Rinjani melewati tubuh Clara menuju meja makannya. Mahasiswi cantik itu sangat santai menyantap makanan yang ada di atas meja tanpa memikirkan hal apa pun yang menganggu pikirannya. Tiba-tiba seorang pemuda tampan duduk pada kursi yang ada di depannya, mata gadis cantik itu membulat dan menghentikan kegiatan makannya setelah tahu siapa yang duduk dengan dirinya.
“Apa kamu keberatan jika saya duduk di sini, Rinjani? Jika iya, saya akan pergi,” tegur pemuda tampan itu pada Rinjani.
“Silahkan, Pak. Saya juga tidak berhakmengusir anda dari sini, kan yang punya kursi bukan saya,” balas Rinjani dengan sopan.
Pemuda tampan itu memasukkan makanannya ke dalam mulut dengan pelan-pelan, sehingga tidak mengganggu kegiatan makan orang lain. Berbeda dengan gadis cantik yang ada dihadapannya, Rinjani terlihat terburu-buru dan dalam sekejap mata ia selesai.
“Pak, saya duluan ya! soalnya saya masih ada kelas,” gadis cantik itu beranjak dari tempat dudukya dan meninggalkan pemuda tampan itu.
“Sunggu wanita yang menarik sekaligus menggoda, aku akan mencari cara untuk mendapatkanmu,” ucap pemuda tampan itu pada dirinya.
***
Di dalam sebuah rumah yang terlihat sederhana dan unik jika di pandang dari luar, seorang wanita paruh baya tengah sibuk dengan masakannya. Sesekali ia mencicipinya dan menambah bahan yang kurang dalam masakan itu, karena ia tahu aka nada seseorang yang datang untuk menikmatinya.
Bel berbunyi dari luar, Linda segera beranjak dari dapur untuk melihat siapa yang datang. Pintu terbuka lebar dengan kedatangan seseorang yang sangat ia nantikan. Wanita paruh baya itu langsung memeluk orang itu yang tak lain adalah suaminya sendiri, Jordi.
Buliran hangat mengalir membasahi wajahnya yang masih terlihat cantik dalam dekapan sang suami. Akan tetapi pelukannya di lepas oleh seorang wanita yang baru saja datang di sana dan menggandeng tangan Jordi dengan sangat mesra.
“Kamu siapa? Kenapa bergelayut manja seperti itu pada suamiku?” tanya Linda pada wanita itu.
“Perkenalkan namaku Lilis, istri baru mas Jordi. Iya kan, Sayang?” Lilis mengecup wajah Jordi singkat.
“Mas, apa benar yang dikatakan wanita ini? Katakana kalau dia bohong, mas!”pinta Linda dengan linangan air matanya.
“Itu semua benar, Linda. Aku memutuskan untuk menikah dengannya, karena kami saling mencintai. Dia juga lebih muda dan segar dari kamu,” ucap Jordi pada Linda yang masih berstatus sebagai istrinya.
“Aku gak percaya kamu bersikap seperti ini, Mas. Aku sudah menunggumu selama dua bulan ini dengan sabar, tetapi lihat perbuatanmu padaku,” tukas wanita paruh baya itu.
“Udahlah, Mbak. Akui aja mbak gak jago layanin mas Jordi, makanya dia berpaling sama aku, kami hanya ingin memberitahukan hal ini. Ayo kita pergi, Mas!” ajak Lilis pada Jordi.
“Dasar wanita penggoda! Kamu tega merusak rumah tangga orang lain demi kepuasan kamu sendiri, kamu pasti dapat balasannya,” teriak Linda pada suaminya dan wanita yang menjadi istri baru Jordi.
Linda masuk ke dalam rumahnya dengan langkah yang sangat pelan. Seakan seluruh isi bumi tengah berada di atas punggungnya dan seluruh makhluk hidup sedang menertawakan nasibnya yang selalu saja buruk. Ia sangat kecewa dengan perlakuan sang suami yang memutuskan untuk menikah dengan wanita lain tanpa izin darinya serta menggantung statusnya.
