Di Kamar sebuah penginapan sederhana di pinggir kota Katumenggungan, Lintang saat ini sedang berbincang bersama Linguy dan 9 pemuda lain.Nama mereka terdengar begitu asing di telinga Lintang. seperti Ahay, Kumay, Libo, Igu, Giga, Jilu, Pandu, Anjeli, dan Mesti.Saat topeng dan kostum penari para pemuda itu dibuka, Anjeli dan Mesti ternyata merupakan seorang gadis. Tapi meski begitu kanuragan keduanya cukup mempuni, terlebih ilmu meringankan tubuhnya.Mengetahui bahwa kelompok Linguy bukanlah orang jahat, Lintang pun ikut membuka topeng membuat semua pemuda di sana sempat terkejut dengan warna kulitnya.Namun seiring berjalannya waktu, mereka pun dapat menerima perbedaan Lintang.“Lantas mengapa kau mengenakan kostum seperti kami, Kusha?” tanya Ahay masih penasaran.“Hihihi, aku sedang menyamar, Kak. Menyelidiki sesuatu yang akan mengancam keselamatan keluargaku,” tutur Lintang berterus terang.Dia tidak bisa berbohong karena kelompok Linguy membawa kantung penyimpanan miliknya.“Men
Sore hari di pasar kota katumenggungan, acara pentas tari terpaksa harus dihentikan karena penari utama dikabarkan cidera entah mengapa.Rombongan penari itu masih anggota kelompok Divisi Bayangan. Mereka adalah rekan-rekan Linguy yang bertugas menghibur para penduduk.Anggota Divisi Bayangan yang berada di dalam kota berjumlah 50 orang. Mereka terdiri dari sekumpulan anak muda berbakat yang dirawat dan dibesarkan oleh permaisuri tanpa sepengetahun raja.Tapi ada satu anak kecil berusia 6,5 tahun yang ikut menjadi anggota Divisi. Dia merupakan seorang gadis kecil berkemampuan khusus yang tiada lain adalah adik dari Linguy.Berparas cantik, berkulit putih mulus dengan rambut hitam bergelombang. Sementara warna bola matanya berwarna biru indah seakan bukan penduduk asli kerajaan Suralaksa.Linguy juga demikian, dia memiliki mata berwarna biru indah sehingga sosoknya terlihat sangat kontras diantara anggota Divisi yang lain.Adiknya bernama Yunla, seorang penari ulung andalan anggota div
Meski sempat dicegah oleh Balada, tapi Lintang pada akhirnya tetap pergi ke Paviliun Bunga.Dia berhasil meyakinkan Balada bahwa dirinya akan baik-baik saja, terlebih letak Pavilin Bunga sangat dekat dengan penginapan.Lintang mengatakan bahwa pertemuan ini sangat penting karena menyangkut keberhasilan rencananya.Sehingga dengan berat hati, Balada pun terpaksa harus mengijinkannya.Pada awalnya Ki Jara dan Bakung tetap bersikeras ingin mendampingi Lintang. Namun keduanya langsung terdiam ketika Lintang mengatakan bahwa keselamatan Balada juga sedang menjadi incaran musuh.Baik Ki Jara, Balada, maupun Bakung, ketiganya masih belum mengerti entah rencana macam apa yang sedang Lintang jalankan.Tapi dengan melihat keyakinan serta mendengar bagaimana cara Lintang bertutur kata, mereka menjadi percaya bahwa bocah kecil itu sedang menjalankan rencana besar.Lintang tidak memberitahu Balada tentang keterlibatan kerajaan atau rencana kudeta Katumenggungan. Lintang tidak ingin keluarganya te
Di dalam Paviliun Bunga, Lintang kembali dijamu dengan barbagai makanan enak.Terdapat 4 pelayan yang hilir mudik mengantar nampan makanan sampai membuat meja jamuan menjadi penuh sesak.Hal itu tentu membuat Adipati Agung Triat Mojo dan Kuncoro merasa heran, di mana Inggit sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.Sebagai tuan rumah, Adipati Triat Mojo memang berkewajiban menyambut tamu, tapi jamuan yang Inggit berikan kepada Lintang sungguh terlalu berlebihan.Padahal yang dijamunya hanyalah seorang anak kecil, sementara makanan di sana bisa cukup untuk membuat kenyang 20 prajurit perang.Namun setelah menyaksikan bagaimana cara Lintang makan, Adipati Triat Mojo dan Kuncoro barulah mengerti mengapa Inggit berbuat demikian.Kerena porsi makan Lintang ternyata lebih rakus dari pada gajah.Bocah itu menyantap makanan seperti seorang yang tengah kesurupan, bahkan tidak memperdulikan adanya Adipati dan Kuncoro.“Apa dia sungguh manusia, Kuncoro?” tanya Adipati Agung Triat Mojo berbisik.
