"Gosooong!"
"Kebakaran!"
Duaaar!
Sebuah teriakan tiba-tiba terdengar seakan mengguncang seluruh perkampungan.
Sehingga pada akhirnya, nampaklah para penghuni kontrakan mulai berlarian membawa ember, kemudian mereka menyiramkan air ke arah api yang berasal dari ledakan kompor sumbu.
Namun kepanikan yang saat ini tengah terjadi, seakan tidak berlaku untuk seorang lelaki yang sudah menjadi senior di tempat itu. Lelaki itu bernama Ato, si pria berparas tampan yang saat ini sedang tertidur.
Tidurnya itu seolah-olah hanya sandiwara saja, mungkin ia tidak ingin mengetahui sesuatu yang saat ini sedang terjadi di luar kamar Kontrakannya.
Ato merupakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi pada salah satu perguruan tinggi ternama, daerah Kota Bandung.
Kedatangannya dari Brebes, tidak lain hanyalah untuk menjemput sebuah mimpi besar kedua orang tuanya, yaitu menjadi orang yang bergelar sarjana.
Ato merupakan anak bungsu dan berasal dari salah satu keluarga terpandang di daerahnya.
Keluarga Ato, adalah pemilik perusahaan yang bergerak pada bidang penjualan telor asin, selain itu mereka juga memiliki usaha sembako, pertanian, dan perikanan.
Terlepas dari latar belakang Ato, kehidupannya di perkotaan seakan telah melupakan berbagai kebiasaan di perkampungannya, bagaikan kacang yang lupa kulitnya. Ato sudah empat tahun belum mengunjungi tempat kelahirannya itu.
Di saat suasana luar Kontrakan bertambah ricuh.
Untuk menjawab rasa penasarannya, Ato hendak memastikannya. Apa yang tengah terjadi?
Akhirnya lelaki itu, mengintip dari balik jendela agar dapat melihat situasi di luar kamarnya.
"Hmmp, berisik sekali mereka!" ucap Ato, seakan kesal dengan keramayan orang-orang di sekitaran Kontrakannya itu.
Setelah api dari Dapur Umum mulai bisa teratasi, akhirnya semua orang langsung di kumpulkan oleh Ibu Asih, Ibu Asih merupakan sang pemilik sekaligus menjabat sebagai sesepuh di tempat itu.
"Siapa diantara kalian yang lupa mematikan kompor?" tanya Ibu Asih, dengan tatapan yang sangat tajam lalu mengedarkan bola matanya dengan perlahan menatap semua orang yang ada di hadapannya, dirinya seakan terasuki oleh lelembutan atau arwah penasaran.
Ternyata, bukan hanya kali ini saja Ibu Asih mendapatkan musibah buatan yang berupa kebakaran lokal itu, tapi ia pernah mendapati hal yang sama pada bulan lalu.
Sebenarnya, Bu Asih sudah mengetahui siapakah pelaku dari peristiwa yang selalu menggegerkan tempatnya itu, karena ia sering mendapatkan informasi dari para mahasiswa lain yang mengontrak ditempatnya.
Hanya saja, Bu Asih belum pernah melihat sang pelaku dengan mata kepalanya sendiri.
Di saat yang lain sedang berkumpul, tiba-tiba terdengar suara daun pintu yang bergerak, ternyata suara itu berasal dari tempat Ato.
Senyuman dan lesung pipi, langsung Ato sodorkan untuk orang-orang yang tengah menatapnya.
"Waduh! rame sekali nih, ada apa yah?" ucap Ato dengan mimik wajah tanpa dosa. Hanya kepala saja yang Ato keluarkan dari balik pintu kamarnya, sedangkan bagian tubuh lainnya masih tertinggal di belakang pintu.
Karena tidak ada yang menjawab pertanyaan Ato. Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk berjalan menghampiri orang-orang yang sedang berkerumun.
"Oh, lagi pada ngerumpi yah! youwis kalau gitu, saya permisi dulu! udah kesiangan nih, mau ke kampus, bye!"
