjarak puluhan ribu kilometer jauhnya dari kota rimba raya, dan dua kadipaten itu terpisahkan oleh kadiapten lain, kadipaten Sekayu.Kadipaten Mentari merupakan kadipaten yang memiliki banyak hasil bumi dan hasil alam yang lain.Di kota itu ada sebuah tambang emas, satu-satunya penambangan emas yang ada di negeri lingga.Selain ibukota, kota Mentari merupakan kota kedua terbesar dan teramai yang ada di negeri lingga, dan penyebabnya adalah tambang emas.Adipati Jampar, Adipati yang berkuasa di kadiapten itu s
Dua ekor kuda gagah berjalan membelah dan menembus hutan yang membatasi kota rimba raya dengan kota Sedayu, kadipaten Sedayu."Kita sudah sampai di kadipaten Sedayu Arya, hati-hati dengan penduduk kota ini," kata Ki Rembang pada Arya."Kenapa, paman?" tanya Arya ingin tahu."Di kota ini, warga kota akan sengaja mencari masalah demi pundi emas!" jawab Ki Rembang."Eh kenapa begitu?" tanya Arya bingung."Itu kebiasaan penduduk kota ini, jadi kota ini tidak ada majunya," jawab Ki Rembang."Kalau begitu kita tidak usah singgah, paman. Dari pada dapat masalah," kata Arya."Tidak, kita harus singgah! Hanya ini kota yang akan kita lewati sebelum kota mentari!" jawab Ki Rembang."Tapi nanti ada yang cari masalah, paman," kata Arya lagi."Anggap saja pelajaran untuk mencoba kehati-hatian, Arya!" ucap Ki Rembang."Pelajaran kehati-hatian!" gumam Arya.Saat Arya dan Ki Rembang memasuki kota Sedayu, puluhan pasang mata menatap mereka seolah Arya dan Ki Rembang adalah makanan mereka."Jangan tatap
Menempuh perjalanan tiga hari tanpa halangan, Arya dan Ki Rembang akhirnya sampai di wilayah kadipaten Mentari, tujuan akhir dari keduanya."Sungguh ramai kadipaten ini, paman!" kata Arya.Meskipun Arya sudah berada di ibukota, seperti ibukota kerajaan Teruma, kota Wan. Tapi Arya belum pernah lihat kota yang sangat ramai dan semaju kota mentari."Kota ini merupakan kota terbesar kedua setelah ibukota kerajaan lingga!" kata Ki Rembang."Benarkah itu, paman?" tanya Arya."Iya, itu memang benar!" jawab Ki Rembang.Saat Arya dan Ki Rembang memasuki kota mentari, belasan orang dengan pakaian berlambang beruang menghadang perjalanan mereka."Ada apa ini?" tanya Ki Rembang."Maaf, orang luar dilarang memasuki kota ini! Jadi kalian sebaiknya putar balik dulu!' kata salah satu dari belasan orang yang memakai pakaian berlambang beruang itu."Eh kenapa?" tanya Ki Rembang."Saat ini keadaan kota sedang tidak kondusif, kami dari perguruan beruang biru yang saat ini jadi penjaga kota ini!""Bagaima
Semua mata menatap ke arah Arya, dan menunggu jawaban dari pemuda itu. Arya tersenyum, karena empat pasang mata menatap dia dan menunggu jawaban."Jika aku menolak, untuk apa aku ikut, paman!" jawab Arya.Jawaban Arya itu sudah menujukkan jika Arya bersedia untuk mencari telaga mata dewa untuk jadi penawar racun dari sakit yang di derita Adipati Jampar dan keluarganya."Katakan saja, dimana wilayah dari pulau ular siluman itu?" tanya Arya."Cukup jauh, tapi jika kau terus memacu kuda tanpa henti, kau akan sampai di pesisir pantai dalam lima hari!" kata Ki Rembang."Hanya lima hari? Itu tidak jauh!" kata Arya."Tapi sebaiknya kau berangkat esok saja, Arya. Kau sudah lelah, sebaiknya kau istirahat dulu!' kata Ki Rembang."Iya, paman! Aku akan istirahat!" jawab Arya dan keluar dari gubuk itu."Kau akan istirahat di luar, Arya? Apa kau merasa jijik dengan tubuh kami?" tanya Adipati Jampar."Hahahaha! Jangan tersinggung Adipati, Tapi aku tidak tahu aku harus istirahat dimana!" jawab Arya.