Wanita paruh baya itu duduk dan mendekap tubuhnya pada sofa yang ada di ruang tamu. Air matanya tak berhenti mengalir sehingga matanya membengkak. Ia masih tidak menyangka sang suami akan bertindak sekejam itu pada dirinya, nasib malang tak bisa ia elakkan lagi.
***
Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas setelah bel pulang berbunyi. Gadis cantik itu menggandeng tangan kedua sahabatnya dengan sangat erat. ia tidak mau berpisah dengan mereka dan kembali ke dalam rumah, hanya dengan Bulan dan Bintang gadis cantik itu bisa tersenyum dan menikmati hari-harinya sebagai gadis remaja.
“Rindu, kamu gak lupa kan kalau hari ini kita kumpul di rumah aku,” ucap Bintang pada gadis cantik itu.
“Iya, setelah aku pulang nanti aku pasti datang ke rumah kamu,” balas Rindu lembut pada sahabatnya.
“Oke, aku juga ikut deh! lagian di rumah aku bosan, gak ada kegiatan apa pun,” timpal Bulan pada kedua sahabatnya.
Mereka saling tertawa dengan candaan receh yang mereka buat sendiri. Begitulah tiga gadis cantik itu menjalani kehidupannya dalam persahabatan. Mereka akan saling dukung dan menjaga agar tidak ada kesalahpahaman di antaranya.
Rindu masuk ke dalam bus yang biasa ia tumpangi untuk pulang ke rumah. Sementara kedua sahabatnya di jemput oleh orangtuanya masing-masing. Rindu terkadang iri dengan kedua sahabatnya yang memiliki keluarga yang hangat sekaligus penyayang, tetapi ia juga tidak bisa memaksakan hidupnya akan seperti mereka, karena manusia memiliki kehidupan yang berbeda-beda.
Satu jam berlalu, Rindu sampai di depan rumahnya. Gadis cantik itu melangkah masuk ke dalam rumah dan melihat seorang wanita menunduk dan mendekap tubuhnya. Rindu mendekati sang ibu dan menyentuh tubuh wanita itu dengan lembut.
“Bu, apa yang terjadi? Kenapa wajah dan mata ibu bengkak seperti ini,” ucap Rindu khawatir pada ibunya.
“Rindu, kamu jangan tinggalin ibu, Nak! Ibu mohon padamu,” Linda memeluk tubuh putrinya dengan erat.
Rindu melepas pelukan ibunya dengan paksa karena merasa sesak. Ia menatap wajah Linda dengan intens untuk mencari apa yang terjadi pada wanita pruh baya itu. Gadis cantik itu merapikan rambut Linda yang terlihat sedikit berantakan, lalu ia beranjak dari sana menuju dapur untuk mengambil air minum.
“Bu, minum dulu air ini. Agar pikiran ibu normal kembali,” Rindu menyuguhkan segelas air putih pada Linda.
Linda meneguk air putih itu ke dalam mulutnya, kemudia ia menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Matanya menatap pada putrinya yang sedang berdiri, segera ia mendudukkan tubuh Rinjani pada sofa.
“Rindu, ibu mau bilang sesuatu yang penting untukmu. Akan tetapi ibu gak mau kalau kamu menjadikan ini beban dalam hidupmu, Nak! Apa kamu siap mendengarnya?” ujar Linda dengan lembut.
“Aku siap, Bu. Katakana saja, aku pasti bisa menerimanya walaupun itu kabar buruk,” balas Rindu pada ibunya.
“Ayahmu sudah menikah lagi, Nak. Baru saja ia pergi dari rumah ini dengan istri barunya,” jelas Linda pada putrinya.
Sebenarnya Linda tak ingin memberitahukan hal itu pada putrinya. Biarlah Rindu dan Rinjani mengangga[ bahwa Jordi pergi untuk bekerja, tetapi sebagai wanita biasa ia tak mampu untuk membendung hal itu dan terpaksa untuk mengatakannya.
Bagaikan tersambar petir di siang bolong setelah Rindu mendengar penjelasan ibunya yang membuat tubuhnya tidak berkutik seketika. Gadis cantik itu hanya diam dan tanpa disadari tetesan air hangat jatuh dari matanya yang indah dan membasahi wajahnya. Ada sesuatu yang menusuk ke hulu hatinya, tetapi tidak mengeluarkan darah.
