“Rindu, nanti sepulang sekolah main ke rumah aku yuk! Aku punya kabar gembira buat kalian berdua,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.
“Memangnya gak bisa dibicarakan di sini, sehingga kami harus datang ke rumahmu?” balas Bulan pada Bintang.
Rindu tak berkomentar apa pun, ia hanya mengganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan sahabatnya itu. Baginya kedua sahabatnya adalah tempat mengadu paling nyaman ketika dia ada masalah. Akan tetapi kali ini gadis cantik itu enggan untuk menceritakan apa yang sedang ia rasa.
Hiruk-pikuk di dalam kelas seketika berubah menjadi hening dengan kedatangan guru yang akan mengajar di dalam kelas itu dan diikuti oleh seorang murid lelaki yang baru saja datang ke sana.
“Pagi, semuanya! Ibu harap kalian dalam keadaan sehat dan selalu bahagia. Hari ini ibu membawa seorang teman baru untuk kalian semua, tolong perkenalkan dirimu, Nak!” ujar guru itu pada murid lelaki yang ia bawa.
“Perkenalkan nama saya Devan Reinaldi, kalian bisa panggil saya Devan. Sekian terima kasih,” ucap lelaki itu singkat di depan kelas.
“Baik, Devan. Sekarang kamu bisa duduk di dekat Rindu, karena hanya itu bangku kosong untuk saat ini,” ujar guru itu pada Devan.
Devan melangkah menuju tempat duduknya yang berada di dekat Rindu. Semua murid perempuan yang ada di dalam kelas, tidak sedetik pun matanya berkedip karena terpesona oleh ketampanan dari murid baru itu. Dengan berbagai komentar yang mereka lontarkan, tetapi Devan tidak menghiraukan hal tersebut karena itu sudah biasa baginya.
Lelaki tampan itu langsung duduk di dekat Rindu. Gadis cantik itu tidak menoleh padanya dan asyik dengan kesibukannya sendiri. Rindu juga merasa tidak perlu tahu banyak tentang lelaki yang duduk di sampingnya, karena ia bukan wanita yang terlalu urus terhadap kehidupan orang lain.
Bulan dan Bintang yang duduk di depan Rindu, seketika berbalik ke belakang untuk berkenalan langsung dengan Devan. Mereka berdua hanya ingin menambah teman, dan sangat beruntung jika memiliki teman lelaki yang tampan.
“Hai, Devan! Aku Bintang, senang kenalan sama kamu. Nanti kita makan bersama pas istirahat ya!” sapa Bintang pada lelaki tampan itu.
“Aku juga mau kenalan, dong! Panggil saja aku Bulan, semoga kita menjadi teman yang baik ya!” timpal Bulan.
“Seperti yang kalian dengar, aku tadi sudah memberitahu namaku. Jadi aku tidak ingin mengulang lagi,” tukas Devan sembari menutup wajahnya dengan buku yang ada di atas meja.
“Kasar banget sih! mentang-mentang murid baru, seharusnyakan dia lebih sopan agar mendapat banyak teman,” lirih Rindu yang sedang sibuk dengan buku yang ada di tangannya.
Pelajaran dimulai dan berlangsung dengan begitu tenang. Semua siswa dan siswi mengikuti proses belajar dengan sangat baik, karena sebentar lagi mereka akan ujian akhir yang akan menentukan kelulusan. Sehingga seluruh siswa dan siswi harus bekerja keras dalam belajar agar mendapat nilai yang memuaskan.
Bel berbunyi tanda waktu istirahat telah tiba. Seluruh siswa dan siswi berhamburan keluar kelas, menuju kantin yang sebentar lagi akan penuh, sehingga tidak ada tempat bagi mereka yang terlambat. Rindu dan kedua sahabatnya beranjak dari tempat duduk dan keluar dari kelas. Sementara Devan masih menikmati tidurnya yang sangat lelap, sehingga tiga gadis cantik itu enggan untuk membangunkannya.
