Leon Ramford secara tiba-tiba berubah menjadi seorang pria yang bernyali. Padahal beberapa saat sebelumnya pria ini seperti seekor anak kucing yang baru terpisah dari induknya. Ketakutan dan meringkuk seorang diri di pojokan.
Max yang masih menggenggam senjata api itu pun mendongakkah kepalanya. Sekejap saja ia melirik ke arah Tuan Ramford sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia tahu kalau bos nya kali ini sangat berhutang budi padanya.
“Tuan, apakah Anda ingin saya memecahkan kepala mereka dengan peluru yang telah mereka siapkan?” tanya Max dengan percaya diri.
Mendengar ucapan Max, dua pengawal Tuan Wolfgang yang beberapa saat lalu bergetar kakinya karena ketakutan pun akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh kaki Max. Kedua lelaki itu sepertinya ingin meminta ampun pada lelaki kurus itu. Mereka tentu saja tak ingin nyawa mereka harus berakhir di tangan Max yang dinilai berbahaya.
“Aku tak menyangka kau bisa melakukan itu? Bagaiamana kau bisa menebak kalau minuman yang disajikan untukku itu beracun?” tanya Leon Ramford pada Max yang masih berada di depan kemudi.Kejadian hari ini benar-benar membuatnya terkejut. Hubungan baik yang selama ini dibina dengan Tuan Wolfgang harus berakhir oleh keserakahan. Sebenarnya hal seperti ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi dunia hitam yang digelutinya.Hanya ada dua hal yang berlaku dalam dunia hitam. Anda dibunuh atau membunuh. Kali ini Tuan Wolfgang berencana untuk membunuh, tapi sayang rencana busuk itu tercium oleh Max.Max sendiri memang berencana untuk merebut hati Leon Ramford dan membuat pria itu begitu percaya kepadanya.“Bukankah itu sudah menjadi kewajiban saya untuk menjaga keselamatan Anda Tuan?” balas Max yang tetap fokus mengemudi.Leon Ramford tampak mengangguk-angguk mendengar ja
Jade tengah membantu menyiapkan makan malam untuk Olive dan Daniel ketika Max datang ke rumah keluarga McCall. Kedua anak kecil itu sepertinya sudah mulai beradaptasi dengan kehadiran Jade yang berperan sebagai pengasuh mereka sementara.Saat itulah Daniel menoleh dan mendapati dirinya melangkah ke arah ruang makan. Entah apa yang membuat anak lelaki kecil itu, ia langsung berlari menuju Max dan melompat ke dalam pelukan pengawal kurus itu.“Paman Max!” panggilnya seolah enggan lepas dari pelukan pengawal baru itu.Max yang sebenarnya adalah Ernest tentu saja tak mampu menyembunyikan nalurinya sebagai orang tua. Ia begitu merindukan sosok kedua anak itu, dan ia menggendong Daniel lalu memutar tubuhnya seperti yang selalu dilakukannya setiap pulang kerja.Daniel yang telah lama tak mendapatkan kasih sayang orang tua secara utuh pun sangat bahagia mendapatkan perlakukan seperti itu.
Api yang tadi membakar tirai di ruang makan telah padam. Untungnya Max cepat tanggap untuk menyiramnya dengan air putih untuk pertolongan pertama. Kemudian menggunakan alat pemadam api ringan yang memang ada di ruangan itu.Jade berjalan dengan langkah lebar sambil memeluk Olive dan menggendong Daniel. Anak kecil itu memeluk erat leher Jade dan menyandarkan kepala di pundaknya sambil berusaha untuk menutupi mata agar terlindung. Kedua anak yang kini berada di bawah pengasuhan Jade ini tampak ketakutan.“Bibi Jade, ada apa sebenarnya?” tanya Olivia dengan suara yang sangat lirih agar tak terdengar oleh orang yang mencoba mencelakai mereka.Jade hanya membelalakkan mata dan ikut berbicara lirih,“Sst Bibi juga tidak tahu, sekarang kita harus berhati-hati. Kau jangan sampai lepas dariku ya,” katanya mencoba untuk menenangkan Olive.Jade menoleh ke kanan dan k
