Share

3. Rencana Valentino

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2021-09-11 12:34:28

Valentino menutup telepon dari Agusta dengan perasaan jengkel. Bukan, bukan jengkel terhadap Agusta tentu saja. Namun jengkel terhadap si bodoh yang disebut oleh Agusta.

Dia langsung berdiri dan mulai berjalan untuk menuju ruangan Agusta namun saat dia baru berjalan beberapa langkah, seseorang mengagetkan dirinya.

"Mau ke mana kau? Pekerjaanmu saja belum beres, kau mau bermain-main?" tanya Alfredo, atasannya di bagian produksi.

"Maaf, Pak. Saya diminta oleh Pak Agusta untuk ke ruangannya," jawab Valentino.

Mata Alfredo menyipit.

"Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan Pak Agusta?" tanya Alfredo.

Valentino baru tahu kalau ada orang yang terlalu ikut campur terhadap urusan orang.

"Tentu saja ini soal pekerjaan, Pak," jawab Valentino santai.

"Pekerjaan? Jangan membuat aku tertawa, Aditya! Kau sudah jelas di bagian produksi sedangkan Pak Agusta adalah manajer umum perusahaan ini."

"Kau juga pasti tahu kan, menemui Pak Agusta itu tidak mudah. Lalu, bagaimana mungkin beliau malah memanggilmu?" tanya Alfredo heran.

"Kenapa Anda tidak bertanya langsung kepada Pak Agusta tentang hubungan saya dan dia?" tantang Valentino yang sudah cukup dibuat sebal oleh atasannya ini.

Alfredo berdecak.

"Kau mulai berani kurang ajar ya. Apa karena menurutmu kamu itu sudah sering dipanggil dan bertemu dengan Pak Agusta membuatmu jadi membuatmu di atas angin? Kau merasa sudah dekat dengan beliau? Begitu, Aditya? Jangan mimpi!" ejek Alfredo.

Valentino mengembuskan napasnya dengan pelan. Astaga, dia berusaha keras menahan dirinya untuk tidak menyiram air ke kepala bosnya itu.

"Tapi kebetulan saya memang dekat dengan beliau, Pak. Ini buktinya saya dipanggil langsung ke sana," ucap Valentino tenang.

Alfredo langsung berdecih.

"Bukan berarti kamu dipanggil terus kamu merasa hubunganmu dekat dengan Pak Agusta. Ya sudah sana pergi! Jangan sampai membuat beliau menunggu!" usir Alfredo.

Valentino langsung ngacir dari sana karena takut dirinya tak bisa menahan emosinya lagi dan mencekik pria itu.

Namun lagi-lagi ketika dia berada di lift, dia berpapasan dengan seseorang yang tidak ingin dia temui untuk saat ini, David Araya. Dia juga sedang berada di dalam lift ditemani seorang sekretaris cantiknya, Almyra.

"Siang, Pak!" sapa Valentino.

Valentino ingin sekali menghindari orang ini. Tapi, jika dia pergi, ini malah akan terlihat sangat mencurigakan. Maka dia pun memutuskan untuk tetap masuk ke dalam lift.

David Araya hanya mengangguk.

Bagi David, tak terlalu penting untuk berurusan dengan karyawan rendahan seperti Valentino. Baginya karyawan yang berguna adalah karyawan yang memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan itu.

"Beb, nanti kamu menginap di tempat aku ya," bisik David tepat di telinga Almyra yang membuat wanita sexy itu bergidik.

David hanya tersenyum melihat reaksi wanita yang sudah pernah  menghangatkan ranjangnya itu.

Almyra tersenyum sensual.

"Tentu saja. Tapi ingat ya, nggak gratis," ucap Almyra blak-blakkan.

"Oh, Baby. Kamu nggak perlu menghawatirkan hal seperti itu. Aku ini presiden direktur dari AL Group. Kamu lupa hal itu? Apapun bisa aku berikan untuk kamu, asalkan kamu memberikan apa yang aku mau. Kamu paham kan maksud aku?" tanya David sambil menatap intens Almyra di lift.