“Aku membutuhkan bantuanmu, tapi sebelum itu aku mau kakek tua berterus terang terlebih dulu,” tutur Lintang.“Terus tarang? Berterus terang tentang apa, tuan Muda?” Adipati Agung Triat Mojo menjadi semakin bingung.Begitu juga dengan Kuncoro dan Putri Inggit, mereka sama-sama mengerutkan kening karena tidak bisa mencerna akan ke mana arah pembicaraan Lintang.Sebetulnya bagi Adipati Triat Mojo tidak masalah. Bantuan apa pun yang diminta Lintang pasti dia penuhi semampunya di mana sang Adipati merasa memiliki hutang budi kepadanya.Namun yang membuat orang tua itu heran, Lintang berbicara seakan dia memiliki masalah besar. Sehingga dirinya tampak ragu entah akan bisa membantunya atau tidak.Terlebih jika bantuan yang dimaksud adalah sebuah pertarungan atau pembunuhan. Sang Adipati tentu tidak bisa melakukan hal tersebut karena dia sendiri sedang berada di dalam misi.“Berapa banyak perang yang pernah anda lewati?” tanya Lintang tiba-tiba.Deg!Firasat sang Adipati seketika menjadi bur
“Diam semua! Yunla adalah adikku, terserah aku mau menolongnya dengan cara apa. Dan sekarang aku percaya kepada Kusha. Jadi kalian tidak berhak menilai dia,” bentak Linguy sangat geram.“Itu ...,” para pendekar di sana ingin sekali mendebat Linguy karena mereka juga menyayangi Yunla.Tapi apa yang Linguy katakan memang sebuah kenyataan, Yunla adalah adiknya. Jadi yang paling berhak terhadap jiwa Yunla hanyalah Linguy seorang.“Sudahlah! Kita lihat saja bagaimana Kusha melakukan tugasnya. Ke mana pun kita membawa Yunla, nyawanya tetap tidak akan tertolong. Bukankah kalian tahu sendiri Yunla kini sudah tidak memiliki napas,” tutur Mesti ikut memberi pengertian.Mendengar itu, semua pendekar di sana hanya bisa terdiam. Mereka sadar bahwa Yunla memang tidak lagi memiliki kesempatan hidup.Balada yang menyaksikan hal tersebut hanya tersenyum. Dia yakin Kusha pasti bisa menyelematkan gadis kecil itu.“Kalian sudah lancang berani merendahkan adikku, lihatlah nanti apa yang akan terjadi, dasa
Penuturan Lintang terhadap ramuan yang dirinya ciptakan telah membuat perpecahan di tubuh Divisi Bayangan.Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Linguy ternyata mampu bertindak bijak dalam menanganinya.Setelah situasi kembali reda, Linguy mulai bertanya serius kepada Lintang.“Sebetulnya untuk apa ramuan itu Kusha? Kau telah menghamburkan banyak uang serta mengerahkan semua anggota Divisi, tidak mungkin ramuan itu hanya untuk dirimu berendam bukan?” tutur Linguy tidak percaya.Tapi Lintang masih terdiam, seperti sedang berpikir ulang tentang keputusannya.“Tidak kak Linguy, ramuan ini memang untukku berendam. Setelah menyembuhkan Yunla, tubuhku akan terbakar, jadi aku membutuhkan ramuan ini sebagai gantinya,” ungkap Lintang membuat semua orang tercengang.“Terbakar? Jadi apa sebenarnya yang akan kau lakukan?” tanya Linguy.“Aku akan melakukan teknik perubahan energi, tapi tubuhku saat ini terlalu lemah. Aku bukan pendekar seperti kalian sehingga tekanan energi akan membakar tubu
