Api yang tadi membakar tirai di ruang makan telah padam. Untungnya Max cepat tanggap untuk menyiramnya dengan air putih untuk pertolongan pertama. Kemudian menggunakan alat pemadam api ringan yang memang ada di ruangan itu.
Jade berjalan dengan langkah lebar sambil memeluk Olive dan menggendong Daniel. Anak kecil itu memeluk erat leher Jade dan menyandarkan kepala di pundaknya sambil berusaha untuk menutupi mata agar terlindung. Kedua anak yang kini berada di bawah pengasuhan Jade ini tampak ketakutan.
“Bibi Jade, ada apa sebenarnya?” tanya Olivia dengan suara yang sangat lirih agar tak terdengar oleh orang yang mencoba mencelakai mereka.
Jade hanya membelalakkan mata dan ikut berbicara lirih,
“Sst Bibi juga tidak tahu, sekarang kita harus berhati-hati. Kau jangan sampai lepas dariku ya,” katanya mencoba untuk menenangkan Olive.
Jade menoleh ke kanan dan k
Lelaki yang berniat untuk memanjat dinding untuk melarikan diri dari kediaman Ernest McCall pun akhirnya terjatuh ke belakang. Benturan cukup keras terjadi pada lututnya dan membuatnya membutuhkan waktu untuk kembali berdiri.Di belakangnya tampak Max tengah menarik sisi belakang pakaian lelaki itu cukup kuat, hingga ia nyaris tercekik. Lelaki yang terjatuh itu terbatuk oleh jeratan di lehernya. Jika topengnya dibuka wajahnya tentu saja tampak pucat pasi.Namun Max sepertinya tak ingin terburu-buru untuk membuka topeng yang menutupi wajah sang penyusup. Terlihat jelas kalau Max ingin bermain-main lebih dulu dengan lelaki yang sekarang masih berlutut membelakangi dirinya.Sesekali Max melonggarkan cengeraman pada kerah bajunya, dan membiarkan penyusup ini menghirup udara segar, kemudian memelintir kerah bajunya kembali dengan kuat.“Uhuk uhuk,” penyusup itu terbatuk.&
Max tersenyum sinis penuh kemenangan setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Ia tahu kalau fakta yang barusan diungkapnya adalah sebuah kebenaran yang nyata. Itu adalah alasan Vanessa mempekerjakannya untuk menjadi pengawal bagi kedua anaknya.Sebelumnya Leon Ramford tidak menginginkan kehadiran Max dalam lingkungannya. Lelaki bertubuh kurus ini tidak memiliki kemampuan apapun. Kehadirannya hanya menghabiskan uangnya saja. Namun desakan dari Vanessa membuatnya mendapatkan pekerjaan ini.Suami dari Jade ini kembali memperhatikan sosok Tom yang berdiri di depannya. Lelaki itu berdiri tegap seolah menantang. Tampaknya gertakan yang disampaikan oleh Max tak bisa membuat Tom gentar, walaupun itu adalah kenyataan.“Ah tahu apa kau! Selama ini kau hanyalah pesuruh kami, mana mungkin kau mengetahui seluk beluk kehidupan pribadi Nyonya Vanessa dan Tuan Ramford!” cetus Tom.Max kembali tertawa sin
“Ha ha kenapa Tom, perkelahian kita belum selesai, tapi kau malah diam dan tidak ingin bangun. Apa kau sudah mengantuk?” tanya Max mengejek.Lelaki bertubuh kekar ini sudah tak lagi berani untuk mengarahkan tatapan mata yang tajam ke arah Max.“Tolong aku!” pintanya.“Huh menolongmu?”Tubuh Tom memang merasa sakit, tapi ia yakin kalau dirinya tidak mengalami kelumpuhan, atau cedera pada bagian tulang belakangnya. Ia masih sanggup untuk memiringkan badan ke kanan dan kiri, tapi entah kenapa sulit sekali rasanya untuk bangun.Yang paling ditakutkan oleh Tom kali ini bukanlah kondisi tubuhnya yang sakit. Semuanya bisa diobati dengan mudah, di jaman serba canggih sekarang masalah seperti ini tentu saja menjadi masalah kecil. Namun kekhawatiran terbesarnya adalah bagaimana ia bisa selamat dari Tuan Ramford ketika tahu apa yang dilakukannya kali ini.
