Mobil Prasetyo terus melaju, dan setelah satu jam perjalanan mobil berhenti di depan bangunan mewah yang disebut sebagai hotel berbintang lima di kota itu. Prasetyo keluar dari dalam mobil diiringi oleh Linda. Wanita paruh baya itu tidak memikirkan hal apa pun saat ini, ia hanya mengikuti langkah lelaki yang ada jauh di depannya dengan tenang.
Linda membiarkan Prasetyo mengurus administrasi terlebih dahulu, ia memilih duduk di kursi tunggu yang ada di sana. Prasetyo menghampiri Linda yang masih memperhatikan lingkungan sekitar, lelaki itu tersenyum tipis melihat tingkah wanita yang ada dihadapannya.
“Kamu belum pernah ke sini? kok kayak orang bingung gitu?” tanya Prasetyo pada wanita dua anak itu.
“Iya, Mas. Saya belum pernah ke sini sbeelumnya, lagian buat apa saya ke sini,” jawab Linda jujur pada lelaki yang menahan tawanya.
Prasetyo meraih tangan lembut Linda dan merangkul pinggul wanita paruh baya itu. Kedua manusia itu masuk ke dalam sebuah kamar yang telah di pesan sebelumnya. Linda memperhatikan isi kamar yang hanya beberapa benda di dalamnya, ia masih belum paham dengan keberadaannya di sana.
“Kamu istirahat aja dulu, Sayang. Aku mau mandi, atau kamu mau mandi juga?” tawar Prasetyo pada Linda.
“Nggak, Mas. Duluan aja, nanti kita gentian aja,” balas Linda pada lelaki yang melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
***
Di universitas yang terlihat sedikit megah dan luas, Rinjani tengah mengasah otaknya di dalam kelas. Para mahasiswa dan mahasiswi sedang fokus pada lembar jawaban mereka masing-masing, karena saat ini mereka tengah mengadakan uji kompetensi harian.
Mahasiswi cantik itu berdiri dan bergegas mengumpulkan lembar jawabannya yang penuh coretan, Rinjani meletakkan lembar jawabannya di atas meja. Ia adalah orang pertama yang menyelesaikan ujian itu.
“Rinjani, kamu gak nyontek atau lihat jimat kan? Kalau itu terjadi, nilai kamu akan bermasalah sama saya untuk seterusnya,” ucap dosen pengawas pada mahasiswi cantik itu.
“Pak, seumur hidup saya gak ada yang namanya nyontek sama lihat jimat ya! memangnya masalah kalau saya orang pertama yang ngumpul jawaban,” tukas Rinjani pada dosen itu.
Semua mahasiswa dan mahasiswi tidak heran dengan ucapan yang terlontar dari bibir Rinjani, karena mereka sudah paham akan sikap mahasiswi cantik itu. Rinjani memang mahasiswi cerdas dan tegas, ia tidak akan terima jika dirinya dituduh tanpa bukti, itu yang mengakibatkan dirinya tidak memilki teman.
Rinjani kembali ke tempat duduknya dan meraih tas seraya melangkah pergi dari dalam kelas. Ia khawatir jika amarah dalam dirinya akan meledak dan itu akan bahaya pada orang lain. Mahasiswi cantik itu keluar dari kampus menuju taman yang ada di sekitarnya.
Mahasiswi cantik itu menatap langit biru yang indah, ia memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya yang tidak kacau, malainkan mengharapkan sesuatu yang mengganjal dalam dirinya dapat normal kembali.
“Hei, sendiri aja? memangnya kamu gak kepanasan memandang matahari itu?” tanya seseorang yang baru saja menghampiri Rinjani.
Mahasiswi cantik itu membuka matanya perlahan dan menatap siapa yang datang. Orang itu tersenyum manis padanya, dan duduk di dekat Rinjani tanpa minta izin terlebih dahulu.
“Apakah kali ini kamu akan menghindari saya, Rinjani? Jika memang begitu, lebih baik saya pergi,” ujar seseorang itu yang tak lain adalah laki-laki yang menjadi dosen di kampus Rinjani.
“Kapan saya menghindari anda, Pak? Jika anda ingin pergi silahkan!” balas Rinjani pada dosen itu.
“Baiklah, saya akan tetap di sini menemani kamu. Akan lebih baik jika kita sedikit mengobrol, bukan?” tanya lelaki itu pada Rinjani.