Linda mendakap tubuh putrinya yang masih terdiam, ia tahu bahwa Rindu sangat terpukul dengan kabar ini, akan tetapi ia juga tidak bisa menahan hal tersebut. Tangis kedua wanita itu pecah tanpa berhenti dengan sangat lama.
***
Di kampus, Rinjani keluar dari kelasnya untuk segera pulang karena waktu perkuliahan sudah habis. Mahasiswi cantik itu menunggu kendaraan di depan gerbang dan ia sudah terbiasa dengan hal itu. ketika ia tengah asyik mengamati jalanan yang ramai dengan kendaraan, matanya berhenti pada seseorang yang sangat familiar baginya sedang tertawa bebas dengan seorang wanita.
Rinjani memutuskan untuk menghampirinya, mahasiswi cantik itu menyeberang jalan dengan sangat hati-hati agar terhindar dari celaka. Kakinya semakin cepat menuju tempat itu dan akhirnya ia sampai. Belum sempat orang itu menyapanya, tangan Rinjani telah mendarat pada wajah wanita yang ada di samping orang itu yang tak lain adalah ayahnya.
Darah segar mengalir di tepi bibir wanita itu, Rinjani menatap tajam padanya dengan nafas tersengal seolah tidak puas dengan tindakan yang baru saja ia lakukan. Jordi dan Lilis berdiri menatap Rinjani, tentu saja Lilis heran dengan tingkah mahasiswi cantik itu padanya.
“Heh! Kamu siapa seenaknya aja nampar wajah saya? Kamu mau saya laporin ke polisi, kenal aja nggak!” ketus Lilis pada Rinjani.
“Aku putri dari lelaki ini. Lalu kamu siapa, seenaknya aja menggandeng suami orang!” bentak Rinjani pada Lilis.
“Aku istri baru Jordi, kenalkan namaku Lilis. Aku akan menjadi ibu barumu,” Lilis mengulurkan tangannya pada mahasiswi cantik itu.
Rinjani tak menerima tangan itu, lalu menatap pada sang ayah untuk meminta kebenaran akan hal itu. Jordi yang semula menunduk, segera mengangkat kepalanya dan menatap sendu pada putri sulungnya.
“Itu semua benar, Nak. Ayah sudah menikah lagi, tapi kamu jangan khawatir ayah akan berlaku adil,” ujar Jordi lembut pada putrinya.
Satu tamparan keras melayang ke wajah Jordi dari Rinjani. Mahasiswi cantik itu menatap tajam pada sang ayah tanpa berkedip, seolah dirinya seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.“Berlaku adil? Pada siapa kau harus berlaku adil, pada keluargamu atau wanita jalang ini?” tunjuk Rinjani pada Lilis yang masih berdiri di samping Jordi.“Ayah janji, akan memenuhi kebutuhan kalian, Nak. Aku juga tidak bisa berpisah dengan ibumu, karena dia adalah wanita yang pertama dalam hidupku,” ujar Jordi pelan pada Rinjani.“Jika kau menganggap ibuku adalah wanita pertama dalam hidupmu, maka kau tidak akan tega melakukan hal sekeji ini. Lebih baik pilih salah satu di antara mereka!” ucap Rinjani penuh penekanan.Mahasiswi cantik itu melangkah pergi meninggalkan Jordi dan Lilis. Ia memutuskan untuk pulang walau hatinya masih berkecamuk. Lain halnya dengan Jordi dan Lilis, mereka tetap berada di sana dan melanjutkan kegiatan cu
Rinjani terpaksa membuka matanya perlahan untuk menyambut dunia yang begitu menggelikan. Mahasiswi cantik itu meraih handuk yang tergantung di pintu kamarnya, lalu masuk ke dalamkamar mandi untuk melakukan ritual mandi. Tidak butuh waktu lama, Rinjani keluar dari kamar mandi dan memakai pakaian untuk pergi ke kampus lalu menempelkan sedikit bedak di wajahnya yang sudah terlihat cantik.Mahasiswi cantik itu menuju ruang makan yang telah di hadiri Rindu dan Linda. Ia tersenyum manis pada kedua wanita yang sangat ia sayangi, dan mengambil posisi duduknya yang tidak jauh dengan Rindu.“Pagi, Bu! Apa yang akan ibu lakukan seharian ini?” sapa Rinjani pada ibunya.“Pagi, Rinjani! Ibu belum tau, memangnya ada apa?” ucap Linda lembut pada putri sulungnya.“Nggak ada sih, cuma mau tanya aja. mungkin aja ibu mau kerja atau apa gitu,” ujar Rinjani sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Aku berangkat dulu ya bu!