"Ketua, apa orang yang kau maksud itu sebagai tabib tujuh penjuru mata angin itu mampu obati luka Adipati?" tanya juragan Handoko pada orang yang berpakaian hijau itu."Tidak, kau tenang saja Handoko, tidak semudah itu menemukan obat racun itu, satu-satunya obat dari racun adalah air dari telaga mata dewa!" jawab lelaki berpakian hijau yang sedari tadi menyimak dan sedikit menanggapi."Kau sungguh yakin, ketua?" tanya juragan Handoko."Harsah tidak pernah berdusta, asal kau tahu, kelompok teratai hijau melakukan pekerjaaan seperti ini sudah bertahun-tahun, dan racun adalah keahlian kami," kata ketua Harsah yang tak lain adalah ketua dari kelompok teratai hijau."Aku akan yakinkan diriku," kata juragan Handoko."Harus, dan itu memang yang harus kau lakukan!" kata ketua Harsah.***Jurang pengasingan, Arya masih malas untuk meninggalkan kota mentari. Arya merasa di membutuhkan istirahat yang lebih."Apa kau itu seorang pemalas?"Andini datang dan menemani Arya bicara."Aku lelah! Aku in
Ki sepat langsung berbalik saat dengar suara itu. "Aku sudah yakin jika yang datang itu adalah dirimu, Ki Rembang!" kata Ki sepat dan berjalan ke arah Ki Rembang."Hahahaha! Tenyata dirimu, sepat!" kata Ki Rembang yang mengenal Ki sepat.Dua orang yang datang dari jaman yang sama itu berpelukan, karena terlalu lama mereka tidak bertemu."Jika aku tahu kau membuat perguruan disini, sudah pasti aku akan sering singgah, sepat. Aku hampir dua atau tiga purnama selalu datang ke kota ini!" kata Ki Rembang."Datang ke kota ini? Untuk apa?" tanya ku sepat."Adipati adalah menantuku, Andini adalah cucuku!" jawab Ki Rembang."Sungguh?" tanya Ki sepat tidak percaya."Iya, untuk apa aku berdusta!" jawab Ki Rembang.Setelah basa-basi itu semuanya diam."Kau tadi mengatakan jika ada seseorang yang ingin hancurkan menantuku, dan ingin kuasai kota, siapa yang kau maksud, Sepat?" tanya Ki Rembang."Saat ini masih diselidiki muridku, Danu. Yang aku curigai adalah juragan Handoko, dia memiliki akses ke
Arya menatap ke arah datangnya anak panah itu, dan merasakan energi lebih dari satu orang berada tidak jauh dari tempat Arya istirahat."Aku tidak ingin membuat masalah, aku hanya seorang pengelana!" teriak Arya.Whusssssssss!!Jawaban dari teriakan Arya adalah belasan anak panah yang melesat dengan kecepatan yang tinggi. Anak panah itu diluncurkan dengan bantuan tenaga dalam.Tapi, hanya dengan tangannya sudah sudah mampu menyapu anak panah itu hingga rontok ke tanah."Sudah aku katakan aku tidak ingin ada masalah!" teriak Arya lagi.Kali ini tidak ada jawaban, bahkan Arya merasakan jika orang-orang yang menyerangnya menjauh dan pancaran energi mereka hilang tak berbekas."Sialan! Mereka kabur!" ucap Arya.Arya menatap ke langit, dan dia merasa jika hari akan segera petang."Sebaiknya aku melihat apa ada pemukiman penduduk di sekitar hutan ini," kata Arya."Gondola, kau bersantai dulu disini, aku akan mencari tempat untukku!" kata Arya pada kuda gondola.Arya berjalan santai, tapi te
Dengan kuda yang dia tunggangi, Arya melesat meninggalkan hutan, dan ia memilih untuk ikuti jalan yang ada di depannya.Arya beruntung karena jalan itu merupakan jalan tunggal, dan jalan satu-satunya yang ia lalui hingga ia tak merasa bingung selama dalam perjalanan itu.Satu hari satu malam Arya berada dalam perjalanan, dan yang dia lalui hanya jalanan tanpa pernah melihat sebuah desa apalagi sebuah kota. "Apakah di negeri ini tidak ada kota atau sebuah desa?" kata Arya bingung akan hal itu. Bahkan saat hari akan sore, Arya tetap tidak melihat sebuah desa, padahal ia sudah butuh tempat yang tenang untuk istirahat."Manusia!" kata Arya. Di kejauhan, mata Arya melihat ada dua orang yang sedang berjalan kaki, dan Arya memilih untuk mendatangi mereka. Arya segera turun dari atas kudanya, dan mendekati kedua orang itu."Mohon maaf, apakah ada desa yang dekat do sekitar hutan ini?" tanya Arya. "Tidak ada anak muda! Tapi jika kau ingin istirahat, kau bisa datangi Perguruan Mawar Kuning