“Rindu, ngomong-ngomong murid baru itu berasal dari mana sih? penampilannya keren benget kaya orang luar negeri gitu,” ujar Bulan pada sahabatnya.
“Mana aku tau, Bulan. Aku kan gak terlalu urus dengan kehidupannya, siapa bapaknya aku juga gak mau tau,” balas Rindu dengan sopan pada Bulan.
“Udah lah, nggak usah dipikirin. Lagian murid baru itu terlihat sedikit sombong dan dingin, males temenan sama dia,” timpal Bintang pada kedua sahabatnya.
Tiga gadis cantik itu menuju kantin yang hampir penuh dengan siswa dan siswi yang ada dalam sekolah itu. Rindu menuntun kedua sahabatnya unttuk duduk di tempat biasa yang mereka punya sejak lama, sehingga tidak seorang pun yang berani untuk mengambil tempat itu.
“Hai, nona cantik! Hari ini kalian mau pesan apa? saya siap melayani dengan penuh semangat!” ujar pelayan kantin kepada mereka bertiga.
“Kami pesan yang biasa aja, Kak. Soalnya cuaca agak mendung juga, jadikan enak kalau makan yang panas-panas kayak mie rebus gitu,” ujar Bulan pada pelayan itu.
“Oke, kak Tiamu ini telah menerima pesanan dari nona cantik seperti kalian, mohon di tunggu ya!” balas pelayan itu yang bernama Tia.
Rindu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tia yang membuat mereka spesial di antara para pengunjung. Tentu saja hal itu Tia lakukan, pasalanya Rindu dan kedua sahabatnya adalah pelanggan tetap di sana sejak kantin di dirikan pertama kali.
Tak lama kemudian, makanan mereka datang. Dengan sopan dan ramah Tia menghidangkan makanan itu, setelah selesai pelayan cantik itu bergegas menuju meja lain.
“Katanya mau makan bareng, taunya pergi sendiri!” tegur seseorang yang baru datang di meja Rindu dan kedua sahabatnya.
Bintang seketika menghentikan kegiatan makannya dan menoleh ke sumber suara. Matanya membulat melihat kehadiran Devan yang tidak disangka-sangka. Sedangkan Rindu dan Bulan tidak terpengaruh dengan kedatangan murid baru itu, mereka tetap saja melanjutkan makan siangnya.
“Maaf, Devan. Aku takut bangunin kamu tadi di kelas, soalnya kamu tidur nyenyak banget!” lirih Bintang pada lelaki tampan itu.
“Nggak apa-apa. Lain kali kamu boleh kok bangunin aku, aku menunggunya,” ujar Devan mengelus rambut Bintang dengan lembut.
Lelaki tampan itu pun pergi setelah membuat wajah Bintang merah merona. Seakan gadis cantik itu menemukan seseorang yang selama ini ia cari, tak ingin membuat sahabatnya terlena Rindu menampar wajah Bintang dengan lembut.
“Bintang, mie kamu udah kembang tuh! Makanya jangan mengkhayal mulu, itu cuma imajinasi semata,” ucap Rindu.
“Nggak apa-apa kalau itu hanya imajinasi, yang penting aku bahagia. Kalian gak lihat, sikapnya yang lembut dan wajahnya yang begitu bersinar. Membuat aku ingin jatuh saja dari langit untuk mengejar dirinya,” balas Bintang dengan sedikit puitis.
Tiga gadis cantik itu selesai dengan kegiatan makan siangnya. Mereka kembali ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
***
Di sebuah universitas terkenal di kota itu, seorang mahasiswi sedang mengikuti perkuliahan dengan sangat tenang di dalam kelasnya. Ia sangat antusias mendengar setiap penjelasan dosen yang memberi beberapa ilmu yang bermanfaat baginya.
“Rinjani, nanti kamu pulang sama siapa?” tanya seorang lelaki yang ada di samping Rinjani.