Jam menunjukkan pukul 13:00 siang, semua siswa dan siswi SMA keluar dari kelas masing-masing karena sudah waktunya pulang. Tidak beda dengan Rindu dan kedua sahagatnya, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing karena tak mau membuat keluarga khawatir.“Rindu, gimana kalau kita berumpul di rumah aku dulu? Kemarin kan kamu gak ikut,” ujar Bintang pada Rindu.“Gimana ya, Bintang. Soalnya di rumah aku banyak kerjaan, jadi kayaknya gak sempat untuk singgah di rumah kamu,” balas Rindu pada sahabatnya.“Tumben kamu sibuk, Rindu. Biasanya kan kamu selalu ada waktu buat kita,” timpal Bulan.Rindu mencoba berpikir keras alasan apa yang harus ia berikan pada kedua sahabatnya itu. sebenarnya gadis cantik itu tidak memilki kesibukan apa pun, akan tetapi ia masih enggan untuk keluar dari rumahnya, Rindu lebih nyaman dengan kesendiriannya.“Jadi gini, beberapa hari ini ibuku kurang sehat. Jadi aku gak mungkin
Bintang dan Bulan berabjak dari tempat duduknya, mereka pamit pulang kepada Rindu dan Linda. Kedua sahabat Rindu sudah merasa lega dengan kondisi gadis cantik itu, mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.“Rindu, kita pulang dulu ya! takutnya nanti orangtua aku khawatir lagi,” ucap Bintang lembut pada gadis cantik yang menemani sahabatnya itu keluar rumah.“Iya, Bintang dan Bulan. Makasih ya, kalian udah ada saat aku terpuruk begini,” balas Rindu pada kedua sahabatnya.“Hei, kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Kita akan selalu ada buat kamu,” timpal Bulan pada gadis cantik itu.Bulan dan Bintang keluar dari perumahan Rindu. Mereka berdua menuju rumah masing-masing yang tidak jauh dari tempat tinggal Rindu. Sementara itu, Rindu masuk ke dalam rumahnya dan bergegas menuju kamar. Gadis cantik itu merebahkan tubuhnya yang sebenarnya tidak begitu lelah, tetapi batinnya yang sedikit kacau.“Kamu sudah melakukan
Rindu dan kedua sahabatnya pergi ke toilet untuk mengganti pakaiannya. Sesampainya di dalam toilet, tiga gadis cantik itu mengganti pakaian mereka dan sangat cepat selesai. Rindu menunggu bulan dan Bintang, ia berdiri di depan pintu masuk.“Hai, kamu Rindu kan? Kenalin namaku Dio, jurusan IPS. Kita satu angkatan lho,” ujar lelaki yang bernama Dio pada Rindu.“Terus, memangnya kenapa kalau kita satu angkatan? Kamu mau apa?” tanya Rindu pada Dio.“Aku hanya ingin kenalan sama kamu, Rindu. Memangnya gak boleh ya!” jawab Dio sopan pada gadis cantik itu.“Namaku Rindu, aku kelas dua belas jurusan IPA. Makanan kesukaanku, coklat, mie goreng, ayam goreng, terus hobi rebahan aja. Untuk saat ini aku menutup pintu hati buat lelaki mana saja,” jelas Rindu panjang lebar.Dio melongo melihat tingkah gadis cantik itu padanya, ia tidak menduga masih ada gadis yang seperti itu zaman sekarang. Biasanya para wanita han
Mobil Prasetyo terus melaju, dan setelah satu jam perjalanan mobil berhenti di depan bangunan mewah yang disebut sebagai hotel berbintang lima di kota itu. Prasetyo keluar dari dalam mobil diiringi oleh Linda. Wanita paruh baya itu tidak memikirkan hal apa pun saat ini, ia hanya mengikuti langkah lelaki yang ada jauh di depannya dengan tenang.Linda membiarkan Prasetyo mengurus administrasi terlebih dahulu, ia memilih duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Prasetyo menghampiri Linda yang masih memperhatikan lingkungan sekitar, lelaki itu tersenyum tipis melihat tingkah wanita yang ada dihadapannya.“Kamu belum pernah ke sini? kok kayak orang bingung gitu?” tanya Prasetyo pada wanita dua anak itu.“Iya, Mas. Saya belum pernah ke sini sbeelumnya, lagian buat apa saya ke sini,” jawab Linda jujur pada lelaki yang menahan tawanya.Prasetyo meraih tangan lembut Linda dan merangkul pinggul wanita paruh baya itu. Kedua manusia itu masuk k
