Di dalam Paviliun Bunga, Lintang kembali dijamu dengan barbagai makanan enak.Terdapat 4 pelayan yang hilir mudik mengantar nampan makanan sampai membuat meja jamuan menjadi penuh sesak.Hal itu tentu membuat Adipati Agung Triat Mojo dan Kuncoro merasa heran, di mana Inggit sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.Sebagai tuan rumah, Adipati Triat Mojo memang berkewajiban menyambut tamu, tapi jamuan yang Inggit berikan kepada Lintang sungguh terlalu berlebihan.Padahal yang dijamunya hanyalah seorang anak kecil, sementara makanan di sana bisa cukup untuk membuat kenyang 20 prajurit perang.Namun setelah menyaksikan bagaimana cara Lintang makan, Adipati Triat Mojo dan Kuncoro barulah mengerti mengapa Inggit berbuat demikian.Kerena porsi makan Lintang ternyata lebih rakus dari pada gajah.Bocah itu menyantap makanan seperti seorang yang tengah kesurupan, bahkan tidak memperdulikan adanya Adipati dan Kuncoro.“Apa dia sungguh manusia, Kuncoro?” tanya Adipati Agung Triat Mojo berbisik.
“Aku membutuhkan bantuanmu, tapi sebelum itu aku mau kakek tua berterus terang terlebih dulu,” tutur Lintang.“Terus tarang? Berterus terang tentang apa, tuan Muda?” Adipati Agung Triat Mojo menjadi semakin bingung.Begitu juga dengan Kuncoro dan Putri Inggit, mereka sama-sama mengerutkan kening karena tidak bisa mencerna akan ke mana arah pembicaraan Lintang.Sebetulnya bagi Adipati Triat Mojo tidak masalah. Bantuan apa pun yang diminta Lintang pasti dia penuhi semampunya di mana sang Adipati merasa memiliki hutang budi kepadanya.Namun yang membuat orang tua itu heran, Lintang berbicara seakan dia memiliki masalah besar. Sehingga dirinya tampak ragu entah akan bisa membantunya atau tidak.Terlebih jika bantuan yang dimaksud adalah sebuah pertarungan atau pembunuhan. Sang Adipati tentu tidak bisa melakukan hal tersebut karena dia sendiri sedang berada di dalam misi.“Berapa banyak perang yang pernah anda lewati?” tanya Lintang tiba-tiba.Deg!Firasat sang Adipati seketika menjadi bur
“Diam semua! Yunla adalah adikku, terserah aku mau menolongnya dengan cara apa. Dan sekarang aku percaya kepada Kusha. Jadi kalian tidak berhak menilai dia,” bentak Linguy sangat geram.“Itu ...,” para pendekar di sana ingin sekali mendebat Linguy karena mereka juga menyayangi Yunla.Tapi apa yang Linguy katakan memang sebuah kenyataan, Yunla adalah adiknya. Jadi yang paling berhak terhadap jiwa Yunla hanyalah Linguy seorang.“Sudahlah! Kita lihat saja bagaimana Kusha melakukan tugasnya. Ke mana pun kita membawa Yunla, nyawanya tetap tidak akan tertolong. Bukankah kalian tahu sendiri Yunla kini sudah tidak memiliki napas,” tutur Mesti ikut memberi pengertian.Mendengar itu, semua pendekar di sana hanya bisa terdiam. Mereka sadar bahwa Yunla memang tidak lagi memiliki kesempatan hidup.Balada yang menyaksikan hal tersebut hanya tersenyum. Dia yakin Kusha pasti bisa menyelematkan gadis kecil itu.“Kalian sudah lancang berani merendahkan adikku, lihatlah nanti apa yang akan terjadi, dasa
Penuturan Lintang terhadap ramuan yang dirinya ciptakan telah membuat perpecahan di tubuh Divisi Bayangan.Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Linguy ternyata mampu bertindak bijak dalam menanganinya.Setelah situasi kembali reda, Linguy mulai bertanya serius kepada Lintang.“Sebetulnya untuk apa ramuan itu Kusha? Kau telah menghamburkan banyak uang serta mengerahkan semua anggota Divisi, tidak mungkin ramuan itu hanya untuk dirimu berendam bukan?” tutur Linguy tidak percaya.Tapi Lintang masih terdiam, seperti sedang berpikir ulang tentang keputusannya.“Tidak kak Linguy, ramuan ini memang untukku berendam. Setelah menyembuhkan Yunla, tubuhku akan terbakar, jadi aku membutuhkan ramuan ini sebagai gantinya,” ungkap Lintang membuat semua orang tercengang.“Terbakar? Jadi apa sebenarnya yang akan kau lakukan?” tanya Linguy.“Aku akan melakukan teknik perubahan energi, tapi tubuhku saat ini terlalu lemah. Aku bukan pendekar seperti kalian sehingga tekanan energi akan membakar tubu