Perut Valentino menjadi bergejolak.

Brengsek, dia enak-enakkan bermain-main dengan wanita sedangkan karyawannya harus kerja berat, umpat Valentino dalam hati.

"Sangat paham dong, Baby. Kamu tahu kan biaya sewa apartemen aku mahal?" ucap Almyra tak tahu malu.

David tiba-tiba saja menarik Almyra mendekat ke arahnya hingga dada Almyra bersentuhan dengan dadanya.

Wanita itu memekik karena kaget namun dia tetap memberikan senyum menggodanya ke arah David Araya.

"Apapun yang kau mau, Sayang," ucap David sambil menyeringai.

Valentino yang berdiri di depan kedua orang itu rasanya ingin sekali muntah. Dia benar-benar jijik atas kelakuan saudara tirinya itu.

Well, dia sebenarnya tak masalah dengan predikat playboy yang sudah tersemat pada David Araya. Namun, setidaknya dia kan harusnya menjaga perilakunya di kantor.

Akan tetapi, ternyata pria itu tak bisa menjaga harga dirinya sendiri. Bagaimana bisa pria semacam itu menjadi seorang presiden direktur AL Group untuk menggantikan ayahnya?

Valentino segera diselamatkan oleh lift yang terbuka. Akhirnya dia sudah sampai di lantai tempat ruangan Agusta.

"Saya permisi dulu, Pak," ucap Valentino masih berusaha sopan.

David hanya mengangguk dan tidak terlalu memperdulikan Valentino.

Valentino yakin setelah dia keluar dari lift itu, David pasti langsung menerkam wanita yang memang terbilang hot itu.

"Ah, akhirnya kau datang juga," ucap Agusta lega.

Pria itu langsung menutup kertasnya dan dia berdiri untuk mengambil air minum dari kulkasnya dan memberikannya kepada Valentino yang baru saja datang.

"Apa yang si bodoh itu lakukan sampai kau memanggilku kemari?" tanya Valentino.

Dia mengambil sebotol air mineral yang diberikan oleh Agusta. Dia mulai meminumnya.

"Dia menyuruhku untuk membuat proposal baru lagi untuk perusahaan besar. Dia ingin menang tender lagi," jawab Agusta.

Pftt!

Uhuk ... uhuk ... uhuk.

Agusta kaget melihat temannya itu batuk-batuk karena tersedak oleh air minum.

"Take it slow, man!" ujar Agusta.

Valentino masih terbatuk-batuk. Dia baru mulai berbicara ketika batuknya sudah reda.

"Apa dia sudah gila? Apa dia pikir membuat proposal semacam itu mudah?" ucap Valentino kesal.

"Aku pikir dia sedang gila ketenaran. Jadi mungkin dia berpikir jika dirinya memenangkan lebih banyak tender, karyawan akan lebih menyukainya," jawab Agusta.

Valentino kini malah tertawa.

Uhuk ... uhuk ... uhuk.

Valentino jengkel karena harus terbatuk-batuk seperti itu.

"Well, apanya yang lucu?" tanya Agusta heran.

"Tentu saja ini sangat lucu. Tidakkah kau bisa lihat? Berarti dia memang tidak becus melakukan apapun. Ini akan mempermudah aku untuk mengambil alih perusahaan ini," ucap Valentino yakin.

Agusta mengerutkan dahinya.

"Bagaimana caranya?" tanya Agusta.

Valentino menyeringai.

"Mudah saja. Dapatkan kepercayaan darinya!" jawab Valentino.

Agusta menatap Valentino dengan bingung.

"Kau yang harus mendapatkan kepercayaannya. Kau turuti saja apa yang dia mau. Begitu dia mempercayai kamu sepenuhnya, ini akan mempermudah kita untuk melakukan rencana kita," jelas Valentino.

