Max memutar tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Ernest. Secara fisik mereka berdua sama persisi, hanya yang satu lebih pucat seperti tak ada darah yang mengalir di sana.
“Ya, kau tak salah dengar akan permintaanku barusan. Aku serius dengan perkataanku. Penuhi kebutuhan seksual Jade!” pinta Max.
Ernest menggeleng, “Tidak … aku tak bisa melakukannya.”
Sebenarnya permintaan Max ini memberikan keuntungan baginya. Sudah lama Ernest tidak bersentuhan dengan perempuan. Semenjak tubuhnya melemah oleh Arsenik yang perlahan-lahan diberikan Vanessa, ia sama sekali tak pernah merasakan kehangatan seorang wanita.
Bodohnya Erenst yang saat itu masih terbaring lemah berpikir kalau ialah yang tak bisa memuaskan istrinya Vanessa. Terus menerus menyalahkan dirinya karena menjadi seorang lelaki tak berguna, baik sebagai ayah ataupun suami. Tak bisa menafkahi, melindungi dan menjaga kelu
Kedua anak kecil itu tidak duduk di meja makan menunggu sarapan tiba. Mereka berdua justru berdiri di sekitar Jade yang tengah membuat French Toast untuk mereka. Sementara Max, hanya bersandar di meja pantry dan memperhatikan keadaan sekitar.Jade menghentikan kegiatannya sejenak. Perempuan berwajah bulat itu sepertinya terlihat bingung karena tidak menemukan sesuatu untuk membuat sarapan pagi.“Kau kenapa?” tanya Max.“Oh aku … aku hanya mencari pemanggang, di sebelah mana ya, atau mungkin ada di dapur.Dengan cekatan Max membuka pintu counter yang berada di bawah meja pantry dan memberikan panggangan itu pada Jade.“Terima kasih.”“Jade, satu lagi Olive tak bisa meminum susu sapi, dia meminum susu almond,” tambah Max.Jade mengangguk, hampir saja ia membuatkan susu sapi untuk anak perempu
Melihat lirikan walikota Carter, petugas itu pun mengangguk. Bersama rekan seprofesinya ia segera menangkap aktivis yang menghalangi tujuan sang walikota, yang tentunya berada di bawah bayang-banyang Tuan Ramford.Terpilihnya Dave Carter sebagai walikota juga karena campur tangan Leon Ramford yang mampu menggiring massa. Entah apa cara yang dilakukan oleh Tuan Ramford, mungkin acaman atau bisa jadi iming-iming. Untuk itulah Dave Carter harus melancarkan segala rencana Ramford ketika ia menjabat sebagai walikota.Tanpa ada belas kasih, petugas itu langsung membawa tangan sang aktivis ke belakang, membelenggu lelaki itu dengan menggunakan cable tie dan membuatnya tak mampu bergerak. Tentu saja tindakan ini diprotes oleh aktivis lain karena ada tindakan kekerasan yang seharusnya tidak terjadi saat ini.“Lepaskan rekan kami!” teriak mereka.Bahkan beberapa aktivis mencoba untuk menyelamatkan
Sambil menikmati menu sarapan pagi, Olive melirik Max yang tengah mencelupkan rotinya pada sirup maple yang ia letakkan di dalam cawan kecil. Itu adalah kebiasaan Ernest, ayahnya.“Aku tak pernah tahu kau menyukai sirup maple?” tanya Jade yang duduk di sampingnya.Sadar ia telah melakukan kebiasaan Ernest, Max pun berhenti mengunyah, dan mencoba mencari argumen untuk menjawab pertanyaan sang istri. Sikap Max yang seperti ini semakin menumbuhkan kecurigaan pada Olive.“Pasti ada seseutu dengan Paman Max,” katanya dalam hati.“Oh sirup maple, aku baru menyadari kalau ini enak. Beberpa waktu lalu aku disuguhi sirup mapple oleh Tuan Ramford. Besok di rumah sediakan sirup mapple untukku makan roti ya,” jawab Max asal kemudian mencelupkan roti ke dalam sirup maplenya lagi untuk menghindari pertanyaan.Jade yang ada di sampingnya hanya mengangkat bahu
Max yang tak sengaja melanjutkan lagu karangannya pun segera mengambil air dan meminumnya. Ia tak mau rahasianya bocor, atau nyawa kedua buah hatinya menjadi taruhan.“Jade, bisa kau tuangkan sedikit buah-buahan kering untukku!” pinta Max mencoba untuk mengalihkan perhatian Olive.Jade mengangguk dan segera menuangkan buah-buahan kering ke piring Max. Namun ternyata pengalihan itu tak berhasil membuat Olive berhenti bertanya.“Paman Max, Paman belum menjawab pertanyaanku!” kata Olive.“Oh,” jawab Max kemudian menyuapkan buah-buahan kering dengan jumlah sedikit lebih banyak dari kapasitas sendok, tujuannya hanyalah untuk mengulur waktu dan menghindari pertanyaan Olive.“Hmm,” Olive pun mengangguk.Seperti yang diajarkan oleh ayahnya sebelumnya, jika seseorang kelepasan bicara pasti akan menutupinya dengan mengali