“Pak Alif, saya duduk di sini bukan nunggu seseorang buat ngobrol, tetapi mencari sedikit ketenangan. Apakah anda bisa diam untuk sementara waktu?” Rinjani memejamkan matanya kembali seraya menengadahkan wajahnya ke arah langit.
“Kamu memang cantik Rinjani, tidak sia-sia saya melabuhkan hati padamu. Akan tetapi, apakah kamu punya rasa yang sama dengan saya?” ujar Alif dalam hatinya sambil memandang mahasiswi cantik itu.
***
“Rindu, kita pulangnya sama aja ya! bentar lagi mama jemput aku kok,” ujar Bintang pada Rindu.
“Memangnya mama kamu jemput pakai apa? kalau pake motor mana muat, Bintang,” balas Rindu pada sahabatnya.
“Kalian tenang aja, kali ini mama jemput pakai mobil. Jadi kita bertiga bisa pulang bareng,” ucap Bintang penuh semangat.
Rindu dan Bulan saling pandang, seolah saling memberi kode persetujuan. Tiga gadis cantik itu keluar dari lingkungan sekolah dan menunggu kedatangan mama Bintang di depan gerbang. Tidak alam kemudian, sebuah mobil putih berhenti di depan mereka, seorang wanita yang terlihat cantik keluar dari mobil dengan stylenya seperti bisnis women. Memang benar, mama Bintang ialah seorang pebisnis.
“Hai, gadis cantik. Maaf saya terlambat, ayo masuk ke dalam mobil!” ajak mama Bintang pada tiga gadis itu.
Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang. Sementara itu mama Bintang memutar lagu kesukaannya yaitu album Ratih Purwasih. Tiga gadis cantik itu menikmati alunan lagu yang mengiringi perjalanan mereka, tidak ada perbincangan khusus hingga mobil berhenti di depan rumah Rindu.
***
Di dalam kamar hotel, Prasetyo keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pada setengah badannya. Meskipun umur sudah cukup tua, tetapi fisik masih terlihat segar dan bugar karena lelaki itu suka berolahraga.
Linda menelan salivanya melihat pemandangan gratis tepat dihadapannya. Entah apa yang ia rasakan, seolah tubuhnya ingin menjamah tubuh Prasetyo yang terlihat sangat atletis. Lelaki itu tersenyum tipis melihat Linda bertingkah begitu, seolah ia tahu apa yang ada dalam pikiran wanita itu.
“Sayang, ini giliranmu untuk membersihkan tubuhmu. Baru setelah itu kita kerja,” bisik Prasetyo pada wanita itu.
Linda beranjak dari kasur dan buru-buru masuk ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, wanita paruh baya itu menunaikan ritual mandinya, ia juga memanjakan tubuhnya di dalam bath up yang dipenuhi oleh busa dari sabun.
Setelah selesai mandi, Linda keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya. Wanita dua anak itu malu-malu meletakkan bajunya di tepi kasur karena kamar tampak kosong. Ia memastikan tidak ada orang lain di sana kecuali dirinya.
Linda dengan lihainya hendak memasang kecamata yang membungkus dua gunung kembar miliknya. Akan tetapi kegiatannya itu terhalang oleh sebuah tangan yang menahan dirinya. Prasetyo memeluk tubuh wanita itu dari belakang dan menciumi leher yang terlihat sangat mulus itu.
Linda sedikit mendesah karena mendapat perlakuan yang sudah lama terpendam dalam dirinya. Ia berbalik badan dan menatap wajah Prasetyo dengan intens dan mengharapkan sesuatu yang lebih. Lelaki itu tersenyum dan langsung menjalankan aksinya, Prasetyo mendaratkan bibirnya pada bibir Linda.
Dua manusia itu saling beradu lidahnya dan menyesuri apa yang ada dalam mulut masing-masing. Tangan Prasetyo mulai mengelus wajah wanita itu dengan lembut, lalu turun tepatnya pada punggung Linda dan melepaskan kait kecamata yang membungkus gunung kembar milik Linda.
Perlahan tangan Prasetyo masuk ke dalam handuk dan bermain dengan gunung kembar yang penuh dalam genggamannya. Linda merasakan ada sesuatu yang berbeda, sesekali ia mendesah nikmat dan melepaskan pagutan bibir mereka.
“Ah, kenapa begitu nikmat sekali? Kapan kita akan bekerja?” desah Linda pada Prasetyo.
“Kita sedang bekerja, Sayang. Aku akan memulainya,” ucap Prasetyo lembut.