Agusta mengerang karena jengkel.

"Tapi dia menyuruhku untuk mengerjakan proposal yang bahkan aku tidak terlalu mengerti," ucap Agusta.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan soal itu. Aku yang akan buat. Kau tinggal berakting di depannya kalau kau bisa melakukan apapun. Bagaimana?" tanya Valentino.

Agusta menghela napasnya.

"Baiklah. Akan aku lakukan. Aku juga sudah tidak sabar melihatmu kembali merebut perusahaan ini," ucap Agusta tulus.

Valentino tersenyum. Agusta adalah satu-satunya orang yang bisa dia percaya di perusahaan ini dan dia berharap temannya ini akan setia kepadanya sampai akhir.

"Omong-omong, kau kenal sekretaris David?" tanya Valentino.

"Aku tahu orangnya tapi aku tak terlalu kenal. Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?" tanya Agusta penasaran.

"Dekati dia. Dia bisa menjadi informan kita suatu saat nanti," jawab Valentino.

Related chapters

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   4. Apartemen Gardenia Hills

    Valentino mengangguk ke semua orang yang dia temui di jalan saat dia menuju ke luar gedung. Pria itu berpura-pura menjadi seorang pria yang agak bungkuk agar membuat semua orang tak mengenalinya. Dan tentu saja dia berhasil. Valentino melenggang bebas tanpa merasa khawatir jika identitasnya ketahuan. Namun, belum sampai dia ke gerbang depan perusahaan dirinya dikagetkan oleh sebuah klakson. Tin... tin... tin... "Woi, minggir!" teriak seorang laki-laki dari dalam mobil. "Mau cari mati ya?" ucap seorang wanita terdengar setengah berteriak dari dalam mobil. Valentino membungkuk dan menyingkir dari jalan. Kaca mobil itu diturunkan dan betapa kagetnya Valentino karena ternyata itu adalah mobil David. Tapi tak ada David di dalam mobil itu, melainkan hanya ada Almyra dan seorang pria yang Valentino tahu pria itu adalah sopir pribadi David. "Eh, si culun lagi. Kamu jangan-jangan mengikuti aku ya? Masa iya kita baru beberapa jam aja ketemu dua kali di lingkungan kantor. Aneh banget!"

    Last Updated : 2021-09-12
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   5. Kerja Sama Baru

    "Halo, Ibu. Maaf, aku baru aja sampai rumah," sapa Valentino. "Iya, nggak apa-apa. Bagaimana kabar kamu di sana?" tanya Hera. "Aku baik-baik saja, Ibu. Bagaimana kabar Ibu?" tanya Valentino balik. "Yah, tentu Ibu baik-baik saja. Daddymu seperti biasa masih memanjakan Ibu," ucap Hera. Valentino tertawa pelan. "Tentu saja daddy memanjakan Ibu. Daddy kan cinta mati sama Ibu," goda Valentino. "Hm. Kami udah tua, Valentino. Sudah bukan waktunya lagi untuk memikirkan cinta segala. Yang penting kami hidup berdua rukun aja udah nyaman rasanya," ujar Hera. Valentino tersenyum, namun tentu saja ibunya tak bisa melihat senyum itu. "Aku senang banget karena kalian selalu rukun," ucap Valentino. "Sudah-sudah berhenti membicarakan soal kami. Kamu bagaimana? Kapan kamu menikah? Usia kamu sudah menginjak tiga puluh tahun. Memangnya tidak ada ya wanita yang bisa menarik hati kamu?" tanya Hera. Valentino sebenarnya tak suka dengan arah pembicaraan ibunya ini. Dia sebenarnya juga bosan selalu d

    Last Updated : 2021-09-12
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   6. Mereka Sepasang Kekasih?