Keberhasilan Lintang dalam menyembuhkan Yunla dengan menggunakan teknik perubahan energi tentu menjadi tanda tanya baru, baik bagi Badala mau pun bagi semua anggota Divisi Bayangan.Saat Balada keluar dari ruangan peristirahatan Yunla, Linguy langsung mengajak pemuda itu berbincang di taman belakang Penginapan.“Kau memiliki adik yang luar biasa Balada, aku tidak tahu entah dia titisan dewa atau memang dewa itu sendiri yang sedang menyamar menjadi adikmu. Tapi yang jelas, Kusha seperti bukan manusia,” ungkap Linguy mengemukakan pendapatnya.“Kau jangan asal bicara Linguy. Kusha adalah adikku, adik yang jelas-jelas lahir dari ibuku. Hanya saja warna kulitnya memang berbeda dengan kita, itu karena penomena purnama biru 7 tahun lalu,” sergah Balada tegas.Dia tidak terima Lintang dikatakan titisan dewa atau dewa yang menyamar di mana Balada sangat percaya bahwa Kusha benar-benar adiknya.“Bukan maksudku ke arah sana, Balada. tapi kecerdasan, pengetahuan, serta kedewasaannya jauh melebihi
Namun Lintang lupa belum membayar makanan sehingga terpaksa harus kembali lagi.Dan ketika semua itu selesai, Lintang segera melesat lagi mengejar aura yang tadi sempat terasa. Tapi naas, Lintang kehilangan jejaknya, membuat dia mengumpat panjang pendek memaki rombongan Raden Dahlan, menyalahkan mereka karena telah membuang waktunya.“Sial!” umpatnya.“Garuda merajai langit!” seru Lintang melesat jauh ke cakrawala.“Ke mana dia? Aku sangat yakin dia tadi berada di kota ini,” Lintang mengedarkan pandangan berusaha kembali mencari.Waktu saat itu memang sudah mulai gelap membuat pandangan Lintang menjadi semakin terbatas.Tapi beberapa saat kemudian, telinganya mendengar suara dentingan senjata. “Pertarungan?” Lintang mengerutkan kening.Dia segera berbalik menyipitkan mata memandang ke arah batas kota.“Benar! Ini suara pertarungan, suaranya berasal dari hutan pinggiran kota,” gumam Lintang berbicara sendiri.“Hahaha, aku yakin itu pasti dia,” Lintang tertawa sebelum kemudian melesat
Lintang bersama teman-temannya tidak peduli akan kedatangan kelompok putra sang Adipati.Mereka tetap menyantap hidangan dengan sangat lahap sembari sesekali tertawa menertawakan Lintang.Padahal para pelayan dan pemilik rumah makan sudah sedari tadi gemetaran. Wajah mereka pucat ketakutan tapi tidak mampu melakukan apa-apa.“Hey, Jumu. Cepat bawakan kami makanan enak atau rumah makan ini akan kuratakan dengan tanah!” seru seorang pria muda berpakaian mewah.Dia memiliki tubuh tinggi tegap dengan wajah cukup tampan berusia sekitar 28 tahun.Pada bahunya terdapat sebuah kelat gelang dari emas menandakan bahwa dirinya seorang bangsawan.Namun perangai pemuda itu sungguh buruk, dia memperlakukan orang lain layaknya budak belian yang dapat dirinya perintah sesuka hati.“Ba-baik den,” Ki Jumu sang pemilik rumah makan terbata. Dia segera meminta 4 pelayannya untuk membawakan apa yang diminta putra sang adipati agar tidak menimbulkan masalah.“Duduk, di mana kita ketua?” tanya salah satu be
Ratusan nyawa pendekar berpakaian hitam melayang di tangan kelompok Balada. Hal itu tentu mengejutkan pemimpin mereka. Dia tidak mengira misi perburuannya akan berakhir dengan pembantaian.Begitu pula dengan 30 pendekar kuat yang dibawa sang pemimpin. Mereka sangat geram terhadap pemuda bertubuh biru di pihak musuh.“Ini pasti perbuatan pemuda itu, sial! Tubuhku sangat gatal sekali,” umpat salah satu dari ke 30 pendekar kuat.Tangannya terus menggaruk kesana-kemari membuat hampir seluruh tubuh pendekar itu menjadi lecet memerah.Bahkan sebagian wajah pendekar lain sampai ada yang telah mengucurkan darah akibat cakaran tangannya sendiri.Beruntung ke 30 pendekar itu memiliki tenaga dalam yang mempuni membuat mereka bisa sedikit menahan rasa gatal menggunakan energi.Kesempatan tersebut mereka manfaatkan untuk menghindar menjauhi tempat pembantaian agar dapat memulihkan diri.Tapi rasa gatal dari racun ulat bulu milik Lintang tetap saja menyiksa.Meski sudah ditahan menggunakan banyak
