"Di mana tetangga baru kamu itu?" tanya David yang melihat ke arah beberapa orang yang sudah hadir di dalam apartemen miliknya yang dia berikan pada Almyra itu. "Sebentar lagi pasti datang," ucap Almyra yakin. David yang melihat kekasih hatinya itu sedang bersemangat karena menunggu kehadiran tetangganya yang mereka temui di lift itu merasa sangat kesal. "Almyra, aku nggak mau ya kamu nanti bikin masalah," ucap David. Almyra menoleh ke arah David. "Masalah apa? Perasaan aku nggak pernah buat masalah sama siapapun deh, Sayang." "Maksud aku, aku nggak mau kamu nempel terus dekat-dekat dengan si pria di lift itu," ucap David. Almyra baru saja menyadari hal yang tidak disangkanya. "Kamu cemburu, Sayang?" tanya Almyra. David menatap Almyra dan memegang dagunya yang lancip namun tetap memesona. "Bukan cemburu lagi. Tapi aku benci jika ada laki-laki yang berusaha mendekati kamu. Aku benci jika kamu dekat dengan orang lain. Jadi jangan coba-coba, Almyra! Karena aku tak akan suka meli
"Tunggu dulu!" ucap David setengah berteriak saat dia melihat Valentino yang akan segera pergi dari acaranya. Valentino membeku di tempatnya. Mungkinkah dia ketahuan? Apakah penyamaran yang baru saja dilakukannya selama satu bulan lebih ini sudah terbongkar? Astaga, dia segera menyalahkan diri sendiri yang sangat bodoh karena mengambil resiko menggunakan nama 'Miller' untuk nama belakangnya. Tapi apakah mungkin David mengetahui jika marga itu adalah marga dari ayah tirinya? Pikiran Valentino sudah tak karuan saat David sampai ke tempatnya berdiri. Namun yang aneh, David malah menyunggingkan senyum ramah kepadanya. Alisnya terangkat sebelah. "Iya, Pak David. Ada apa?" tanya Valentino. "Ah, jangan panggil saya begitu. Panggil saya dengan nama saya saja. Kita sepertinya seumuran," ucap David. Valentino malah semakin ketar-ketir karena David sepertinya mulai mengetahui tentang Valentino lebih detail. "Ah, iya baik," jawab Valentino namun dia masih gelisah. "Oh iya, ada apa Anda ta
Valentino langsung berdiri, bukan karena takut tapi karena kaget. "Ma-af, Pak David. Sa-saya tadi disuruh Pak Agusta un-tuk... Untuk... " "Apa-apaan sih? Udah culun, sekarang tambah gagap. Aku heran kenapa kau bisa diterima perusahaan milikku ini? Apa ada orang dalam yang mendukungmu, Culun?" tanya David. Agusta melirik ke arah Valentino yang nampak menahan kesal. Kalau Agusta menjadi dirinya, sudah pasti dia akan membuat David babak belur karena sudah menghina dirinya apalagi David sudah mengatakan jika perusahaan ini miliknya. "Ti-dak Pak. Saya masuk lewat tes," jawab Valentino. "Ah ya sudahlah, sana keluar. Aku mau ada urusan dengan Agusta," ucap David. David mengibaskan tangannya ke arah Valentino yang saat ini sudah berdiri kaku. "Kenapa kamu masih diam saja?" tanya David yang melihat Valentino masih juga tak bergerak dari tempatnya. "I-iya, Pak. Maaf. Saya permisi dulu," pamit Valentino. Agusta melirik ke arah sahabatnya itu. Sebelum Valentino pergi, dia sempat mengedi
"Bersabarlah, Valen. Aku masih mencoba untuk memikirkan cara yang tepat untuk mengeksekusi rencana ini," ucap Agusta. Valentino hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu. Aku harap kau segera menemukan cara yang tepat untuk menyingkirkan salah satu peranku. Karena bagaimanapun juga aku tak ingin menjalani tiga peran yang pasti cukup melelahkan untukku," ucap Valentino. "Yeah. Dan apa yang harus kita lakukan setelah bertemu dengan Antonio Cassano nanti?" tanya Agusta penasaran. "Bukan kita. Tapi kau. Karena aku sudah mengenal Antonio jadi yang perlu kau lakukan nanti adalah kau harus mencoba untuk meyakinkan si David untuk bertemu dengan Antonio. Dia harus menjalin kerjasama bisnis dengan Antonio agar kita bisa mengendalikan kerjasama ini," ucap Valentino. Agusta hanya memandang teman masa kecilnya itu dengan tatapan jengah. "Tapi Valen, bagaimana caranya kau membuat si Antonio Cassano itu mau membantu kita?" tanya Agusta. Valentino tersenyum misterius. "Aku punya banyak cara