“Aku pulang sendiri aja, memangnya kenapa? Kamu mau bareng sama aku? terus terang aja langsung aku tolak,” balas Rinjani tegas pada lelaki itu.
Lelaki yang ada di samping Rinjani, menundukkan wajahnya. Ia merasa sedikit kecewa atas penolakan gadis cantik itu, sehingga ia tidak berani berkomentar lagi.
Waktu istirahat telah tiba, Rinjani melangkah keluar dari kelasnya menuju kantin yang biasa ia kunjungi. Gadis cantik itu sudah terbiasa sendiri karena sikapnya yang dingin dan sedikit cuek. Sehingga setiap mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mendekatinya berpikir lebih dulu.
“Heh! Anak janda. Masih gak malu kuliah disini, kamu sama aja sama wanita itu, gak tau malu,” ketus seorang mahasiswi pada Rinjani.
“Maaf, nona Clara yang cantik membahana! Tapi anda tidak punya hak untuk mengurusi hidup saya,” balas Rinjani dengan sopan.
Rinjani memang terkenal dingin dan cuek, tetapi ia tidak pernah mau melakukan kesalahan sekecil apa pun di kampus yang dapat mempengaruhi nilainya. Mahasiswi cantik itu lebih memilih diam ketikah hanya mulut orang lain yang berujar pada dirinya.
Rinjani melewati tubuh Clara menuju meja makannya. Mahasiswi cantik itu sangat santai menyantap makanan yang ada di atas meja tanpa memikirkan hal apa pun yang menganggu pikirannya. Tiba-tiba seorang pemuda tampan duduk pada kursi yang ada di depannya, mata gadis cantik itu membulat dan menghentikan kegiatan makannya setelah tahu siapa yang duduk dengan dirinya.“Apa kamu keberatan jika saya duduk di sini, Rinjani? Jika iya, saya akan pergi,” tegur pemuda tampan itu pada Rinjani.“Silahkan, Pak. Saya juga tidak berhakmengusir anda dari sini, kan yang punya kursi bukan saya,” balas Rinjani dengan sopan.Pemuda tampan itu memasukkan makanannya ke dalam mulut dengan pelan-pelan, sehingga tidak mengganggu kegiatan makan orang lain. Berbeda dengan gadis cantik yang ada dihadapannya, Rinjani terlihat terburu-buru dan dalam sekejap mata ia selesai.“Pak, saya duluan ya! soalnya saya masih ada kelas,” gadis cantik itu beranjak
Satu tamparan keras melayang ke wajah Jordi dari Rinjani. Mahasiswi cantik itu menatap tajam pada sang ayah tanpa berkedip, seolah dirinya seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.“Berlaku adil? Pada siapa kau harus berlaku adil, pada keluargamu atau wanita jalang ini?” tunjuk Rinjani pada Lilis yang masih berdiri di samping Jordi.“Ayah janji, akan memenuhi kebutuhan kalian, Nak. Aku juga tidak bisa berpisah dengan ibumu, karena dia adalah wanita yang pertama dalam hidupku,” ujar Jordi pelan pada Rinjani.“Jika kau menganggap ibuku adalah wanita pertama dalam hidupmu, maka kau tidak akan tega melakukan hal sekeji ini. Lebih baik pilih salah satu di antara mereka!” ucap Rinjani penuh penekanan.Mahasiswi cantik itu melangkah pergi meninggalkan Jordi dan Lilis. Ia memutuskan untuk pulang walau hatinya masih berkecamuk. Lain halnya dengan Jordi dan Lilis, mereka tetap berada di sana dan melanjutkan kegiatan cu
Rinjani terpaksa membuka matanya perlahan untuk menyambut dunia yang begitu menggelikan. Mahasiswi cantik itu meraih handuk yang tergantung di pintu kamarnya, lalu masuk ke dalamkamar mandi untuk melakukan ritual mandi. Tidak butuh waktu lama, Rinjani keluar dari kamar mandi dan memakai pakaian untuk pergi ke kampus lalu menempelkan sedikit bedak di wajahnya yang sudah terlihat cantik.Mahasiswi cantik itu menuju ruang makan yang telah di hadiri Rindu dan Linda. Ia tersenyum manis pada kedua wanita yang sangat ia sayangi, dan mengambil posisi duduknya yang tidak jauh dengan Rindu.“Pagi, Bu! Apa yang akan ibu lakukan seharian ini?” sapa Rinjani pada ibunya.“Pagi, Rinjani! Ibu belum tau, memangnya ada apa?” ucap Linda lembut pada putri sulungnya.“Nggak ada sih, cuma mau tanya aja. mungkin aja ibu mau kerja atau apa gitu,” ujar Rinjani sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Aku berangkat dulu ya bu!