Perlahan sosok yang mengajaknya bicara terlihat semakin jelas. Tak ada lagi asap yang mengepul dan menutupi dirinya. Sosok itu sama seperti Max, tingginya, rambutnya, warna kulit dan wajahnya semuanya sama.Tentu semuanya sama, sebab dia adalah roh dari Max yang sekarang berada di negeri langit.“Ernest kau harus membantuku!” serunya sekali lagi.Ernest menghembuskan napas panjang, ia berusaha untuk menenangkan dirinya. Walau sekarang ia menjelma menjadi seorang pengawal terkuat, tapi jika harus berhadapan dengan roh sang pemilik raga tentu ia gentar.Sebagai pemilik tubuh, wajar jika Max kecewa atau mungkin marah karena ada sosok lain yang mendiami tubuhnya. Mungkin saja roh Max juga ingi mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali.“Apa yang kau inginkan?” tanya Ernest dengan suara yang dibuat setenang mungkin.“Ini tentang Jade
Max memutar tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Ernest. Secara fisik mereka berdua sama persisi, hanya yang satu lebih pucat seperti tak ada darah yang mengalir di sana.“Ya, kau tak salah dengar akan permintaanku barusan. Aku serius dengan perkataanku. Penuhi kebutuhan seksual Jade!” pinta Max.Ernest menggeleng, “Tidak … aku tak bisa melakukannya.”Sebenarnya permintaan Max ini memberikan keuntungan baginya. Sudah lama Ernest tidak bersentuhan dengan perempuan. Semenjak tubuhnya melemah oleh Arsenik yang perlahan-lahan diberikan Vanessa, ia sama sekali tak pernah merasakan kehangatan seorang wanita.Bodohnya Erenst yang saat itu masih terbaring lemah berpikir kalau ialah yang tak bisa memuaskan istrinya Vanessa. Terus menerus menyalahkan dirinya karena menjadi seorang lelaki tak berguna, baik sebagai ayah ataupun suami. Tak bisa menafkahi, melindungi dan menjaga kelu
Kedua anak kecil itu tidak duduk di meja makan menunggu sarapan tiba. Mereka berdua justru berdiri di sekitar Jade yang tengah membuat French Toast untuk mereka. Sementara Max, hanya bersandar di meja pantry dan memperhatikan keadaan sekitar.Jade menghentikan kegiatannya sejenak. Perempuan berwajah bulat itu sepertinya terlihat bingung karena tidak menemukan sesuatu untuk membuat sarapan pagi.“Kau kenapa?” tanya Max.“Oh aku … aku hanya mencari pemanggang, di sebelah mana ya, atau mungkin ada di dapur.Dengan cekatan Max membuka pintu counter yang berada di bawah meja pantry dan memberikan panggangan itu pada Jade.“Terima kasih.”“Jade, satu lagi Olive tak bisa meminum susu sapi, dia meminum susu almond,” tambah Max.Jade mengangguk, hampir saja ia membuatkan susu sapi untuk anak perempu
Melihat lirikan walikota Carter, petugas itu pun mengangguk. Bersama rekan seprofesinya ia segera menangkap aktivis yang menghalangi tujuan sang walikota, yang tentunya berada di bawah bayang-banyang Tuan Ramford.Terpilihnya Dave Carter sebagai walikota juga karena campur tangan Leon Ramford yang mampu menggiring massa. Entah apa cara yang dilakukan oleh Tuan Ramford, mungkin acaman atau bisa jadi iming-iming. Untuk itulah Dave Carter harus melancarkan segala rencana Ramford ketika ia menjabat sebagai walikota.Tanpa ada belas kasih, petugas itu langsung membawa tangan sang aktivis ke belakang, membelenggu lelaki itu dengan menggunakan cable tie dan membuatnya tak mampu bergerak. Tentu saja tindakan ini diprotes oleh aktivis lain karena ada tindakan kekerasan yang seharusnya tidak terjadi saat ini.“Lepaskan rekan kami!” teriak mereka.Bahkan beberapa aktivis mencoba untuk menyelamatkan
Sambil menikmati menu sarapan pagi, Olive melirik Max yang tengah mencelupkan rotinya pada sirup maple yang ia letakkan di dalam cawan kecil. Itu adalah kebiasaan Ernest, ayahnya.“Aku tak pernah tahu kau menyukai sirup maple?” tanya Jade yang duduk di sampingnya.Sadar ia telah melakukan kebiasaan Ernest, Max pun berhenti mengunyah, dan mencoba mencari argumen untuk menjawab pertanyaan sang istri. Sikap Max yang seperti ini semakin menumbuhkan kecurigaan pada Olive.“Pasti ada seseutu dengan Paman Max,” katanya dalam hati.“Oh sirup maple, aku baru menyadari kalau ini enak. Beberpa waktu lalu aku disuguhi sirup mapple oleh Tuan Ramford. Besok di rumah sediakan sirup mapple untukku makan roti ya,” jawab Max asal kemudian mencelupkan roti ke dalam sirup maplenya lagi untuk menghindari pertanyaan.Jade yang ada di sampingnya hanya mengangkat bahu