Malam semakin larut mengurung alam dengan kegelapan.Hewan-hewan siang terlelap tidur dipersembunyiannya masing-masing, sementara para nokturnal sedang berpesta dengan mangsa-mangsa mereka.Lintang, Balada, Balangbang, Wirusa, Jaka, Bagas, Ki Larang, Nindhi dan tiga pendekar gadis lain masih bersiaga menunggu buruan mereka datang.Sementara putri Widuri terlelap di dalam kereta yang Balada sembunyikan dibalik semak-semak.Sedangkan para kuda sengaja ditotok oleh Lintang agar tidak menimbulkan suara.Persiapan mereka sudah sangat matang, jebakan, siasat, formasi bertarung, bahkan sampai cara pelarian pun telah Lintang perhitungkan.Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak terduga, sebagian dari mereka akan langsung dapat melarikan diri bersama kereta.Lintang sangat yakin bahwa pihak musuh pasti masih memiliki para pendekar kuat. Membuat dia tidak bisa memastikan apa akan mampu menghabisi mereka atau tidak.Lintang belum tahu entah apa motif utama para pembunuh itu. Tapi yang jelas mer
Hampir 2 jam para pendekar perpakaian hitam menunggu Lintang di atas daratan.Mereka belum berani beranjak karena tahu bahwa Lintang dan putri Widuri masih ada di sana.Namun menunggu membuat para pendekar itu bosan sehingga pada akhirnya sang pemimpin memutuskan untuk memeriksanya ke atas langit.“Kalian siaga di sini, nanti jika pendekar itu turun, baru serang secara bersamaan,” sang pemimpin memberi perintah.“Kami mengerti,” angguk semua pendekar.Tanpa berbicara lagi, sang pemimpin segera naik ke atas langit. Dia melesat sangat cepat menuju gumpalan awan tempat terakhir Lintang bersembunyi.Namun alangkah terkejutnya pria itu ketika mendapati Lintang tidak ada di sana. Dia mengumpat panjang pendek memaki dirinya sendiri karena tidak melakukan ini sedari tadi.“Bangsat! Ke mana dia?” sang pemimpin mengepalkan tangan.Dia heran karena tidak pernah melihat pergerakan dari Lintang sedari awal. Padahal dari sejak tadi, sang pemimpin terus memantau ke atas langit.Karena mengira diriny
Aaaaaaa!Putri Widuri berteriak panik, meronta berusaha melepaskan diri, tapi cengkraman bayangan hitam yang membawanya begitu sangat kuat. Membuat gadis itu menangis histeris di ketinggian.Sementara para pendekar di bawah terkejut bukan buatan, terlebih 2 pendekar yang sedang berada di tengah sungai.“A-a—apa yang terjadi? Di-di mana gadis itu?” salah satu pendekar di tengah sungai terbata.“A-a—aku juga tidak tahu, bu-bukankan tadi dia tepat di depan kita?” ujar pendekar lain ikut terbata.“Bangsat! Ada yang ingin ikut campur pada urusan kita,” maki sang pemimpin mengepalkan tangan. Dia menengadah jauh ke atas langit memastikan siapa yang berani lancang mencampuri urusannya.Bagi orang lain mungkin akan sulit melihat pergerakan sosok bayangan hitam. Tapi bagi sang pemimpin, dia bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa yang membawa putri Widuri.Sang pemimpin sangat yakin bahwa pendekar tersebut pasti merupakan pendekar tingkat ruh atau pendekar tingkat awan tahap awal.Tidak banya