Rindu masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi tanpa siapa pun. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa dan memandangi langit-langit rumah itu. Sesekali gadis cantik itu menghembuskan nafasnya dan mencoba menutup mata untuk beristirahat sejenak.Pintu terbuka lebar dengan kedatangan sosok wanita cantik yang tersenyum melihat Rindu yang tengah tertidur. Ia mengamati wajah gadis cantik itu dengan seksama tanpa ada keinginan untuk mengganggunya.Rinjani melangkah ke dapur untuk mempersiapkan sesuatu yang dapat mengganjal perutnya, mahasiswi cantik itu memang sudah biasa dengan hal seperti itu. Tidak lama kemudian, nasi goreng telah siap dihidangkan, aroma makanan tersebut membuat Rindu membuka matanya secara perlahan.Rindu menghampiri Rinjani yang tengah duduk menikmati nasi goreng buatannya, gadis cantik itu ikut duduk dan mengambil bagian untuk dirinya. Rinjani hanya tersenyum tipis melihat tingkah Rindu yang semaunya saja.“Kakak udah lama pulang? kok a
Linda menyuguhkan secangkir teh hangat untuk Tina, meskipun ia ingin segera beristirahat tetapi ia bertahan demi menghormati tamunya yang datang. Wanita paruh baya itu sangat menghoramti setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya, akan tetapi ia tidak menerima sembarang orang untuk masuk ke dalam rumah, ia takut bisik-bisik tetangga yang lebih tajam dari pedang.“Besok mbak bekerja lagi ya? aku ikut dong mbak, dari pada nganggur,” ujar Tina pada Linda.“Mas Prasetyo ajak aku ke luar kota sih, Tina. Tapi aku bingung buat alasan apa sama anak-anak aku,” balas Linda pada Tina.“Itu urusan yang sangat mudah banget, Mbak. Pasti mas Prasetyo punya cara tersendiri untuk menyelesaikan hal ini,” Tina meyeruput minumannya yang hampir dingin.Malam pun tiba setelah pagi dan siang berkelanana di bumi manusia. Rindu bangkit dari sofa dan membawa buku bacaannya menuju kamar, gadis cantik itu tidak kuat menahan kantuk akibat dari kegiata
Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber
Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar
Bulan selesai membersihkan dirinya dan menatap sendu pada Rindu serta Bintang. Gadis itu masih diam dan enggan untuk membuka mulutnya, sebagai seorang sahabat Rindu dan Bintang juga tidak terlalu ingin tahu apa yang terjadi pada Bulan, biarlah gadis itu yang mengatakannya.“Ayo pergi dari sini! kita mungkin akan dapat hukuman jika terlalu lama meninggalkan kelas,” ajak Rindu pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu keluar dari toilet menuju kelasnya. Di dalam kelas, telah berdiri seorang guru muda dan guru wanita tengah berbincang serius mengenai permasalahan yang Bulan alami. Rindu memutar malas matanya, ia sangat tidak suka jika kejadian ini diperpanjang.“Kalian bertiga! Ikut saya ke kantor, ada sesuatu yang harus kita bahas,” ucap Deren pada Rindu dan kedua sahabatnya.Rindu dan kedua sahabatnya hanya menunduk dan mengikuti langkah Deren menuju kantor guru. Rindu masuk pertama kali dan duduk dengan baik di atas sofa yang te
“Sayang, ayo kita tidur! Karena besok kita akan pulang,” ajak Prasetyo pada Linda.Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng tangan Prasetyo dengan mesra. Linda bergelayut manja pada lelaki itu seperti istri sah dari pemilik perusahaan terbesar seasia.“Apa yang harus kita lakukan, Tina? Apakah kita juga akan tidur?” tanya Jaya pada Tina.“Aku sih terserah kamu aja, Mas. Kalau mau tidur juga gak apa-apa,” jawab Tina tanpa masalah.Jaya dan Tina melangkah menuju kamarnya, mereka berdua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu luas dan sangat nyaman di sana. Tina merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan disusul oleh Jaya. Mereka tidak melakukan apa pun kecuai hanya saling berpelukan.Di kamar sebelah, Prasetyo dan Linda juga tidak melakukan apa pun, kecuali sekedar pelukan hangat yang sama-sama mereka berikan sebagai bentuk kasih sayang satu sama lain. Linda terus saja menatap lel
“Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin
Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.