    Tak ada yang menyahut ucapan Agusta sama sekali. Mereka semua terdiam. Sebagian karena takut, sebagian lagi karena tak tahu harus bersikap bagaimana. "Kalian semua masih punya mata kan? Bisa melihat dengan jelas kan kalau ada orang lain yang terjatuh di sini? Bisa kan? Tapi kalian malah mengejeknya. Di mana rasa peduli kalian pada sesama rekan kerja kalian?" tanya Agusta tajam. Diana dan Levi saling lirik namun tentu saja mereka tak menjawab sindiran Agusta. Mereka tak mau dipecat hanya gara-gara masalah ini. "Kenapa kalian diam saja?" teriak Agusta kesal karena tak ada satupun dari mereka yang menjawabnya. Valentino memberi isyarat pada Agusta agar tak memperpanjang masalah tersebut. "Kalau kalian tahu dia siapa, kalian pasti tak akan berani menganggunya seperti sekarang," ucap Agusta. Diana mendongak. "Maksud Bapak? Memangnya dia siapa, Pak? Dia cuman karyawan baru bagian produksi yang kerjanya aja lelet," ucap Diana. Agusta menatap tajam Diana. Agusta berjalan mendekati Dia

    Last Updated : 2021-09-13
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   7. Anak Kepala Pelayan

    "Kau tahu, aku ini masih sangat normal, Agusta. Jadi jangan macam-macam!" peringat Valentino.Agusta tergelak."Valen, menurutmu memangnya aku doyan dada rata? Aduh, maaf saja. Aku masih doyan gunung besar," ucap Agusta."Bagus. Karena asal kau tahu saja tipeku cukup tinggi," sahut Valentino.Agusta tertawa."Oh, aku sekarang mengerti kenapa sampai sekarang kau belum memiliki seorang kekasih. Pasti karena tipe yang kau mau itu terlalu tinggi itu. Makanya tak ada yang bisa menarik hati kamu," ucap Agusta."Memang. Aku tentu saja tak ingin menyerahkan hatiku kepada sembarangan wanita. Lagi pula aku juga tak ingin membuang-buang waktuku dengan bersenang-senang dengan wanita yang enggak jelas," terang Valentino.Agusta tersenyum masam. Valentino sedang menyindirnya karena Agusta memang terkenal sebagai seorang player. Dan berkali-kali pria itu terlihat menggandeng wanita yang berbeda hanya dalam beberapa pekan."Kita itu masih muda, man. Tidak masalah kan kalau aku sedang menyeleksi calon

    Last Updated : 2021-09-14
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   8. Pengacara Muda

    Aryan mengepalkan tangannya untuk menahan rasa kesalnya pada Rosa Melinda.Pemuda itu tak masalah jika dirinya dipanggil dengan sebutan anak kepala pelayan. Baginya itu adalah hal yang biasa saja. Karena dia pun juga tak pernah malu akan profesi ibunya dan memang seorang kepala pelayan."Apakah sedang menjenguk ibu tercinta kamu?" tanya Rosa."Iya, Bu. Baiklah, maaf saya harus permisi karena banyak sekali pekerjaan yang harus saya lakukan."Rosa menjadi tak suka karena melihat ada kesombongan di dalam diri anak kepala pelayan itu."Heh, anak kepala pelayan. Apa kau tak punya sopan santun, hah? Kau datang ke rumahku tanpa permisi kepadaku dan kau pun sekarang seenaknya saja pergi begitu saja."Sriani menahan lengan anaknya agar anaknya itu tidak berbuat yang tidak-tidak. Bagaimanapun juga Sriani mengenal anaknya dengan baik. Dia tentu bisa menduga jika saat ini anaknya sedang mati-matian untuk menahan rasa kesalnya.Sriani menggelengkan kepalanya ke arah Aryan.Aryan mengerti apa yang d

    Last Updated : 2021-09-18
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   9. Unpredictable Meeting