Lelaki itu menuntun sekaligus merebahkan tubuh Linda ke atas kasur, sementara bibir mereka masih bersatu. Prasetyo tidak bisa menahan hasratnya dan melepaskan balutan handuk miliknya dan wanita paruh baya itu.
Tangan dan bibir Prasetyo menyusuri gunung kembar milik Linda, hanya ada desahan dan kenikmatan yang wanita itu rasakan, ingin sekali ia menolak hal itu tetapi tidak dengan tubuhnya. Dua insan itu menyatukan miliknya dan menuju syurga dunia.
“Ah, ah, ah, pelan-pelan, Mas. Sakit banget tau!” desah Linda kesakitan.
“Aku sudah berusaha pelan, Sayang. Akan tetapi milikmu sangat sempit, seperti seorang perawan,” balas Prasetyo.
Keduanya bermain hampir tiga jam, keringat membasahi tubuh Linda dan Prasetyo. Wanita paruh baya itu memejamkan matanya karena kelelahan, Prasetyo memeluk tubuh wanita itu dengan penuh kasih sayang.
Rindu masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi tanpa siapa pun. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa dan memandangi langit-langit rumah itu. Sesekali gadis cantik itu menghembuskan nafasnya dan mencoba menutup mata untuk beristirahat sejenak.Pintu terbuka lebar dengan kedatangan sosok wanita cantik yang tersenyum melihat Rindu yang tengah tertidur. Ia mengamati wajah gadis cantik itu dengan seksama tanpa ada keinginan untuk mengganggunya.Rinjani melangkah ke dapur untuk mempersiapkan sesuatu yang dapat mengganjal perutnya, mahasiswi cantik itu memang sudah biasa dengan hal seperti itu. Tidak lama kemudian, nasi goreng telah siap dihidangkan, aroma makanan tersebut membuat Rindu membuka matanya secara perlahan.Rindu menghampiri Rinjani yang tengah duduk menikmati nasi goreng buatannya, gadis cantik itu ikut duduk dan mengambil bagian untuk dirinya. Rinjani hanya tersenyum tipis melihat tingkah Rindu yang semaunya saja.“Kakak udah lama pulang? kok a
Linda menyuguhkan secangkir teh hangat untuk Tina, meskipun ia ingin segera beristirahat tetapi ia bertahan demi menghormati tamunya yang datang. Wanita paruh baya itu sangat menghoramti setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya, akan tetapi ia tidak menerima sembarang orang untuk masuk ke dalam rumah, ia takut bisik-bisik tetangga yang lebih tajam dari pedang.“Besok mbak bekerja lagi ya? aku ikut dong mbak, dari pada nganggur,” ujar Tina pada Linda.“Mas Prasetyo ajak aku ke luar kota sih, Tina. Tapi aku bingung buat alasan apa sama anak-anak aku,” balas Linda pada Tina.“Itu urusan yang sangat mudah banget, Mbak. Pasti mas Prasetyo punya cara tersendiri untuk menyelesaikan hal ini,” Tina meyeruput minumannya yang hampir dingin.Malam pun tiba setelah pagi dan siang berkelanana di bumi manusia. Rindu bangkit dari sofa dan membawa buku bacaannya menuju kamar, gadis cantik itu tidak kuat menahan kantuk akibat dari kegiata
Rindu masuk ke dalam lingkungan sekolah dengan ekspresi datar. Gadis cantik itu tidak terlalu ramah pada siswa dan siswi lainnya, ia memilih untuk mencari keberadaan Bulan dan Bintang. Langkahnya terhenti oleh seseorang yang ada di hadapannya saat ini dan tersenyum manis pada gadis cantik itu.“Pagi, Rindu! Apa kabarmu? Apa tidurmu nyeyak?” tanya orang itu yang tak lain adalah Deren, guru muda di sekolah itu.“Apa urusanmu dengan tidurku? Minggir! kehadiranmu membuat hariku tambah buruk,” ketus Rindu pada Deren.“Bisa gak sih, kalau kamu sopan dikit sama orang yang lebih tua. Kamu harus sadar posisi kamu, Rindu,” balas Deren tidak terima dengan sikap Rindu padanya.“Seharusnya kata itu untuk diri kamu, bukan untuk aku. Kamu juga harus tahu batasanmu sebagai seorang guru terhadap murid,” Rindu melewati Deren yang masih berdiri di tempat.Deren mengusap rambutnya dengan kasar, ia merasa sedikit kesal de