"Sejarah keluarga Araya?" tanya Joshua. Joshua agak terkejut ketika mendengar nama keluarga itu. Tiba-tiba saja dia menjadi agak gugup. "Iya, Pak. Bukankah Anda adalah pengacara keluarga itu?" tanya Valentino. "Ah, begitu. Iya, iya. Saya memang pengacara keluarga Araya. Tapi ngomong-ngomong, ada urusan apa Anda menanyakan tentang keluarga Araya kepada saya?" tanya Joshua. Valentino memainkan tangannya dan mengetuk-ngetuk jarinya di meja. "Saya berencana untuk mengajak kerjasama David Araya. Namun, saya belum tahu pasti bagaimana latar belakangnya. Dan karena Anda itu pengacaranya, Anda mungkin bisa memberi masukan kepada saya, apakah memang keluarga Araya itu keluarga yang terpercaya atau tidak?" ucap Valentino. Joshua merasa heran. "Pak Miller, kalau untuk urusan seperti itu sepertinya bukan saya yang patut untuk menjelaskannya. Karena tugas saya hanya sebagai seorang pengacara yang mengatur wasiat dari mendiang ayah dari David Araya," ucap Joshua. Valentino tersenyum. Ternya
"Curiga? Kenapa Anda bisa berpikir jika Valentino Araya telah mengirim orang untuk hadir dalam pemakaman itu?" tanya Valentino. "Pria asing itu... " "Pria asing? "Ah sudahlah. Mungkin itu hanya karena saya yang terlalu ketakutan waktu itu jadi bisa saja sayang melihat yang tidak saya inginkan. Ngomong-ngomong kenapa Anda begitu tertarik dengan keluarga itu?" tanya Joshua. Valentino kembali bersikap biasa saja karena sepertinya Joshua tidak mencurigai dirinya sama sekali. "Saya tidak tertarik dengan keluarga itu. Saya hanya tertarik pada bisnis. Jika Itu memang menguntungkan, pasti aku akan mengejarnya. Ya sepertinya memang berbisnis dengan David Araya cukup menarik dan aku bisa pastikan jika aku bisa menarik keuntungan yang besar dari sana. Ah, maafkan saya karena saya terlalu banyak bicara. Wah... Sepertinya sudah cukup Pak pengacara. Saya sudah terlalu banyak menyita waktu Anda," ucap Valentino. "Oh, tidak. Tidak. Tidak apa-apa, Pak. Saya justru senang sekali bisa berbisnis den
Sepulang bertemu dengan sahabat masa kecilnya, Valentino yang cukup merasa lelah karena aktivitasnya yang cukup padat di hari itu pun memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen miliknya. Namun, sungguh sial baginya, di depan pintu apartemennya sudah ada seorang wanita yang tidak ingin dia temui, Almyra, sekretaris David Araya yang terlihat tertarik pada dirinya. Dia ingin sekali berbalik namun wanita itu terlanjur melihatnya. "Calvin, akhirnya kamu pulang juga," ucap Almyra. Valentino mengangguk dan memberikan senyum palsu untuk wanita itu. "Iya. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Valentino. "Oh begini. Kebetulan aku sedang membuat kue brownies rasa cokelat dan aku membuat agak banyak. Jadi aku ingin memberi kamu satu loyang ini. Kamu terima ya?" ucap Almyra. Valentino melirik satu loyang kue brownies rasa coklat itu. Sebenarnya dia tidak suka kue yang terlalu manis tapi Valentino bukan orang yang kejam sampai harus menolak pemberian makanan dari orang lain. "Iya, tentu sa