Setelah melihat tatapan sinis dari semua penghuni Kontrakan, Ato langsung pergi dan menghilang dari pandangan. Mungkin dia bergerak cepat karena merasa salah tingkah.
'Lagian salah sendiri masih pake kompor sumbu, kenapa gak pake gas aja. Haha, maafkan aku ibu tua, anggap saja itu prostes dari konsumenmu!' batin Ato menggerutu, sambil berjalan dengan cepat.
Kejadian serupa memang sering terjadi di Kontrakan tempat Ato menyewa.
Dan semua itu tidak lain adalah karena ulahnya, Ato mempunyai sifat yang agak menggemaskan kepalan tangan. Dia sering buat kegaduhan di tempat Kontrakannya.
Selain kebakaran di dapur, terkadang Ato menghasilkan sebuah karya berupa bau yang begitu menyengat, bau itu berasal dari setrikaan yang menempel terlalu lama pada kain lap miliknya.
Memang kurang kerjaan si Ato! kain lap aja disetrika, apalagi bajunya!
Namun anehnya! pakaian Ato tak ada yang disetrika, karena Ato suka memakai jasa pencuci baju untuk membersihkan dan merapihkan pakaiannya.
Kemudian, beberapa masalah harian lain juga seakan sudah jadi kebiasaan lelaki itu. Ato sering mandi dalam waktu yang cukup lama, mungkin keadaan fasilitas di lingkungan Kontrakan juga, yang menyebabkan gaya mandi Ato jadi bermasalah.
Sebab, Kontrakan yang di huni oleh dua puluh orang Mahasiswa dan tiga orang pedagang itu, hanya memiliki jamban dua saja.
Gak kebayang tuh! bagaimana berbarisnya para penghuni Kontrakan? terutama saat hendak berangkat kuliah atau memulai aktivitasnya.
Mungkin pemandangan seperti antrian di Bank saat pencairan bantuan, akan tampak terlihat disana! dan pemandangan itu seakan sudah jadi hal yang lazim mewarnai situasi kehidupan di tempat Bu Asih.
"Woi ... ini tempat umum, bukan rumah pribadi!"
"Dasar tak tahu diri, se-enaknya aja! memangnya ini tempat nenek moyang lu!"
Begitulah cibiran yang sering terdengar, ketika Ato melakukan aksinya. Tapi pria itu, seakan tidak pernah mempedulikan semua perkataan yang mengkritik sikapnya.
Mungkin Ato telah memasang benteng baja pada urat malunya, sehingga ia terlihat biasa saja, tanpa merasa terbebani atau bersalah sedikit pun.
Namun keadaan menjadi berubah tiga ratus derajat dari sebelumnya. Perbedaan itu, terlihat saat Ato di Kontrakan dan saat Ato berada di Kampus.
Jika di Kontrakannya Ato kurang dihargai. Maka, lain halnya dengan Ato yang sangat berharga ketika ia berada di Kampusnya.
Pria berwajah sangar plus imut itu, seakan mempunyai sihir pemikat pada bagian matanya, bagi teman wanitanya Ato dinilai sebagai pria yang mempunyai tatapan setajam elang.
Setiap pandangan perempuan yang beradu dengan mata Ato, seakan hanyut dalam fantasi yang begitu liar.
Apalagi, di kala Ato berjalan sambil menggendong tas ransel. Dengan gaya khas Ato yang suka menggendong salah satu ikat talinya, dan membiarkan satu tali lagi terbengkalai. Jika gerakannya di slow motionkan, maka akan nampak pria gagah dengan paras tampan.
Keadaan fisiknya yang tegak dan dihiasi oleh dada yang membusung, menjadikan Ato bagaikan Dewa Laut Nethuns yang sedang berpose.
Setiap gerak-gerik Ato, sering menjadi perhatian para Mahasiswi yang telah mengenalnya, bahkan tak jarang wanita yang baru bertemu dengannya, disulap menjadi terkaku dan tak berdaya. pandangannya seakan dipaksa untuk berpusat pada wajah Ato.