Prasetyo dan dua wanita yang tengah bersamanya masuk ke dalam taxi yang tersedia di luar bandara. Di dalam taxi, tidak ada percakapan khusus antara mereka bertiga. Linda memilih diam, ia juga bingung harus membahas apa, begitu juga dengan Prasetyo, ia merasa terhalang oleh kehadiran Tina antara mereka.“Mbak, kenapa dari tadi diam aja? apa kalian malu dengan keberadaanku di sini?” tanya Tina pada Linda dan Prasetyo.“Tidak, Tina. Aku hanya tidak tahu harus bahas apa dengan mas Prasetyo, makanya aku diam aja,” jawab Linda sopan.“Berhenti di sini, Pak. Kami sampai sini saja,” ujar Prasetyo pada supir taxi.Taxi berhenti di depan sebuah mobil yang parkir di tepi jalan raya. Prasetyo keluar dari taxi setelah membayar biaya tumpangannya dan dua wanita yang ia bawa. Lelaki itu membawa beberapa barang dan meletakkannya di dekat mobil yang parkir di sana.“Mas, ini mobil siapa? Kamu sembarang letakin barang aja, k
“Mas, ouh … ah … ah masukkan juniormu pada sangkarku. Aku mohon!” Tina memelas pada Jaya.Jaya yang sudah puas bermain di sana dengan mulutnya, kemudian mengeluarkan senjata pamungkasnya dan langsung memasukkan ke dalam sarang Tina. Wanita itu tidak berhenti mendesah, ia kesakitan sekaligus merasakan kenikmatan. Jaya terus saja bermain di sana dengan lembut, karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Tina.“Sayang, punyamu sangat sempit. Rasanya kamu masih gadis ting-ting,” puji Jaya pada Tina.“Aku selalu menjaga dan merawatnya, Mas. Agar dapat kamu nikmati,” balas Tina pada lelaki yang sedang berada di atas tubuhnya.Kedua manusia itu saling berpelukan setelah satu jam lebih melakukan kegiatan panas. Jaya segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu di susul oleh Tina setelah lelaki itu selesai melakukan ritual mandi.Dua pasang manusi itu sama-sama keluar dari kamar dan menuju
Jam menunjukkan pukul 13:00. Saatnya Rindu dan lainnya pulang sekolah setelah menerima pelajaran dari guru mereka. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas dengan langkah beriringan, tiga gadis cantik itu berhenti di depan gerbang untuk menunggu kendaraan yang dapat mengantar mereka pada tempat pusat perbelanjaan.“Hai, nona cantik! Kalian mau ke mana? boleh gak kalau aku ikut?” tanya Devan pada Rindu dan kedua sahabatnya.“Maaf, banget ya! ini khusus kami bertiga aja, dan tidak menerima orang lain,” jawab Bintang pada lelaki itu.“Kalau begitu baiklah, mungkin lain kali aja aku bergabung sama kalian,” Devan pergi dari tempat para gadis itu.Rindu menghentikan sebuah taxi yang berjalan di depan sekolah mereka. Tiga gadis cantik itu masuk ke dalam taxi dan meluncur menuju tempat yang telah mereka ketahui sebelumnya. Satu jam kemudian, Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari taxi, lalu masuk ke pusat perbelanjaan.
Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.
“Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin
Rindu dan kedua sahabatnya mengikuti pelajaran dengan baik. Mereka juga terlihat aktif di dalam kelas, sehingga guru senang masuk di dalam kelas itu. Waktu terus saja berjalan sehingga masa sekolah hari ini selesai. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari sekolah, mereka berdiri di depan bangunan itu untuk menunggu bus yang akan mengantar mereka pada rumah masing-masing.“Aku pulang sama kalian aja ya! soalnya mama aku ada halangan,” ujar Bintang pada Rindu dan Bulan.“Boleh, asal jangan ngeluh aja dengan suasana dalam bus. Kadang sempit, bising, dan segala macamlah,” balas Bulan pada sahabatnya.“Udah biasa kali! Hal itu gak masalah bagiku, yang penting aku hadapinnya sama kalian,” Bintang tersenyum manis pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus. Rindu dan kedua sahabatnya masuk ke dalam bus dan duduk berdekatan. Mereka asyik memandangi beberapa pasangan muda yang saling ber
Linda masih asyik dengan permainan yang ia buat sendiri, sehingga membuat Prasetyo kewalahan dan menginginkan hal lebih. Akan tetapi, ia tidak mungkin melanjutkan hal itu karena mereka akan pulang ke rumah masing-masing.Wanita paruh baya itu menyelesaikan kegiatannya lebih kurang setengah jam. Ia tersenyum manis pada Prasetyo yang terlihat lesu karena baru saja mengeluarkan sesuatu yang membuat dirinya lega. Lelaki itu menciun kening Linda dengan penuh kasih sayang, seolah ia tidak ingin kehilangan wanita yang sudah beberapa hari masuk ke dalam hidupnya.“Sayang, apa kamu mau menikah denganku?” tanya Prasetyo setelah melepas kecupannya.“Itu gak mungkin, Mas. Kamu sudah punya keluarga dan aku tidak ingin menjadi nenalu dalam keluargamu,” tolak Linda secara halus.“Tapi aku gak bahagia hidup sama dia, Sayang. Aku ingin bahagia bersamamu,” ujar Prasetyo memohon pada Linda.Prasetyo memeluk wanita itu dan menyandar
Bulan selesai membersihkan dirinya dan menatap sendu pada Rindu serta Bintang. Gadis itu masih diam dan enggan untuk membuka mulutnya, sebagai seorang sahabat Rindu dan Bintang juga tidak terlalu ingin tahu apa yang terjadi pada Bulan, biarlah gadis itu yang mengatakannya.“Ayo pergi dari sini! kita mungkin akan dapat hukuman jika terlalu lama meninggalkan kelas,” ajak Rindu pada kedua sahabatnya.Tiga gadis cantik itu keluar dari toilet menuju kelasnya. Di dalam kelas, telah berdiri seorang guru muda dan guru wanita tengah berbincang serius mengenai permasalahan yang Bulan alami. Rindu memutar malas matanya, ia sangat tidak suka jika kejadian ini diperpanjang.“Kalian bertiga! Ikut saya ke kantor, ada sesuatu yang harus kita bahas,” ucap Deren pada Rindu dan kedua sahabatnya.Rindu dan kedua sahabatnya hanya menunduk dan mengikuti langkah Deren menuju kantor guru. Rindu masuk pertama kali dan duduk dengan baik di atas sofa yang te
“Sayang, ayo kita tidur! Karena besok kita akan pulang,” ajak Prasetyo pada Linda.Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng tangan Prasetyo dengan mesra. Linda bergelayut manja pada lelaki itu seperti istri sah dari pemilik perusahaan terbesar seasia.“Apa yang harus kita lakukan, Tina? Apakah kita juga akan tidur?” tanya Jaya pada Tina.“Aku sih terserah kamu aja, Mas. Kalau mau tidur juga gak apa-apa,” jawab Tina tanpa masalah.Jaya dan Tina melangkah menuju kamarnya, mereka berdua masuk ke dalam kamar yang terlihat begitu luas dan sangat nyaman di sana. Tina merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk dan disusul oleh Jaya. Mereka tidak melakukan apa pun kecuai hanya saling berpelukan.Di kamar sebelah, Prasetyo dan Linda juga tidak melakukan apa pun, kecuali sekedar pelukan hangat yang sama-sama mereka berikan sebagai bentuk kasih sayang satu sama lain. Linda terus saja menatap lel
“Kalian tidak perlu heran dengan sikapku saat ini, cukup simpan saja sebagai pertanyaan selamanya,” ujar Rinjani pada sahabat Rindu.“Gimana kami gak heran, Kak. Seorang Rinjani yangterkenal dingin dan sekarang dapat tersenyum manis seperti itu,” balas Bintang pada mahasiswi cantik itu.Rindu menepuk jidatnya, gadis cantik itu khawatir jika Rinjani akan marah dengan kalimat yang diucapkan Bintang. Akan tetapi, mahasiswi cantik itu tidak berbuat apa pun dan ia memilih untuk duduk dengan tenang sembari menikmati cemilan yang terletak di atas meja.“Baiklah, aku akan memaafkan kamu hari ini, Bintang. Aku tidak ingin merusak kebahagiaanku saat ini,” ucap Rinjani pada Bintang.Tiga gadis cantik itu saling beradu pandang, mereka benar-benar dibuat kebingungan oleh Rinjani. Berbeda dengan mahasiswi cantik itu, ia tidak perduli dengan pemikiran Rindu dan kedua sahabat sang adik. Kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini tidak ingin
Di kampus, Rinjani tengah serius mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menjabarkan materi panjang lebar dalam ruangan itu. Sehingga tak jarang mahasiswi cantik itu menguap karena mengantuk mendengarkan penjelasan dosen yang tidak memilki rasa bosan.Tidak lama kemudian, bel berbunyi pertanda perkuliahan telah berakhir. Rinjani mengemas segala peralatannya dan memasukkan ke dalam tas lalu beranjak keluar dari kelas. Mahasiswi cantik itu langsung menuju keluar kampus dan memutuskan untuk pulang.“Rinjani, tunggu aku dulu! Kamu jalannya cepat banget sih,” teriak seorang wanita pada Rinjani.Mahasiswi cantik itu berhenti dan berbalik melihat siapa yang memanggil dirinya. Rinjani mengerutkan keningnya, ia tidak mengenal siapa wanita yang terlihat sok akrab padanya. wanita itu berhenti di depan Rinjani dengan nafas yang masih terdengar ngos-ngosan.“Maaf, kamu siapa ya? kenapa bisa tahu nama aku?” tanya Rinjani pada wanita itu.