Kusir Kereta Kuda yang membawa Putri Gut terus memacu kereta kuda itu hingga mereka masuk ke dalam hutan. Arya yang berada di bagian belakang kereta kuda itu semakin curiga, dan ia yakin kalau kusir kereta itu tidak bisa untuk dipercaya."Kita istirahat!" teriak Arya dan memacu kuda hingga berada di samping Kusir Kereta Kuda itu."Tidak bisa, kita harus keluar dari hutan ini, barulah kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda itu. "Kita harus istirahat!" kata Arya. Namun Kusir Kereta Kuda itu masih saja memaksa kuda yang menarik kereta kuda untuk berlari, hingga mereka sampai di tengah-tengah hutan itu. "Baiklah, kita istirahat!" kata Kusir Kereta Kuda dan ia menarik tali pekana kuda.Huppppp!!Dan setelah itu, dia melompat dari kursi kusir kereta kuda, dan ia memperlihatkan ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Arya ingin tahu. Kecurigaan pada Kusir Kereta Kuda itu semakin besar, dan itu membuat Arya jadi waspada."Keluar kalian semua!" teriak Kus
Beberapa hari setelah Ki Barata dan Intan sampai di Negeri Burma, kapal yang membawa Putri Gut dan pengawalnya, serta Arya pun tiba Negeri yang cukup besar itu. "Mari kita turun, Arya! Setelah itu kita akan lanjutkan perjalanan menggunakan kereta kuda!" kata Putri Gut. "Baik, Tuan Putri!" kata Arya. Putri Gut kembali kenakan topeng untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan untuk mengurangi masalah karena wajahnya yang cukup cantik dan menarik perhatian orang-orang."Cari sebuah kamar penginapan, aku akan istirahat sebelum kita lanjutkan perjalanan ke ibu kota!" kata Putri Gut pada salah satu pengawalnya. "Baik, Tuan Putri!" kata salah satu pengawalnya dan segera mencari penginapan yang pantas untuk Putri Kedua dari Raja Burma itu. Putri Gut menunggu, dan memilih untuk duduk di sebuah kursi yang kosong, yang mana dua pengawal, dan Arya mengawasi Putri Gut. Tidak berapa lama, pengawal yang mencari kamar itu kembali datang, dan ia katakan kalau sudah menyewa kamar untuk tempat i
Selama dalam perjalanan menuju Negeri Burma, Arya selalu saja berada di geladak kapal, dan menunggu kapan mereka akan tiba di Negeri itu. "Dari keterangan yang diberikan oleh Baju Kijang Emas, masih ada empat baju pelindung yang harus aku cari, dan keberadaan baju pelindung itu ada dua di Negri Burma! Aku harap menemukan petunjuk tentang hal itu!" kata Arya. Arya merasa mendatangi Negeri Burma merupakan sebuah takdir, dan ia yakin dia baju pelindung yang ada di Negeri Burma pun pasti ditakdirkan untuk dia miliki. Saat Arya menatap ke arah lautan, saat itulah Putri Gut datang dan berdiri di samping anak muda itu."Apa yang kau pikirkan, Arya?" tanya Putri Gut. "Sudah jelas aku memikirkan sahabatku, Tuan Putri! Aku harus mencari dia," kata Rangga Satria."Aku akan berikan kau sedikit petunjuk!" kata Putri Gut."Petunjuk apa itu, Tuan Putri?" tanya Arya. "Datangi Perguruan Mawar Kuning, jumpai Ketua Noat, dia pasti tahu sesuatu!" kata Putri Gut. "Dimana Perguruan Mawar Kuning itu,
Peerempuan berkerudung kuning itu keluar dari kedai bersama dengan pengawalnya.Ke tujuh orang dengan warna kulit yang cukup berbeda dengan penduduk negeri Malaya itu memasuki kedai yang lain."Mana orangnya?" tanya perempuan itu."Itu tuan putri!" jawab panglima Cun dan menunjuk nakhoda Rundi.Perempuan itu mendekati nakhoda Rundi dan duduk tanpa diminta."Apakah tuan nakhoda yang akan membawa kapal menuju negeri Burma?" tanya perempuan itu."Benar nona, apa nona rekan dari dia?" tanya nakhoda Rundi menujuk panglima Cun."Benar! Dan aku yang menyuruh dia untuk mencari kapal, apakan benar jika kapal itu ada, tapi kekurangan penumpang?" tanya perempuan itu."Benar nona, bahkan sampai sekarang baru satu penumpang yang akan menuju negeri Burma, tidak mungkin aku berangkat hanya dengan tujuh atau delapan penumpang saja, kecuali kalian membayar lebih," kata nakhoda Rundi."Berapa yang kau inginkan?" tanya perempuan berkerudung kuning itu."Berapa ya? Aku tidak dapat memastikan berapa nona,