Jam menunjukkan pukul 13:00. Saatnya Rindu dan lainnya pulang sekolah setelah menerima pelajaran dari guru mereka. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas dengan langkah beriringan, tiga gadis cantik itu berhenti di depan gerbang untuk menunggu kendaraan yang dapat mengantar mereka pada tempat pusat perbelanjaan.“Hai, nona cantik! Kalian mau ke mana? boleh gak kalau aku ikut?” tanya Devan pada Rindu dan kedua sahabatnya.“Maaf, banget ya! ini khusus kami bertiga aja, dan tidak menerima orang lain,” jawab Bintang pada lelaki itu.“Kalau begitu baiklah, mungkin lain kali aja aku bergabung sama kalian,” Devan pergi dari tempat para gadis itu.Rindu menghentikan sebuah taxi yang berjalan di depan sekolah mereka. Tiga gadis cantik itu masuk ke dalam taxi dan meluncur menuju tempat yang telah mereka ketahui sebelumnya. Satu jam kemudian, Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari taxi, lalu masuk ke pusat perbelanjaan.
“Mas, ouh … ah … ah masukkan juniormu pada sangkarku. Aku mohon!” Tina memelas pada Jaya.Jaya yang sudah puas bermain di sana dengan mulutnya, kemudian mengeluarkan senjata pamungkasnya dan langsung memasukkan ke dalam sarang Tina. Wanita itu tidak berhenti mendesah, ia kesakitan sekaligus merasakan kenikmatan. Jaya terus saja bermain di sana dengan lembut, karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Tina.“Sayang, punyamu sangat sempit. Rasanya kamu masih gadis ting-ting,” puji Jaya pada Tina.“Aku selalu menjaga dan merawatnya, Mas. Agar dapat kamu nikmati,” balas Tina pada lelaki yang sedang berada di atas tubuhnya.Kedua manusia itu saling berpelukan setelah satu jam lebih melakukan kegiatan panas. Jaya segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu di susul oleh Tina setelah lelaki itu selesai melakukan ritual mandi.Dua pasang manusi itu sama-sama keluar dari kamar dan menuju
Prasetyo dan dua wanita yang tengah bersamanya masuk ke dalam taxi yang tersedia di luar bandara. Di dalam taxi, tidak ada percakapan khusus antara mereka bertiga. Linda memilih diam, ia juga bingung harus membahas apa, begitu juga dengan Prasetyo, ia merasa terhalang oleh kehadiran Tina antara mereka.“Mbak, kenapa dari tadi diam aja? apa kalian malu dengan keberadaanku di sini?” tanya Tina pada Linda dan Prasetyo.“Tidak, Tina. Aku hanya tidak tahu harus bahas apa dengan mas Prasetyo, makanya aku diam aja,” jawab Linda sopan.“Berhenti di sini, Pak. Kami sampai sini saja,” ujar Prasetyo pada supir taxi.Taxi berhenti di depan sebuah mobil yang parkir di tepi jalan raya. Prasetyo keluar dari taxi setelah membayar biaya tumpangannya dan dua wanita yang ia bawa. Lelaki itu membawa beberapa barang dan meletakkannya di dekat mobil yang parkir di sana.“Mas, ini mobil siapa? Kamu sembarang letakin barang aja, k