Salah satu korban ketampanan Ato adalah Rena, ia merupakan ketua Geng yang beranggotakan kaum perempuan.
Geng itu di beri nama Briksmar.
Nama tersebut merupakan pemberian langsung dari Ato, kemudian di terima dengan baik oleh Rena dan komplotannya. 'Briksmar' adalah kepanjangan dari Ngabring Kesana Kemari. Dalam bahasa daerah 'ngabring' mempunyai arti beberapa orang yang sedang berjalan dengan secara bersamaan.
Ternyata setelah bertahun-tahun Kuliah. Bahasa sehari-hari Ato sudah bercampur aduk dengan bahasa asli di tempat Kampusnya berada.
Tujuh tahun?
Itukan waktu yang lumayan lama!
Memang itu bukan hal aneh untuk pelajar Mahasiswa, Jika ia adalah pelajar di tingkat Pasca Sarjana atau Tier-3.
Namun bukan hal yang lumrah untuk Mahasiswa yang sedang menyelesaikan studinya di tingkat Strata-1, yang umumnya akan selesai setelah empat tahun masa perkuliahan.
Entahlah, bagi Ato hal itu seakan tidak menjadi beban dan pertimbangan. Yang dia pikirkan hanyalah uang mengalir dari kedua orang tuanya.
Berbagai teguran, telah Ato dapatkan dari para pemangku kebijakan di Kampusnya, tapi pria itu seakan berdarah dingin, ia tetap berkeliaran di sekitaran Kampusnya, sehingga pada akhirnya surat Drop Out di dapati Ato tanpa toleransi sedikitpun.
***
"Bro, ngopi yuk! dari pada diam di sini, nunggu apa sih?" sapa Keni, yang melihat Ato sedang jongkok di trotoar.
"Eh kamu Ken, ngagetin aja! kirain siapa ...."
"Heh, tumben mukanya kaya Ayam tetelo! kenapa Loh?" seloroh Keni dengan senyum khasnya ala Simpanse.
"Gak ada apa-apa Kok! cuma, gini Ken ...."
"Stop! entar aja deh, ceritanya ...." sela Keni yang memotong pembicaraan dan membiarkan mulut Ato tetap ternganga.
"Mendingan kita ke Kostan dulu yuk! biar enak ngobrolnya, disana!" lanjut Keni.
"Hmmmp!" lalu Ato menggeram sembari menutup mulutnya. Kepala Ato bergerak mengangguk beberapa kali, sebagai isyarat bahwa Ato menyetujui ajakan Keni.
Ato pun, akhirnya bergegas menuju Kostan Keni, yang memang berada tak jauh dari Kampusnya.
Setelah beberapa waktu di habiskan dengan berjalan kaki, mereka pun tiba ditujuan. Warna dinding abu-abu, seakan menghiasi kostan tempat Keni menyewa.
Keni merupakan angkatan yang ke - 80 di Kampus tempatnya menimba ilmu, sedangkan Ato merupakan Mahasiswa yang seharusnya sudah lulus tiga tahun lalu, sebelum Keni. Perbedaan usia di antara dua lelaki itu, ternyata tidak menjadikan batasan pergaulan dalam pertemanan mereka, walaupun Keni berada di Fakultas yang berbeda dengan Ato, nampaknya persahabatan mereka sangat terjaga dengan baik. Persahabatan mereka adalah pertemuan yang berawal dari sebuah ketidak sengajaan. Peristiwa yang mungkin tidak bisa terlupakan dalam sejarah hidup mereka. Peristiwa itu, bermula saat Ato pulang dari Kampusnya pada malam hari. Di kala itu suasana jalan seakan sepi tak seperti biasanya. Ternyata bukan tanpa alasan jalanan itu menjadi sepi. Namun sesuatu telah menjadi faktor utama penyebab keadaan menjadi hening. Saat itu warga kampung Bajri tengah berurusan dengan kelompok pemuda dari kampung sebelah. Kampung Bajri adalah nama tempat dimana Ato menyewa Kon