    David Araya langsung mendorong Almyra ke dinding dan mengunci tubuh wanita cantik itu.Pria bertubuh padat itu dengan lapar melahap bibir Almyra yang ranum. David tak lupa mengabsen satu per satu gigi yang putih nan rapi milik Almyra.Setelah puas mengeksplor mulut Almyra, David beralih pada leher Almyra dan juga bahunya yang sangat mulus.Namun sayang, sebelum kegiatan panas itu berlanjut ke atas ranjang, David Araya harus mengakhirinya karena ponsel mewahnya yang harganya sama dengan harga motor itu berdering."Oh, shit!" umpat David.Dia menghela napasnya dengan kasar dan bergegas mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas meja tamu.Almyra segera merapikan dirinya dan ikut penasaran siapa yang telah menganggu olahraga panasnya dengan David."Iya, Ma. Apa? Sekarang?"David mengambil napas sebelum mengembuskannya dengan perlahan. Rupanya dia harus menunda acara bercintanya dengan Almyra."Maaf, Sayang. Aku tak bisa melanjutkannya. Mama meminta aku untuk segera pulang," ucap David.

    Last Updated : 2021-09-28
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   10. The New Car

    Valentino sedang kebingungan sekarang. Dia masih belum keluar dan pergi bekerja karena dia masih agak parno soal Almyra yang tiba-tiba saja kini menjadi tetangganya. Meskipun mereka tidak tinggal di lantai yang sama, Valentino tetap merasa tidak tenang. Kekhawatiran terbesarnya tentu saja berkaitan dengan penyamarannya yang bisa saja terbongkar karena terpergok oleh Almyra. Maka dari itu saat ini dia menunggu Almyra keluar dari unitnya dan pergi dulu ke kantor. Sebagai pemilik gedung Apartemen Gardenia Hills, tentu sangat mudah bagi Valentino untuk meminta anak buahnya mengawasi salah satu penghuni apartemen itu. Valentino tak ingin mengambil resiko karena jika identitas aslinya terbongkar, dia bisa saja gagal untuk mengungkap dibalik kematian ayahnya. Dan Valentino masih belum ingin identitasnya terbongkar. "Tuan, Nona Almyra sudah pergi ke kantor dijemput oleh Pak David," ucap Ruslan. Valentino tak terkejut sama sekali. Dia juga sudah mengetahui jika mereka berdua memang sepasan

    Last Updated : 2021-10-02
  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   11. Menarik Hati

    "Di mana tetangga baru kamu itu?" tanya David yang melihat ke arah beberapa orang yang sudah hadir di dalam apartemen miliknya yang dia berikan pada Almyra itu. "Sebentar lagi pasti datang," ucap Almyra yakin. David yang melihat kekasih hatinya itu sedang bersemangat karena menunggu kehadiran tetangganya yang mereka temui di lift itu merasa sangat kesal. "Almyra, aku nggak mau ya kamu nanti bikin masalah," ucap David. Almyra menoleh ke arah David. "Masalah apa? Perasaan aku nggak pernah buat masalah sama siapapun deh, Sayang." "Maksud aku, aku nggak mau kamu nempel terus dekat-dekat dengan si pria di lift itu," ucap David. Almyra baru saja menyadari hal yang tidak disangkanya. "Kamu cemburu, Sayang?" tanya Almyra. David menatap Almyra dan memegang dagunya yang lancip namun tetap memesona. "Bukan cemburu lagi. Tapi aku benci jika ada laki-laki yang berusaha mendekati kamu. Aku benci jika kamu dekat dengan orang lain. Jadi jangan coba-coba, Almyra! Karena aku tak akan suka meli

    Last Updated : 2021-10-04

Latest chapter

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   Cuap-cuap Penulis

    Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   170. Kelahiran Putra Valentino

    Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   169. Sang Pembunuh

    Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   168. Siapa Pelakunya

    Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   167. Pencarian Stefan

    Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   166. Balas Dendam Terbaik

    Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   165. Kejar-kejaran

    Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   164. Mengecoh

    Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i

  • Sang Miliarder yang Tersembunyi   163. Kematian Lainnya

    Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status