Setelah mendapatkan pencerahan dari Valentino, Almyra mulai mencoba untuk menghargai dirinya sendiri dan menjaga jarak dengan David. Pria itu sekarang ini sedang menginap di apartemennya tapi gadis itu beralasan sedang haid jadi tidak bisa melakukan apa yang diinginkan oleh David.
David awalnya cukup kesal sekali Almyra karena tak bisa melayaninya tapi dia tentu tak bisa memaksa seseorang yang sedang datang bulan untuk melayani dirinya.
Almyra juga sudah berjanji akan membantu Calvin untuk mendapatkan apa yang dia inginkan meskipun dia belum tahu semua hal tentang pria itu. Dan walaupun dia tidak akan pernah bisa berada di samping pria itu, dia tidak akan pernah menyesal telah mengenal Calvin Miller.
Pria itu adalah satu-satunya pria yang sangat menghargai dirinya dan membuatnya merasa sebagai seorang wanita yang berharga.
"David, tidakkah kau ingin pulang ke rumah kamu saja? Karena percuma juga kamu menginap di sini karena kita tidak bisa melakukan hal i
"Wah. Saya tidak menyangka karena dari tadi saya dan kedua teman saya sudah hampir putus asa karena rasanya perjalanannya sangat panjang sekali," ucap Valentino yang memang merasa sudah tidak sabar lagi untuk sampai ke tempat tujuannya.Kedua petani itu tertawa pelan tapi tawa mereka bukan untuk menertawakan Valentino."Kami maklum sekali. Jalanan di daerah kami memang belum diperbaiki dan sebagian malah masih berupa tanah jadi wajar saja jika orang kota pasti mengeluh jika ke daerah kami ini," ucap petani berjenggot putih itu tadi."Ah ya sebenarnya bukan seperti itu, Pak. Saya hanya agak kaget saja kalau ternyata jalanan di daerah ini belum diaspal," ucap Valentino malu karena sudah mengeluh padahal kalau dipikir-pikir hal itu bukan apa-apa.Aryan dan Ruslan masih menikmati kopi mereka untuk menenangkan diri mereka. Ruslan sebenarnya juga merasa perutnya mual tapi tentu dia tidak bisa menunjukkannya di depan Tuan Mudanya karena tak ingin membuat pria mu
Valentino dan rombongannya sampai di panti saat hari sudah gelap. Valentino merasa jika malam itu cukup dingin lantaran daerah itu terletak di lereng gunung. Valentino menengadah dan menatap langit yang berbintang. Sungguh sudah lama sekali dia tidak melihat bintang-bintang di langit itu. Apalagi ketika dia masih berada di Inggris, dia hampir tak pernah menikmati indahnya langit di malam hari. Valentino memandang sebuah papan besar bertuliskan "Panti Cahaya Langit". Papan itu disinari dengan lampu. Dan sekarang dihadapannya ada sebuah bangunan besar yang memiliki tiga lantai serta halaman yang sangat luas. Valentino tertegun ketika melihat sebuah panti yang sangat besar. Bahkan di kota saja tidak ada panti sebesar itu. "Apakah kau yakin ini tempatnya?" tanya Valentino. "Iya, Tuan Muda. Menurut petani tadi, hanya ada satu daerah yang ada di dekat kebun anggur. Jadi saya yakin inilah yang dimaksud oleh para petani itu lagi pula di situ ada tulis
Hari Araya masuk ke dalam kamarnya dan melihat sang istri masih merajut."Apa itu suruhan David lagi? Atau David sendiri?" tanya Ana Araya.Hari Araya menggelengkan kepalanya."Aku tidak yakin. Fina bilang pemuda itu sangat mirip denganku," ucap Hari. Ana yang masih merajut itu langsung saja menghentikan kegiatannya dan melepas kacamatanya."Kau tidak mungkin berpikir jika itu adalah Valentino kan? Karena tidak mungkin Valentino berada di negara ini, Hera sudah membawanya untuk tinggal di negara lain," ucap Ana.Hari Araya mengangguk lesu. Pria tua itu sangat merindukan cucunya yang telah lama tidak dilihatnya. Dia terakhir melihat sang cucu ketika sidang perceraian antara anaknya dan juga Hera, menantunya yang juga ibu kandung Valentino."Sudah berapa lama itu?" tanya Hari dengan ekspresi sedihnya."Lima belas tahun. Waktu yang cukup lama sekali untuk kita terpisah dari cucu kita," jawab Ana."Andai saja si bodoh itu tidak keh
Valentino dengan sabar bercerita tentang semuanya kepada kakek dan neneknya. Hari dan Ana tak pernah sebahagia ini setelah bertahun-tahun hidup di daerah itu."Jadi mereka masih belum tahu identitas kamu yang sebenarnya?" tanya Hari."Belum, Opa. Kalau David jika orang yang telah dianggapnya sebagai teman itu adalah musuh besarnya, dia pasti tidak akan tinggal diam. Buktinya dia bahkan kemarin pagi sebelum aku berangkat masih mengajakku untuk makan siang," jawab Valentino.Ana Araya yang baru saja kembali dari mengambil kue untuk cucu kesayangannya itu ikut duduk disebelah Valentino."Oma buatan kamu kue. Oma masih ingat kue kesukaan kamu waktu kamu masih kecil, jadi Oma ingin membuatkan kamu kue ini. Kau mau mencobanya?" tanya Ana dengan wajah yang penuh kegembiraan."Tentu saja Oma," jawab Valentino. Valentino segera mengambil kue yang terbuat dari tepung beras yang di dalamnya ada gula merah itu.Dia teringat masa kecilnya yang sering sek