Keberhasilan Lintang dalam menyembuhkan Yunla dengan menggunakan teknik perubahan energi tentu menjadi tanda tanya baru, baik bagi Badala mau pun bagi semua anggota Divisi Bayangan.Saat Balada keluar dari ruangan peristirahatan Yunla, Linguy langsung mengajak pemuda itu berbincang di taman belakang Penginapan.“Kau memiliki adik yang luar biasa Balada, aku tidak tahu entah dia titisan dewa atau memang dewa itu sendiri yang sedang menyamar menjadi adikmu. Tapi yang jelas, Kusha seperti bukan manusia,” ungkap Linguy mengemukakan pendapatnya.“Kau jangan asal bicara Linguy. Kusha adalah adikku, adik yang jelas-jelas lahir dari ibuku. Hanya saja warna kulitnya memang berbeda dengan kita, itu karena penomena purnama biru 7 tahun lalu,” sergah Balada tegas.Dia tidak terima Lintang dikatakan titisan dewa atau dewa yang menyamar di mana Balada sangat percaya bahwa Kusha benar-benar adiknya.“Bukan maksudku ke arah sana, Balada. tapi kecerdasan, pengetahuan, serta kedewasaannya jauh melebihi
Baik tumenggung Bayangkara maupun saudagar Kumbala. Keduanya sudah tahu terhadap pergerakan Divisi Bayangan.Itulah alasan mengapa mereka datang keacara pentas karena ingin menilai langsung sejauh mana kekuatan kelompok tersebut.Tumenggung bahkan sudah menyiapkan berniat melenyapkan Linguy beserta teman-temannya setelah pentas selesai.Tapi dia tidak menduga bahwa pengunjungnya akan sebanyak ini. Sehingga sang tumenggung terpaksa harus menunda niatnya.Dia tidak mungkin menunjukan sosok aslinya di depan semua orang. Karena hal tersebut bisa berdampak buruk pada pencitraannya di hadapan raja.“Kurang ajar! Mangapa acaranya bisa semeriah ini,” umpat sang tumenggung kesal.“Ha-hamba juga tidak tahu tuan, sepertinya mereka memang bekerja sama dengan para bangsawan dan saudagar lain,” tutur Kumbala terbata.“Ini gawat, sepertinya aku harus mempercepat rencana pemberontakan kita, Kumbala,” Tumenggung Bayangkara mengepalkan tangan.“Hamba setuju tuan,” angguk Kumbala patuh.Pentas tarian be
Selepas pentas di tutup, sorak-sorai dan tepuk tangan menggema memenuhi seluruh wilayah pasar kota.Para pengunjung begitu takjub dan kagum terhadap gerakan Lintang, tarian itu sungguh mengandung aura kepedihan yang mendalam membuat siapa pun yang menyaksikannya akan ikut tenggelam pada perasaan terpendam mereka.Ada ingatan kepada kedua orang tuanya, saudara yang ditelantarkan, anak-anak miskin dipinggiran kota, kekasih yang tiada, atau orang-orang terdekat yang telah meninggal dunia.Sehingga tidak ada satu pun pengunjung yang sanggup menahan air mata. Yang jelas mereka kini seperti mendapatkan jiwa baru yang lebih baik.Kesedihan memang membawa sakit, tapi setelah itu ada rasa damai yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.Bahkan beban hidup yang selama ini dianggap berat pun menjadi seakan terasa ringan setelah menyaksikan tarian Lintang.Banyak bangsawan atau saudagar yang ingin bertemu langsung dengan Lintang untuk mengucapkan terimakasih.Tapi Lintang menolaknya dengan alasan
Saat semua sedang bingung terhadap ke hadiran seorang kakek misterius dan gadis kecil aneh berpedang besar. Mesti dan Anjeli tiba-tiba bermunculan dari balik gerbang penginapan. Mereka menyeringai lebar seakan mengatakan bahwa misinya telah berhasil.“Kalian?” Linguy menyipitkan mata.“Benar ketua. Kami berhasil meminta bantuan. Dan sekarang kakek ahlis ilusi itu sedang berada di hadapanmu,” tutur Mesti.“Ja-jadi anda?” Linguy membelalakan mata.Begitu juga dengan Igu, Giga, Libo, dan Pandu. Sementara Lintang dan Yunla masih bersikap tenang walau sama-sama merasa penasaran.Lintang sudah mengenal siapa kakek tua dan gadis kecil di sana, tapi dia sempat terkejut karena mereka datang ke penginapan divisi bayangan.“Ma-maafkan kami sebelumnya tidak mengenal anda, tuan,” ucap Linguy.Dia bersama Giga, Pandu dan yang lain serentak membungkuk memberi hormat membuat sang kakek tua kembali tertawa terbahak bahak.“Tidak perlu sungkan kau anak muda, panggil saja aku Ki Keling. Sedangkan gadis