Lelaki yang berniat untuk memanjat dinding untuk melarikan diri dari kediaman Ernest McCall pun akhirnya terjatuh ke belakang. Benturan cukup keras terjadi pada lututnya dan membuatnya membutuhkan waktu untuk kembali berdiri.Di belakangnya tampak Max tengah menarik sisi belakang pakaian lelaki itu cukup kuat, hingga ia nyaris tercekik. Lelaki yang terjatuh itu terbatuk oleh jeratan di lehernya. Jika topengnya dibuka wajahnya tentu saja tampak pucat pasi.Namun Max sepertinya tak ingin terburu-buru untuk membuka topeng yang menutupi wajah sang penyusup. Terlihat jelas kalau Max ingin bermain-main lebih dulu dengan lelaki yang sekarang masih berlutut membelakangi dirinya.Sesekali Max melonggarkan cengeraman pada kerah bajunya, dan membiarkan penyusup ini menghirup udara segar, kemudian memelintir kerah bajunya kembali dengan kuat.“Uhuk uhuk,” penyusup itu terbatuk.&
Max tersenyum sinis penuh kemenangan setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia tahu kalau fakta yang barusan diungkapnya adalah sebuah kebenaran yang nyata. Itu adalah alasan Vanessa mempekerjakannya untuk menjadi pengawal bagi kedua anaknya.Sebelumnya Leon Ramford tidak menginginkan kehadiran Max dalam lingkungannya. Lelaki bertubuh kurus ini tidak memiliki kemampuan apapun. Kehadirannya hanya menghabiskan uangnya saja. Namun desakan dari Vanessa membuatnya mendapatkan pekerjaan ini.Suami dari Jade ini kembali memperhatikan sosok Tom yang berdiri di depannya. Lelaki itu berdiri tegap seolah menantang. Tampaknya gertakan yang disampaikan oleh Max tak bisa membuat Tom gentar, walaupun itu adalah kenyataan.“Ah tahu apa kau! Selama ini kau hanyalah pesuruh kami, mana mungkin kau mengetahui seluk beluk kehidupan pribadi Nyonya Vanessa dan Tuan Ramford!” cetus Tom.Max kembali tertawa sin
“Ha ha kenapa Tom, perkelahian kita belum selesai, tapi kau malah diam dan tidak ingin bangun. Apa kau sudah mengantuk?” tanya Max mengejek.Lelaki bertubuh kekar ini sudah tak lagi berani untuk mengarahkan tatapan mata yang tajam ke arah Max.“Tolong aku!” pintanya.“Huh menolongmu?”Tubuh Tom memang merasa sakit, tapi ia yakin kalau dirinya tidak mengalami kelumpuhan, atau cedera pada bagian tulang belakangnya. Ia masih sanggup untuk memiringkan badan ke kanan dan kiri, tapi entah kenapa sulit sekali rasanya untuk bangun.Yang paling ditakutkan oleh Tom kali ini bukanlah kondisi tubuhnya yang sakit. Semuanya bisa diobati dengan mudah, di jaman serba canggih sekarang masalah seperti ini tentu saja menjadi masalah kecil. Namun kekhawatiran terbesarnya adalah bagaimana ia bisa selamat dari Tuan Ramford ketika tahu apa yang dilakukannya kali ini.
Perlahan sosok yang mengajaknya bicara terlihat semakin jelas. Tak ada lagi asap yang mengepul dan menutupi dirinya. Sosok itu sama seperti Max, tingginya, rambutnya, warna kulit dan wajahnya semuanya sama.Tentu semuanya sama, sebab dia adalah roh dari Max yang sekarang berada di negeri langit.“Ernest kau harus membantuku!” serunya sekali lagi.Ernest menghembuskan napas panjang, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Walau sekarang ia menjelma menjadi seorang pengawal terkuat, tapi jika harus berhadapan dengan roh sang pemilik raga tentu ia gentar.Sebagai pemilik tubuh, wajar jika Max kecewa atau mungkin marah karena ada sosok lain yang mendiami tubuhnya. Mungkin saja roh Max juga ingi mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali.“Apa yang kau inginkan?” tanya Ernest dengan suara yang dibuat setenang mungkin.“Ini tentang Jade
Max memutar tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Ernest. Secara fisik mereka berdua sama persisi, hanya yang satu lebih pucat seperti tak ada darah yang mengalir di sana.“Ya, kau tak salah dengar akan permintaanku barusan. Aku serius dengan perkataanku. Penuhi kebutuhan seksual Jade!” pinta Max.Ernest menggeleng, “Tidak … aku tak bisa melakukannya.”Sebenarnya permintaan Max ini memberikan keuntungan baginya. Sudah lama Ernest tidak bersentuhan dengan perempuan. Semenjak tubuhnya melemah oleh Arsenik yang perlahan-lahan diberikan Vanessa, ia sama sekali tak pernah merasakan kehangatan seorang wanita.Bodohnya Erenst yang saat itu masih terbaring lemah berpikir kalau ialah yang tak bisa memuaskan istrinya Vanessa. Terus menerus menyalahkan dirinya karena menjadi seorang lelaki tak berguna, baik sebagai ayah ataupun suami. Tak bisa menafkahi, melindungi dan menjaga kelu