Setelah perundingan yang terjadi lumayan lama, akhirnya Ato menemukan jawaban dari kebuntuan pemikirannya itu. Kamar Kost yang berukuran 5 meter persegi, seakan melahirkan sebuah gagasan baru dalam hidup Ato. Kegalauan yang telah menghantuinya selama satu pekan, ternyata bisa diselesaikan dalam waktu 2 jam saja dengan bantuan pencerahan dari sahabatnya, Keni si penakluk. Sudah 3 bulan, Keni menyandang gelar 'Penakluk.' Gelar itu, telah di berikan Ato. Sebab Keni selalu membantu Ato di saat ia mengalami himpitan dalam kehidupan. Saat ini, Ato berniat untuk mencari pekerjaan, agar bisa mewujudkan rencana besarnya. Keni telah memberi saran pada Ato, supaya dia kembali melanjutkan perkuliahannya di tempat yang sama tapi dengan jalur yang berbeda. Di tempat Ato berkuliah, mempunyai dua pilihan tata cara perkuliahan. Diantarnya ialah kelas reguler dan kelas karyawan. Dua kelas ini hanya di bedakan oleh waktu
Setelah semua penumpang angkot turun, Ato langsung menuju ke bawah pohon yang cukup rindang. Sambil berteduh sesekali Ato melihat Smartphone yang menjadi teman setianya, saat itu waktu menunjukan pukul tiga sore, hari Kamis tanggal dua Mei 2018. Alat komunikasi itu, seakan menjadi teman setia di perjalanannya saat ini. Lelaki berparas tampan tersebut, memang sangat menyukai berbagai aliran musik, terutama musik yang bergendre rock dan pop. Walaupun otaknya kurang mendukung dalam bidang ilmu pengetahuan, ternyata Ato pandai sekali memetik gitar dan memainkan alat musik lain, seperti piano dan drum. Namun bakat terpendam Ato kurang di asah dan di tekuni lebih lanjut, karena Ato menggunakan bakatnya itu hanya sebatas selingan untuk hiburan, di saat rasa jenuh melanda harinya. Kala Ato duduk di atas batu. Ternyata wanita cantik yang mengenakan rok pendek masih nampak berdiri dan menunggu kedatangan angkutan umum pengganti, yang sampai saat i
Di saat Ato hendak kembali ke tempat Kontrakannya. Dalam kesendirian Ato membayangkan wajah Rani, bayangan itu semakin terlihat nyata setelah Ato mengingat setiap elokan tubuh Rani dalam benaknya.Rasa rindu tiba-tiba muncul dalam hatinya, mungkin Ato mulai membutuhkan kehadiran seorang teman wanita disampingnya.Saat ini suatu penyesalan telah datang padanya, Ato merasa dirinya sangat bodoh dan ia sedikit menyesal dengan semua perbuatannya di masa lalu. Lelaki itu telah banyak menyia-nyiakan cinta tulus dari beberapa wanita di masa lalunya.Bagi Ato, mempermainkan perasaan wanita sempat menjadi hobi tersendiri dalam hidupnya. Mungkinkah saat ini hukum karma sedang melanda lelaki berparas tampan itu?Di masa lalu, Ato sangat di dambakan para wanita di sekitarnya. Terlebih ketika ia menginjak usia SMA.Hampir setiap Minggu, Ato mengganti teman wanita pribadinya. Jika di hitung dari kelas 10 sampai 12, Ato telah meninggalkan kenangan di ratusan hati manta
"Atooo!"Tok tok tok tok!"Atooo! ya elah, gimana sih, masa bujang ngeblek banget tidurnya!"Jam dinding saat ini menunjukan pukul 9 pagi. Ato yang masih tertidur tiba-tiba di kejutkan dengan satu teriakan wanita dari luar kamar Kontrakannya.Setelah Ato mencoba menghampiri pintu untuk mencari tahu apa yang tengah terjadi, ternyata Mbak Ijah sudah berdiri di depan pintunya.Mbak Ijah adalah penjual jamu yang hidup ngontrak di salah satu daerah padat penduduk itu, ia memang terkenal dengan nada suaranya yang sangat tinggi.Bukan hanya suara saja yang menjadikan dirinya sangat masyhur, bentuk mata bulat yang hampir mirip dengan buah jengkol, seakan menambah karismatik dan tingkat keganasannya.Walaupun, Mbak Ijah merupakan pendatang dari salah satu daerah di Jawa Timur, tapi ia telah memiliki jam terbang yang sangat padat di daerah rantauannya dalam bidang penjualan jamu keliling."Apa sih Mbak? peke teriak-teriak segala. Slow dikit bisa
