Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.
Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.
“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.
Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.
“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.
<“Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin
“Sayang, ayo kita tidur! Karena besok kita akan pulang,” ajak Prasetyo pada Linda.Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng tangan Prasetyo dengan mesra. Linda bergelayut manja pada lelaki itu seperti istri sah dari pemilik perusahaan terbesar seasia.“Apa yang harus kita lakukan, Tina? Apakah kita juga akan tidur?” tanya Jaya pada Tina.“Aku sih terserah kamu aja, Mas. Kalau mau tidur juga gak apa-apa,” jawab Tina tanpa masalah.Jaya dan Tina melangkah menuju kamarnya, mereka berdua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu luas dan sangat nyaman di sana. Tina merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan disusul oleh Jaya. Mereka tidak melakukan apa pun kecuai hanya saling berpelukan.Di kamar sebelah, Prasetyo dan Linda juga tidak melakukan apa pun, kecuali sekedar pelukan hangat yang sama-sama mereka berikan sebagai bentuk kasih sayang satu sama lain. Linda terus saja menatap lel
Bulan selesai membersihkan dirinya dan menatap sendu pada Rindu serta Bintang. Gadis itu masih diam dan enggan untuk membuka mulutnya, sebagai seorang sahabat Rindu dan Bintang juga tidak terlalu ingin tahu apa yang terjadi pada Bulan, biarlah gadis itu yang mengatakannya.“Ayo pergi dari sini! kita mungkin akan dapat hukuman jika terlalu lama meninggalkan kelas,” ajak Rindu pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu keluar dari toilet menuju kelasnya. Di dalam kelas, telah berdiri seorang guru muda dan guru wanita tengah berbincang serius mengenai permasalahan yang Bulan alami. Rindu memutar malas matanya, ia sangat tidak suka jika kejadian ini diperpanjang.“Kalian bertiga! Ikut saya ke kantor, ada sesuatu yang harus kita bahas,” ucap Deren pada Rindu dan kedua sahabatnya.Rindu dan kedua sahabatnya hanya menunduk dan mengikuti langkah Deren menuju kantor guru. Rindu masuk pertama kali dan duduk dengan baik di atas sofa yang te
Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar
Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber
Rindu adalah seorang wanita berumur sembilan belas tahun dan berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas. Ia merupakan putri kedua dari orangtua yang bernama Linda dan Jordi. Gadis cantik ini memiliki seorang kakak yang bernama Rinjani, yang menempuh pendidikan di salah satu universitas yang ada di kota tempat ia tinggal.Memiliki keluarga yang masih utuh bukanlah suatu kebahagiaan untuk Rindu. Percuma saja ia memiliki keluarga yang utuh, tetapi tidak pernah merasakan ketenangan di dalamnya. Kedua orang tua yang sangat ia cintai tidak jarang bertengkar di depannya, karena masalah sepele. Masalah ekonomi merupakan hal yang paling mendasar dalam keluarganya, dan di tambah dengan masalah-masalah lainnya.Dalam pertengkaran kedua orangtuanya, seringkali seluruh barang yang ada dalm rumah itu berhamburan entah ke mana. Rindu sendiri selalu menutup diri dan berusaha tidak ikut campur dalam urusan kedua orangtuanya, ia selalu memilih pergi ketika hal itu terjadi.B
“Rindu, nanti sepulang sekolah main ke rumah aku yuk! Aku punya kabar gembira buat kalian berdua,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Memangnya gak bisa dibicarakan di sini, sehingga kami harus datang ke rumahmu?” balas Bulan pada Bintang.Rindu tak berkomentar apa pun, ia hanya mengganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan sahabatnya itu. Baginya kedua sahabatnya adalah tempat mengadu paling nyaman ketika dia ada masalah. Akan tetapi kali ini gadis cantik itu enggan untuk menceritakan apa yang sedang ia rasa.Hiruk-pikuk di dalam kelas seketika berubah menjadi hening dengan kedatangan guru yang akan mengajar di dalam kelas itu dan diikuti oleh seorang murid lelaki yang baru saja datang ke sana.“Pagi, semuanya! Ibu harap kalian dalam keadaan sehat dan selalu bahagia. Hari ini ibu membawa seorang teman baru untuk kalian semua, tolong perkenalkan dirimu, Nak!” ujar guru itu pada murid lelaki yang ia bawa.&ldq
Rinjani melewati tubuh Clara menuju meja makannya. Mahasiswi cantik itu sangat santai menyantap makanan yang ada di atas meja tanpa memikirkan hal apa pun yang menganggu pikirannya. Tiba-tiba seorang pemuda tampan duduk pada kursi yang ada di depannya, mata gadis cantik itu membulat dan menghentikan kegiatan makannya setelah tahu siapa yang duduk dengan dirinya.“Apa kamu keberatan jika saya duduk di sini, Rinjani? Jika iya, saya akan pergi,” tegur pemuda tampan itu pada Rinjani.“Silahkan, Pak. Saya juga tidak berhakmengusir anda dari sini, kan yang punya kursi bukan saya,” balas Rinjani dengan sopan.Pemuda tampan itu memasukkan makanannya ke dalam mulut dengan pelan-pelan, sehingga tidak mengganggu kegiatan makan orang lain. Berbeda dengan gadis cantik yang ada dihadapannya, Rinjani terlihat terburu-buru dan dalam sekejap mata ia selesai.“Pak, saya duluan ya! soalnya saya masih ada kelas,” gadis cantik itu beranjak
Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber
Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar
Bulan selesai membersihkan dirinya dan menatap sendu pada Rindu serta Bintang. Gadis itu masih diam dan enggan untuk membuka mulutnya, sebagai seorang sahabat Rindu dan Bintang juga tidak terlalu ingin tahu apa yang terjadi pada Bulan, biarlah gadis itu yang mengatakannya.“Ayo pergi dari sini! kita mungkin akan dapat hukuman jika terlalu lama meninggalkan kelas,” ajak Rindu pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu keluar dari toilet menuju kelasnya. Di dalam kelas, telah berdiri seorang guru muda dan guru wanita tengah berbincang serius mengenai permasalahan yang Bulan alami. Rindu memutar malas matanya, ia sangat tidak suka jika kejadian ini diperpanjang.“Kalian bertiga! Ikut saya ke kantor, ada sesuatu yang harus kita bahas,” ucap Deren pada Rindu dan kedua sahabatnya.Rindu dan kedua sahabatnya hanya menunduk dan mengikuti langkah Deren menuju kantor guru. Rindu masuk pertama kali dan duduk dengan baik di atas sofa yang te
“Sayang, ayo kita tidur! Karena besok kita akan pulang,” ajak Prasetyo pada Linda.Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng tangan Prasetyo dengan mesra. Linda bergelayut manja pada lelaki itu seperti istri sah dari pemilik perusahaan terbesar seasia.“Apa yang harus kita lakukan, Tina? Apakah kita juga akan tidur?” tanya Jaya pada Tina.“Aku sih terserah kamu aja, Mas. Kalau mau tidur juga gak apa-apa,” jawab Tina tanpa masalah.Jaya dan Tina melangkah menuju kamarnya, mereka berdua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu luas dan sangat nyaman di sana. Tina merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan disusul oleh Jaya. Mereka tidak melakukan apa pun kecuai hanya saling berpelukan.Di kamar sebelah, Prasetyo dan Linda juga tidak melakukan apa pun, kecuali sekedar pelukan hangat yang sama-sama mereka berikan sebagai bentuk kasih sayang satu sama lain. Linda terus saja menatap lel
“Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin
Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.
Jam menunjukkan pukul 13:00. Saatnya Rindu dan lainnya pulang sekolah setelah menerima pelajaran dari guru mereka. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas dengan langkah beriringan, tiga gadis cantik itu berhenti di depan gerbang untuk menunggu kendaraan yang dapat mengantar mereka pada tempat pusat perbelanjaan.“Hai, nona cantik! Kalian mau ke mana? boleh gak kalau aku ikut?” tanya Devan pada Rindu dan kedua sahabatnya.“Maaf, banget ya! ini khusus kami bertiga aja, dan tidak menerima orang lain,” jawab Bintang pada lelaki itu.“Kalau begitu baiklah, mungkin lain kali aja aku bergabung sama kalian,” Devan pergi dari tempat para gadis itu.Rindu menghentikan sebuah taxi yang berjalan di depan sekolah mereka. Tiga gadis cantik itu masuk ke dalam taxi dan meluncur menuju tempat yang telah mereka ketahui sebelumnya. Satu jam kemudian, Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari taxi, lalu masuk ke pusat perbelanjaan.
“Mas, ouh … ah … ah masukkan juniormu pada sangkarku. Aku mohon!” Tina memelas pada Jaya.Jaya yang sudah puas bermain di sana dengan mulutnya, kemudian mengeluarkan senjata pamungkasnya dan langsung memasukkan ke dalam sarang Tina. Wanita itu tidak berhenti mendesah, ia kesakitan sekaligus merasakan kenikmatan. Jaya terus saja bermain di sana dengan lembut, karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Tina.“Sayang, punyamu sangat sempit. Rasanya kamu masih gadis ting-ting,” puji Jaya pada Tina.“Aku selalu menjaga dan merawatnya, Mas. Agar dapat kamu nikmati,” balas Tina pada lelaki yang sedang berada di atas tubuhnya.Kedua manusia itu saling berpelukan setelah satu jam lebih melakukan kegiatan panas. Jaya segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu di susul oleh Tina setelah lelaki itu selesai melakukan ritual mandi.Dua pasang manusi itu sama-sama keluar dari kamar dan menuju
Prasetyo dan dua wanita yang tengah bersamanya masuk ke dalam taxi yang tersedia di luar bandara. Di dalam taxi, tidak ada percakapan khusus antara mereka bertiga. Linda memilih diam, ia juga bingung harus membahas apa, begitu juga dengan Prasetyo, ia merasa terhalang oleh kehadiran Tina antara mereka.“Mbak, kenapa dari tadi diam aja? apa kalian malu dengan keberadaanku di sini?” tanya Tina pada Linda dan Prasetyo.“Tidak, Tina. Aku hanya tidak tahu harus bahas apa dengan mas Prasetyo, makanya aku diam aja,” jawab Linda sopan.“Berhenti di sini, Pak. Kami sampai sini saja,” ujar Prasetyo pada supir taxi.Taxi berhenti di depan sebuah mobil yang parkir di tepi jalan raya. Prasetyo keluar dari taxi setelah membayar biaya tumpangannya dan dua wanita yang ia bawa. Lelaki itu membawa beberapa barang dan meletakkannya di dekat mobil yang parkir di sana.“Mas, ini mobil siapa? Kamu sembarang letakin barang aja, k