Jam menunjukkan pukul 13:00. Saatnya Rindu dan lainnya pulang sekolah setelah menerima pelajaran dari guru mereka. Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari kelas dengan langkah beriringan, tiga gadis cantik itu berhenti di depan gerbang untuk menunggu kendaraan yang dapat mengantar mereka pada tempat pusat perbelanjaan.“Hai, nona cantik! Kalian mau ke mana? boleh gak kalau aku ikut?” tanya Devan pada Rindu dan kedua sahabatnya.“Maaf, banget ya! ini khusus kami bertiga aja, dan tidak menerima orang lain,” jawab Bintang pada lelaki itu.“Kalau begitu baiklah, mungkin lain kali aja aku bergabung sama kalian,” Devan pergi dari tempat para gadis itu.Rindu menghentikan sebuah taxi yang berjalan di depan sekolah mereka. Tiga gadis cantik itu masuk ke dalam taxi dan meluncur menuju tempat yang telah mereka ketahui sebelumnya. Satu jam kemudian, Rindu dan kedua sahabatnya keluar dari taxi, lalu masuk ke pusat perbelanjaan.
“Mas, ouh … ah … ah masukkan juniormu pada sangkarku. Aku mohon!” Tina memelas pada Jaya.Jaya yang sudah puas bermain di sana dengan mulutnya, kemudian mengeluarkan senjata pamungkasnya dan langsung memasukkan ke dalam sarang Tina. Wanita itu tidak berhenti mendesah, ia kesakitan sekaligus merasakan kenikmatan. Jaya terus saja bermain di sana dengan lembut, karena ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Tina.“Sayang, punyamu sangat sempit. Rasanya kamu masih gadis ting-ting,” puji Jaya pada Tina.“Aku selalu menjaga dan merawatnya, Mas. Agar dapat kamu nikmati,” balas Tina pada lelaki yang sedang berada di atas tubuhnya.Kedua manusia itu saling berpelukan setelah satu jam lebih melakukan kegiatan panas. Jaya segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu di susul oleh Tina setelah lelaki itu selesai melakukan ritual mandi.Dua pasang manusi itu sama-sama keluar dari kamar dan menuju
Prasetyo dan dua wanita yang tengah bersamanya masuk ke dalam taxi yang tersedia di luar bandara. Di dalam taxi, tidak ada percakapan khusus antara mereka bertiga. Linda memilih diam, ia juga bingung harus membahas apa, begitu juga dengan Prasetyo, ia merasa terhalang oleh kehadiran Tina antara mereka.“Mbak, kenapa dari tadi diam aja? apa kalian malu dengan keberadaanku di sini?” tanya Tina pada Linda dan Prasetyo.“Tidak, Tina. Aku hanya tidak tahu harus bahas apa dengan mas Prasetyo, makanya aku diam aja,” jawab Linda sopan.“Berhenti di sini, Pak. Kami sampai sini saja,” ujar Prasetyo pada supir taxi.Taxi berhenti di depan sebuah mobil yang parkir di tepi jalan raya. Prasetyo keluar dari taxi setelah membayar biaya tumpangannya dan dua wanita yang ia bawa. Lelaki itu membawa beberapa barang dan meletakkannya di dekat mobil yang parkir di sana.“Mas, ini mobil siapa? Kamu sembarang letakin barang aja, k