Jam menunjukkan pukul 13:00 siang, semua siswa dan siswi SMA keluar dari kelas masing-masing karena sudah waktunya pulang. Tidak beda dengan Rindu dan kedua sahagatnya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing karena tak mau membuat keluarga khawatir.“Rindu, gimana kalau kita berumpul di rumah aku dulu? Kemarin kan kamu gak ikut,” ujar Bintang pada Rindu.“Gimana ya, Bintang. Soalnya di rumah aku banyak kerjaan, jadi kayaknya gak sempat untuk singgah di rumah kamu,” balas Rindu pada sahabatnya.“Tumben kamu sibuk, Rindu. Biasanya kan kamu selalu ada waktu buat kita,” timpal Bulan.Rindu mencoba berpikir keras alasan apa yang harus ia berikan pada kedua sahabatnya itu. sebenarnya gadis cantik itu tidak memilki kesibukan apa pun, akan tetapi ia masih enggan untuk keluar dari rumahnya, Rindu lebih nyaman dengan kesendiriannya.“Jadi gini, beberapa hari ini ibuku kurang sehat. Jadi aku gak mungkin
Bintang dan Bulan berabjak dari tempat duduknya, mereka pamit pulang kepada Rindu dan Linda. Kedua sahabat Rindu sudah merasa lega dengan kondisi gadis cantik itu, mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.“Rindu, kita pulang dulu ya! takutnya nanti orangtua aku khawatir lagi,” ucap Bintang lembut pada gadis cantik yang menemani sahabatnya itu keluar rumah.“Iya, Bintang dan Bulan. Makasih ya, kalian udah ada saat aku terpuruk begini,” balas Rindu pada kedua sahabatnya.“Hei, kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Kita akan selalu ada buat kamu,” timpal Bulan pada gadis cantik itu.Bulan dan Bintang keluar dari perumahan Rindu. Mereka berdua menuju rumah masing-masing yang tidak jauh dari tempat tinggal Rindu. Sementara itu, Rindu masuk ke dalam rumahnya dan bergegas menuju kamar. Gadis cantik itu merebahkan tubuhnya yang sebenarnya tidak begitu lelah, tetapi batinnya yang sedikit kacau.“Kamu sudah melakukan
Rindu dan kedua sahabatnya pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya. Sesampainya di dalam toilet, tiga gadis cantik itu mengganti pakaian mereka dan sangat cepat selesai. Rindu menunggu bulan dan Bintang, ia berdiri di depan pintu masuk.“Hai, kamu Rindu kan? Kenalin namaku Dio, jurusan IPS. Kita satu angkatan lho,” ujar lelaki yang bernama Dio pada Rindu.“Terus, memangnya kenapa kalau kita satu angkatan? Kamu mau apa?” tanya Rindu pada Dio.“Aku hanya ingin kenalan sama kamu, Rindu. Memangnya gak boleh ya!” jawab Dio sopan pada gadis cantik itu.“Namaku Rindu, aku kelas dua belas jurusan IPA. Makanan kesukaanku, coklat, mie goreng, ayam goreng, terus hobi rebahan aja. Untuk saat ini aku menutup pintu hati buat lelaki mana saja,” jelas Rindu panjang lebar.Dio melongo melihat tingkah gadis cantik itu padanya, ia tidak menduga masih ada gadis yang seperti itu zaman sekarang. Biasanya para wanita han
Mobil Prasetyo terus melaju, dan setelah satu jam perjalanan mobil berhenti di depan bangunan mewah yang disebut sebagai hotel berbintang lima di kota itu. Prasetyo keluar dari dalam mobil diiringi oleh Linda. Wanita paruh baya itu tidak memikirkan hal apa pun saat ini, ia hanya mengikuti langkah lelaki yang ada jauh di depannya dengan tenang.Linda membiarkan Prasetyo mengurus administrasi terlebih dahulu, ia memilih duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Prasetyo menghampiri Linda yang masih memperhatikan lingkungan sekitar, lelaki itu tersenyum tipis melihat tingkah wanita yang ada dihadapannya.“Kamu belum pernah ke sini? kok kayak orang bingung gitu?” tanya Prasetyo pada wanita dua anak itu.“Iya, Mas. Saya belum pernah ke sini sbeelumnya, lagian buat apa saya ke sini,” jawab Linda jujur pada lelaki yang menahan tawanya.Prasetyo meraih tangan lembut Linda dan merangkul pinggul wanita paruh baya itu. Kedua manusia itu masuk k