Mentari pagi begitu tenang di cakrawala. Sementara di atas daratan, keadaan sedikit agak kacau akibat adanya Lintang.Bagaimana tidak, selepas melanjutkan perjalanan. Lintang kembali berbuat ulah dengan mendekati Kitri, Yamuna, dan Gendis.Bocah biru itu menghasut ketiganya agar tidak menyerah dalam merayu Balada, dia mengatakan bahwa Balada sejatinya adalah pemuda kesepian yang sangat membutuhkan teman.Namun karena terlalu kaku, Balada kerap menyembunyikan keinginannya tersebut dengan cara bersikap dingin.“Kakakku adalah orang yang lembut dan penyayang,” tutur Lintang membuat ketiga gadis yang bersamanya berbinar.“Benarkah? Benarkah?” tanya Gendis bersemangat.“Hmmm,” angguk Lintang sembari menyembunyikan senyum jahilnya.Setelah mendengar itu, Kitri, Yamuna dan Gendis pun sangat bahagia seakan menemukan harapan baru.Sehingga tanpa bertanya lagi, kegitanya langsung berlesatan menghampiri Balada membuat pemuda itu seketika menjadi kikuk.Waktu itu Balada sedang menjadi kusir keret
Selepas mendapatkan apa yang dirinya inginkan, Lintang pun seketika menghentikan serulingnya, membuat semua siluman anjing tiba-tiba menjerit kesakitan sebelum kemudian terkulai meregang nyawa.Mereka tidak sadar entah siapa yang membunuhnya, yang jelas para siluman tersebut tahu bahwa inti energi mereka telah ada yang mencurinya.Zull dan para penyamun lain hanya dapat mematung tanpa mampu berbuata apa-apa. Mereka tidak sanggup menghentikan Lintang karena terlalu ketakutan akan kesaktian seruling-nya.Bagaimana tidak, 300 siluman kuat yang seharusnya mampu membunuh prajurit satu kadipaten saja tidak berkutik oleh seruling itu. Lantas apalagi dengan mereka yang jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh orang lagi.Lutut Zull bergetar hebat seakan tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya, sementara para penyamun sudah berlutut sedari tadi.Zull memegang gada dengan tangan gemetaran, sedangkan wajahnya pucat dipenuhi keringat dingin.“Hari ini aku sedang tidak enak hati, jadi kalianlah pel
Uhuk! Lintang kembali memuntahkan darah, tapi kali ini darahnya berwarna hitam pertanda serangan lawan mengandung racun yang amat kuat.“Hahahaha, bocah ingusan! Kau telah membunuh ribuan anak buahku, maka tidak ada lagi kesempatan hidup buatmu,” Zull tertawa terbahak-bahak.Dia sangat geram karena mendapati banyak dari anak buahnya telah binasa. Tapi Zull juga senang di mana musuh yang menyerang markasnya akan segera mati.“Sial! Aku terlalu terbawa perasaan,” umpat Lintang memegangi dadanya.Beruntung tadi masih ada seruling Surga yang melindunginya. Andai tidak, maka tubuh Lintang pasti telah hancur menjadi serpihan daging.Lintang berlutut di atas permukaan tanah, dia ingin bangkit tapi tubuhnya terlalu lemas akibat serangan racun dan benturan energi.“Siapa kau sialan? Apa masalahmu hingga berani mengusik markasku?” Zull berteriak menanyakan identitas Lintang.Dia bisa saja membunuh Lintang waktu itu, namun Zull tidak melakukannya.Pemuda berbadan biru tersebut telah membunuh ri