"Valen, apa sebaiknya kau sekarang malah membuang identitasmu sebagai Calvin Miller saja? Opa pikir kau lebih aman jika menyamar sebagai Aditya putra daripada Calvin Miller. Ini terlalu beresiko untuk kamu," ucap Hari."Tapi, Opa. Valen sudah terlanjur mengundurkan diri dari perusahaan itu. Bagaimana caranya Valen masuk ke dalam perusahaan itu lagi?" tanya Valentino bingung."Itu mudah saja. Kau sendiri memiliki beberapa teman yang sepertinya mulai mendukung kamu kan di sana? Opa pikir kamu bisa memanfaatkan mereka untuk bisa masuk kembali ke perusahaan itu. Karena kita tidak tahu jika Rosa benar-benar memperhatikan garis wajah kamu, dia bisa saja langsung mengenali kamu sebagai Valentino," jelas Hari.Valentino menghela napasnya dan sepertinya dia memang salah langkah karena buru-buru keluar dari perusahaan itu. Hal ini tentunya berkaitan dengan pembunuhan Agusta yang telah membuatnya kebingungan dan ditikam dengan rasa bersalah yang sangat besar.Saat d
"Tidak, Aryan."Valentino masuk ke dalam kamarnya."Kenapa tidak? Aku bisa sangat berguna di sana. Kau tahu kan aku dosen hukum. Aku bisa mencari kelemahan dari surat wasiat itu kalau aku melihatnya," ucap Aryan.Valentino menggelengkan kepalanya."Aku tidak mau mengorbankan orang lain lagi. Aku sudah kehilangan Agusta. Aku tidak mau jika mereka mengincar kamu. Karena jika sampai terjadi sesuatu terhadap kamu, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan pada Bu Sriani," ujar Valentino.Rasa bersalah itu kembali datang dan membuatnya merasa sesak. Dia tidak tahan membiarkan David tenang lama-lama. Dia harus segera membuat mereka menanggung semua perbuatannya."Valentino, aku bukan seorang anak kecil tidak bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula aku yakin jika terhadapku si David itu tak mungkin berbuat macam-macam Karena bagaimanapun juga ibuku adalah salah satu orang kepercayaan ibunya. Ibuku tahu beberapa rahasia Rosa yang tidak diketahui oleh
David saat ini sedang menuju ke apartemen Gardenia hills untuk menemui sang kekasih yang sudah lama tidak dia kunjungi lantaran kesibukannya mencari manajer baru itu.David memang selalu bertemu dengan Almyra di kantornya karena gadis itu bekerja sebagai sekretarisnya, tapi dia seperti tidak memiliki waktu untuk bermesraan dengan wanita cantik itu selama dia di kantor.Maka setelah dia menghitung-hitung, David sudah sama sekali tidak menyentuh wanita itu lagi. Dia tidak hanya merindukan wanita itu tapi juga tubuhnya.Almyra yang sedang mandi dikagetkan dengan kehadiran David yang sudah melepaskan pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandinya."David, apa yang kau lakukan?" ucap Almyra terkejut bukan main karena saat ini dirinya sedang tidak memakai pakaian apapun. Badannya pun masih basah karena dia baru saja memulai ritual mandinya."Kenapa kau kaget begitu? Aku sangat merindukanmu, Almyra. Aku langsung datang ke sini," ucap David sambil mendekati
Sementara Valentino sedang menyiapkan dirinya untuk segera kembali ke perusahaan itu, saat ini di rumah besar keluarga Araya di pagi hari, sedang ada sepasang suami istri yang sudah menunggu dibukakan pintu di depan gerbang.Sriani yang dipanggil oleh satpam langsung saja membelalakkan matanya ketika melihat Hari dan Ana Araya yang telah lama tidak dilihat selama belasan tahun."Ya Tuhan. Nyonya Besar. Tuan Besar," ucap Sriani sambil membuka mulutnya."Cepat bukakan!" suruh Sriani pada kedua penjaga gerbang.Penjaga terbang itu terkejut sekali melihat ekspresi tidak biasa yang ditunjukkan oleh kepala pelayan mereka."Saya tidak percaya bisa bertemu dengan Anda lagi, Nyonya," ucap Sriani.Ana tersenyum pada kepala pelayan yang dulunya sangat dia kenal baik itu."Saya juga tidak menyangka akan kembali ke sini lagi, Sriani," ucap Ana lalu menggandeng tangan wanita itu.Ana Araya tidak pernah membeda-bedakan tidak jadi manusia jadi
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t