Rindu masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi tanpa siapa pun. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa dan memandangi langit-langit rumah itu. Sesekali gadis cantik itu menghembuskan nafasnya dan mencoba menutup mata untuk beristirahat sejenak.Pintu terbuka lebar dengan kedatangan sosok wanita cantik yang tersenyum melihat Rindu yang tengah tertidur. Ia mengamati wajah gadis cantik itu dengan seksama tanpa ada keinginan untuk mengganggunya.Rinjani melangkah ke dapur untuk mempersiapkan sesuatu yang dapat mengganjal perutnya, mahasiswi cantik itu memang sudah biasa dengan hal seperti itu. Tidak lama kemudian, nasi goreng telah siap dihidangkan, aroma makanan tersebut membuat Rindu membuka matanya secara perlahan.Rindu menghampiri Rinjani yang tengah duduk menikmati nasi goreng buatannya, gadis cantik itu ikut duduk dan mengambil bagian untuk dirinya. Rinjani hanya tersenyum tipis melihat tingkah Rindu yang semaunya saja.“Kakak udah lama pulang? kok a
Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber
Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar
Bulan selesai membersihkan dirinya dan menatap sendu pada Rindu serta Bintang. Gadis itu masih diam dan enggan untuk membuka mulutnya, sebagai seorang sahabat Rindu dan Bintang juga tidak terlalu ingin tahu apa yang terjadi pada Bulan, biarlah gadis itu yang mengatakannya.“Ayo pergi dari sini! kita mungkin akan dapat hukuman jika terlalu lama meninggalkan kelas,” ajak Rindu pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu keluar dari toilet menuju kelasnya. Di dalam kelas, telah berdiri seorang guru muda dan guru wanita tengah berbincang serius mengenai permasalahan yang Bulan alami. Rindu memutar malas matanya, ia sangat tidak suka jika kejadian ini diperpanjang.“Kalian bertiga! Ikut saya ke kantor, ada sesuatu yang harus kita bahas,” ucap Deren pada Rindu dan kedua sahabatnya.Rindu dan kedua sahabatnya hanya menunduk dan mengikuti langkah Deren menuju kantor guru. Rindu masuk pertama kali dan duduk dengan baik di atas sofa yang te
“Sayang, ayo kita tidur! Karena besok kita akan pulang,” ajak Prasetyo pada Linda.Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng tangan Prasetyo dengan mesra. Linda bergelayut manja pada lelaki itu seperti istri sah dari pemilik perusahaan terbesar seasia.“Apa yang harus kita lakukan, Tina? Apakah kita juga akan tidur?” tanya Jaya pada Tina.“Aku sih terserah kamu aja, Mas. Kalau mau tidur juga gak apa-apa,” jawab Tina tanpa masalah.Jaya dan Tina melangkah menuju kamarnya, mereka berdua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu luas dan sangat nyaman di sana. Tina merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan disusul oleh Jaya. Mereka tidak melakukan apa pun kecuai hanya saling berpelukan.Di kamar sebelah, Prasetyo dan Linda juga tidak melakukan apa pun, kecuali sekedar pelukan hangat yang sama-sama mereka berikan sebagai bentuk kasih sayang satu sama lain. Linda terus saja menatap lel
“Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin
Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.