"Paman! Apa ada kapal yang akan berlayar menuju negeri Burma?" tanya Arya pada saudagar yang tak lain adalah saudagar Hasyim."Aduh anak muda, kau terlambat. Kapal menuju negeri Burma baru saja kemarin berangkat," jawab saudagar Hasyim pada Arya.Ya, begitu Arya sampai yang dia lakukan adalah bertanya pada saudagar yang memiliki kapal, tapi Arya memang sudah terlambat."Apakah ada pemilik kapal lain yang akan berangkat paman?" tanya Arya."Silahkan kau tanyakan di kedai itu, mungkin saja ada," jawab saudagar Hasyim menunjukkan sebuah kedai yang tak jauh dari tempat dia duduk."Baik, terimakasih Paman!"Arya tidak menunda waktu. Dia segera menuju kedai yang di tunjuk oleh saudagar Hasyim.Tapi belum juga Arya dekati kedai itu, seorang lelaki tua menghadang langkahnya."Kau mau kemana anak muda? Aku akan uruskan," ucap lelaki tua itu."Aku ingin ke negeri Burma, apa aku dapat menemukan kapal?" tanya Arya."Negeri Burma? Itu sangat jauh, dan pastinya ongkos yang harus dikeluarkan pastin
Ki Barata melesat menuju kota gajah, kota yang merupakan kota pelabuhan negeri Malaya, dan seperti saat kembali ke kota bangau, kali inipun Ki Barata tidak menghentikan sedikitpun langkah larinya."Aku harus cepat, tidak boleh menunda sedikit waktu, jika tidak pemuda itu akan susul diriku," ucap Ki Barata.Dengan gerakan ringan Ki Barata melesat, dan tidak ada hal yang menghalangi dirinya.Dalam dua hari Ki Barata sudah sampai di kota gajah, dan meneruskan langkah menuju pelabuhan kota gajah."Apa ada kapal yang akan menuju negeri Burma?" tanya Ki Barata pada salah satu pemilik kapal terkenal di kota itu."Ki Barata? Sungguh aku tidak percaya jika ini adalah dirimu," ucap saudagar pemilik kapal itu."Aku hanya ingin tanyakan itu, jika tidak ada aku akan tanyakan saudagar yang lain," kata Ki Barata tidak terlalu suka bersungkan ria dengan saudagar kapal itu."Untuk Ki Barata akan aku usahakan kapal berlayar nanti sore. Tapi apa yang membuat Ki Barata begitu tergesa-gesa?" tanya saudaga
Saat pertarungan antara Arya dan Ki Resta terjadi, dan saat Pertarungan memasuki fase yang kritis, saat itulah Ki Barata mengambil kesempatan."Bodoh! Silahkan kalian terus bertarung, aku tidak akan peduli siapa yang akan menang di antara kalian berdua, yang aku inginkan hanyalah tubuh bulan itu," kata Ki Barata.Huppppp!Ki Barata melesat masuk ke dalam istana. Dan dia berdiri tepat di hadapan panglima Jauli."Jika kau ingin hidup, segera berikan gadis itu padaku!" kata Ki Barata mengancam panglima Jauli.Panglima Jauli dan segenap penghuni kerajaan tahu dengan kemampuan yang dimiliki Ki Barata, dan tak ada penolakan dari mereka saat Ki Barata meminta tubuh Intan.Hehehe!"Bagus! Ternyata kau memilih untuk hidup," kata Ki Barata dan membopong tubuh Intan yang sudah tidak berdaya.Hupppp!!Dengan satu gerakan cepat, Ki Barata membawa tubuh Intan keluar dari istana kerajaan Malaya.Tidak ada satu orangpun yang berani halangi langkah Ki Barata, dan dia pergi dengan tenang, pergi meningg
Arya cukup terkejut dengan jurus yang dikeluarkan oleh Ki Resta. Tapi Arya tidak mau menunjukkan itu pada Ki Resta."Tarian pedang naga!"Haaaaaaaaaaa!Arya menari dan berputar untuk hindari lima pedang yang datang kepadanya.Tranggggg!!Arya menahan satu pedang tapi pedang itu hancur, dan malah nyawa Arya terancam oleh empat pedang yang lain.Arya bersalto ke udara, dan menebas satu pedang yang lain. Dua pedang sudah Arya lumpuhkan, tapi itu membuat tiga pedang yang lain semakin cepat untuk habisi Arya.Tranggggg!!Arya kembali menangkis satu pedang, dan itu adalah pedang yang asli. Pedang itu terlempar, dan bersamaan dengan itu jatuh juga pedang yang merupakan pedang ilusi."Luncuran pedang kematian!"Ki Resta langsung merapal jurus yang lain, itu karena pedang hitam miliknya terlempar.Ki Resta melompat dan tangkap pedang hitam miliknya, dan menyerang dengan meluncur cepat.Huppppp!!Tranggggg!!Bagian lebar pedang urat petir menjadi penahan bagi ujung runcing dari pedang hitam, d