"Baiklah kalau memang kamu berniat ingin berubah, silahkan saja ... tapi, ada hal yang perlu kamu ingat dengan baik. Beberapa kesalahan di masa lalu, tak akan bisa di perbaiki hanya dengan ucapan, melainkan harus di imbangi dengan perbuatan!" tutur Pak Nurdin, sembari membereskan beberapa alat tulisnya di atas meja."Ja-jadi apa, menurut Bapak. Apa yang harus saya lakukan sekarang?" sahut Ato, dengan terbata saat menanggapi semua siraman rohani dari Pak. Nurdin"Tunjukanlah pada Dunia, bahwa dirimu bisa menjadi seorang yang berguna, tapi jangan kau tunjukan pada orang lain bahwa dirimu sudah menjadi orang yang sempurna. Sebab semua yang membencimu tidak pernah ingin mengetahui kelebihanmu, begitupun dengan orang yang mencintaimu, mereka tidak akan pernah memperhitungkan segala kekuranganmu!"Setelah Ato, mendapatkan wejangan yang membuatnya berkaca pada diri sendiri, lelaki itu memutuskan untuk turut dan manut pada semua perkataan Pak Nurdin.Kemudi
Lembaran baru dalam kehidupan Ato seperti baru dimulai. Saat ini, lelaki berparas tampan itu memiliki rutinitas sebagai seorang penjaga keamanan. Sudah tiga hari Ato menggeluti bidang keamanan yang saat ini menjadi profesinya. Seiring waktu berlalu, kini Ato mulai bisa berbaur dengan lingkungan barunya itu. ***Disaat bulan menampakan diri dan kemilau cahayanya menghiasi langit malam, suara kegaduhan tiba-tiba terdengar oleh Ato yang sedang menikmati secangkir kopi hangatnya. "Sialan, suara apaan tuh, duh ... sendirian lagi!" gerutu Ato di Pos tempatnya berjaga. Waktu dijam dinding sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari. "Si Beno malah alesan cuti lagi! Beno, Benoooo. Alesan lho bisa aja, tega lho No, sampai ninggalin aku sendirian!" lanjut Ato, lelaki itu seakan protes pada keadaannya. Beno yang merupakan Satpam senior ditempat Ato bekerja, saat ini sedang pergi ke luar Kota. Dengan alasan yang bisa diterima oleh pi
Dua hari sebelum petaka datang, Ato si mahasiswa yang belum kunjung lulus, nampak seperti ingin sekali menemui Pak Nurdin. Tak tahu mengapa dirinya seperti terdorong keinginan yang kuat, hingga waktu istirahat Pak Nurdin diganggu olehnya. Mungkin tak akan jadi masalah jika Ato berkunjung di waktu bertamu normal, tapi kunjungan Ato kali ini bukanlah sesuatu yang lazim untuk dijadikan waktu bertamu. Sebab dirinya mendatangi kediaman Pak Nurdin saat pukul sepuluh malam. Namun, Pak Nurdin seakan menerima kunjungan muridnya itu dengan senang hati. Disela-sela pembicaraannya, Ato memberitahukan pada Pak Nurdin, bahwa ia sudah bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu Perusahaan. Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya Pak Nurdin mengetahui jika Ato memiliki profesi yang perlu melibatkan kesiapan fisik dan mental. Saat itu juga, Pak Nurdin mengajarkan beberapa tekhnik pernafasan dan ilmu pertahanan tubuh yang suatu saat bisa bergun