Jam menunjukkan pukul 13:00. Saatnya Rindu dan lainnya pulang sekolah setelah menerima pelajaran dari guru mereka. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas dengan langkah beriringan, tiga gadis cantik itu berhenti di depan gerbang untuk menunggu kendaraan yang dapat mengantar mereka pada tempat pusat perbelanjaan.“Hai, nona cantik! Kalian mau ke mana? boleh gak kalau aku ikut?” tanya Devan pada Rindu dan kedua sahabatnya.“Maaf, banget ya! ini khusus kami bertiga aja, dan tidak menerima orang lain,” jawab Bintang pada lelaki itu.“Kalau begitu baiklah, mungkin lain kali aja aku bergabung sama kalian,” Devan pergi dari tempat para gadis itu.Rindu menghentikan sebuah taxi yang berjalan di depan sekolah mereka. Tiga gadis cantik itu masuk ke dalam taxi dan meluncur menuju tempat yang telah mereka ketahui sebelumnya. Satu jam kemudian, Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari taxi, lalu masuk ke pusat perbelanjaan.
“Mas, ouh … ah … ah masukkan juniormu pada sangkarku. Aku mohon!” Tina memelas pada Jaya.Jaya yang sudah puas bermain di sana dengan mulutnya, kemudian mengeluarkan senjata pamungkasnya dan langsung memasukkan ke dalam sarang Tina. Wanita itu tidak berhenti mendesah, ia kesakitan sekaligus merasakan kenikmatan. Jaya terus saja bermain di sana dengan lembut, karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Tina.“Sayang, punyamu sangat sempit. Rasanya kamu masih gadis ting-ting,” puji Jaya pada Tina.“Aku selalu menjaga dan merawatnya, Mas. Agar dapat kamu nikmati,” balas Tina pada lelaki yang sedang berada di atas tubuhnya.Kedua manusia itu saling berpelukan setelah satu jam lebih melakukan kegiatan panas. Jaya segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu di susul oleh Tina setelah lelaki itu selesai melakukan ritual mandi.Dua pasang manusi itu sama-sama keluar dari kamar dan menuju
Prasetyo dan dua wanita yang tengah bersamanya masuk ke dalam taxi yang tersedia di luar bandara. Di dalam taxi, tidak ada percakapan khusus antara mereka bertiga. Linda memilih diam, ia juga bingung harus membahas apa, begitu juga dengan Prasetyo, ia merasa terhalang oleh kehadiran Tina antara mereka.“Mbak, kenapa dari tadi diam aja? apa kalian malu dengan keberadaanku di sini?” tanya Tina pada Linda dan Prasetyo.“Tidak, Tina. Aku hanya tidak tahu harus bahas apa dengan mas Prasetyo, makanya aku diam aja,” jawab Linda sopan.“Berhenti di sini, Pak. Kami sampai sini saja,” ujar Prasetyo pada supir taxi.Taxi berhenti di depan sebuah mobil yang parkir di tepi jalan raya. Prasetyo keluar dari taxi setelah membayar biaya tumpangannya dan dua wanita yang ia bawa. Lelaki itu membawa beberapa barang dan meletakkannya di dekat mobil yang parkir di sana.“Mas, ini mobil siapa? Kamu sembarang letakin barang aja, k