Mobil Leon Ramford yang dikemudikan Max telah tiba di rumah mewah bergaya mediterania milik pimpinan gank bawah tanah paling ditakuti di Southbay. Dengan elegan pengawal muda itu pun membuka pintu belakang dan mempersilakan bos nya untuk keluar.“Silakan Tuan!”“Hmm,” kata Leon Ramford kemudian keluar dan melangkah menuju ke dalam rumah.Baru beberapa langkah saja kekasih Vanessa itu melangkah, Max sudah memanggil dan menghentikannya.“Tuan Ramford!” panggilnya.“Ada apa Max?”Pengawal berambut cokelat itu segera mendekat ke arah Leon Ramford, dan kembali membungkuk hormat.“Maaf Tuan, saya ingin tanya tentang keadaan lelaki yang ada di bagasi. Maksud saya, apa yang harus saya perbuat untuk lelaki itu. Jika kita membiarkannya terus di sana tanpa makan dan minum tentunya akan membuatnya
Bayangan sang aktivis yang berlari mengikuti mobil Max masih terlihat jelas dari narrow mirror. Pemuda itu membuka mulutnya, tampaknya masih berusaha untuk meminta penjelasan dari Max.Max mendesis, lalu menambah kecepatan mobilnya membuat pemuda itu hanya bisa berdiri meratapi kepergian dirinya. Kemudian pemuda itu kembali melihat apa yang diberikan oleh Max.“Semoga saja kau bisa aman di sini, dan jangan pernah kembali ke Southbay sampai keadaanmu aman,” gumam Max sambil terus mengemudi.Pengawal yang telah kembali pada keluarga Ramford ini tampaknya sudah berhasil mendapatkan kepercayaan dari pria paling berkuasa di Southbay. Pelan-pelan tugas yang tampaknya berbahaya dan bersifat rahasia mulai diberikan pada Max. Bahkan beberapa kali ia diminta untuk menemani Don Ramford pada pertemuan rahasia.Hari sudah mulai gelap dan Max berkendara sendirian membelah hutan, dan pohon-pohon besar tampak di sekeliling kanan kirinya. Pengawal baru itu mulai memperhatikan center lock untuk memasti
Pelan-pelan Jade menutup kembali pintu kamar Olive dan Daniel. Kedua anak ini memang tidur satu kamar hanya ranjang mereka berbeda, si kecil Daniel belum siap untuk ditinggal sendirian dalam kamar, terlebih lagi dengan keadaan mereka yang sekarang di bawah pengaruh Don Ramford.“Hmm sepertinya mereka sudah tertidur lelap,” gumamnya.Ini sudah mendekati jam sebelas malam, tapi Max suaminya belum juga pulang atau setidaknya mengabari keberadaannya. Jade paham kalau menjadi seorang pengawal seperti suaminya tidak dapat pulang tepat waktu. Kapanpun Tuan Ramford membutuhkannya, tentu saja Max harus siap datang.Namun tidak untuk kali ini, Jade tampak mengharapkan suaminya untuk segera pulang. Semenjak tadi ia tak hentinya berjalan mengitari ruang tamu, kamar tidurnya dan juga kamar anak-anak Nyonya McCall.“Aduh kenapa ya? Sejak tadi aku terus saja memikirkan Max?” Jade kembali bergumam.Kali ini ia memutuskan untuk meuju dapur dan membuat cokelat panas berharap ia bisa lebih tenang. Namun
Don Ramford berdiri di depan jendela kamarnya di lantai dua. Wajah pria ini mengarah pada balkon di depan kamarnya. Kali ini ia mengerutkan dahi menunjukkan raut wajah keheranan.“Ada apa ini?” tanyanya kemudian.Pria yang paling ditakuti di area Southbay ini pun mendekatkan benda pipih yang tadi menempel di telinganya. Kemblai ia melihat layar benda pipih dan memastikan kalau ia tidak salah sambung.“Ini benar nomor Max, tapi siapa yang kuhubungi?” batinnya.“Siapa kau?”Terdengar tawa meremehkan dari pria yang ditelepon.“Bodoh, apa aku perlu mengulangi perkataanku? Kawanmu yang mengemudikan mobil ini sebentar lagi tinggal nama, dan mobil ini menjadi milikku sekarang!” seru perampok itu.Tersadar, Don Ramford pun menutup ponselnya dan mulai memeriksa dimana posisi Max sekarang. Sudah bukan rahasia lagi kalau mobil miliknya dilengkapi oleh GPS.“Hutan Northbay?” gumamnya saat mendapati lokasi koordinat dari mobilnya.Bukan pria ini tak tahu rumor tentang hutan Northbay di malam hari.