Sesuai janjinya, Valentino mengajak Almyra untuk sarapan bersama. Almyra sebenarnya mulai was-was jika David sampai mengetahui jika dia saat ini sedang bersama dengan Valentino. Tapi dia juga tidak ingin membuang-buang kesempatan jika dia bisa bersama dengan pria yang menurutnya cukup menarik dan juga baik itu. "Terima kasih sudah menemani saya makan pagi ini. Saya jadi tidak enak karena sudah mencuri waktu kamu dari David Araya," ucap Valentino. "Oh, jangan bicara seperti itu. Aku senang sekali menemani kamu makan. Dan ternyata masakan kamu juga enak sekali. Dari mana kamu belajar memasak?" tanya Almyra. "Tentu saja ibu saya yang mengajari saya. Oh iya. Apakah David akan menjemput kamu nanti?" tanya Valentino. Almyra nampak bingung karena dari semalam kekasihnya itu tidak menghubungi dirinya sama sekali, jadi dia pun tidak tahu pagi ini David akan menjemputnya atau tidak. "Aku rasa mungkin aku akan pergi sendiri ke kantor," jawab Almyra. "Apa kamu mau saya antar?" tanya Valenti
Dear, Readers. Terima kasih sudah setia membaca kisah Valentino Araya selama ini. Valentino Araya menjadi salah satu tokoh favorit saya (yah gimana nggak jadi favorit kalau saya sendiri yang menciptakannya) hehe. Ide novel ini tercipta begitu saja dan tidak menyangka jika ternyata banyak yang merelakan waktu dan juga koinnya untuk membaca kisah ini. Sungguh saya tidak pernah menduganya. Mohon maaf jika masih banyak sekali typo.Tapi jangan khawatir, akan segera direvisi agar nyaman dibaca. Season 1 dari Sang Miliarder yang Tersembunyi telah selesai ya readers. Saya akan kembali untuk season 2 ya readers, tapi kemungkinan tidak akan secepat season1 updatenya. Terima kasih,
Beberapa orang terlihat berdiri karena terlalu terkejut sedangkan beberapa lainnya masih duduk dengan ekspresi yang mulai terlihat sangat takut. Mereka saling melihat kearah orang-orang di sekitar mereka karena takut jika mereka duduk disekitar orang yang menjadi pembunuh Misky itu.Ferisha masih terlihat sangat tenang sekali tanpa apa rasa takut sedikitpun. Dia juga telah memerintahkan mantan anak buahnya dan juga bersama-sama dengan polisi untuk menangkap pembunuh itu di gedung itu."Tak perlu khawatir. Pembunuh itu sudah diawasi dengan ketat oleh banyak polisi yang ada di sini jadi Anda tidak perlu mencurigai orang-orang di sekitar Anda," lanjut Valentino.Aryan menatap sahabatnya itu dengan bingung tapi dia tidak mengucapkan apapun.Valentino mengangguk pada Ruslan. Ruslan langsung mengangguk pada ada polisi yang juga berdiri di sampingnya.Petugas polisi itu kemudian mendekat ke arah Aryan."Pak Aryan, Anda ditangkap atas pembunuhan ter
Valentino telah yakin atas apa yang dia lakukan. Ferisha memang tidak memberitahu dirinya mengenai kecurigaan istrinya itu pada salah satu orang yang dianggap benar-benar melakukan pembunuhan itu.Akan tetapi dia ingin mengalihkan pikirannya dulu dan berujar, "Aryan, bersiap-siaplah karena aku akan segera melantik dirimu menjadi direktur pemasaran."Aryan mengangguk kemudian dia keluar dari ruang kerja Valentino. Pria itu tersenyum dan berjalan kembali menuju ruangannya.Setelah pria itu keluar dari ruang kerjanya, Valentino menghubungi istrinya dan mengatakan akan pulang dengan cepat.Ferisha telah menyiapkan makanan untuk sang suami. Saat Valentino di apartemen mereka, dia itu langsung menghambur ke pelukan istrinya."Hei, apakah kau terlalu merindukan aku sampai kau memelukku seperti ini?" tanya Ferisha sambil mengusap punggung suaminya itu.Ferisha melepaskan pelukannya dan menatap suaminya yang terlihat cukup sedih itu."Apa yang
Malam itu Ferisha menemani suaminya hingga suaminya itu bisa tertidur pulas di tempat tidur mereka. Ferisha tidak langsung tidur cantik langsung saya menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan terhadap Misky. Wanita itu sedang hamil besar dan kehamilannya telah mencapai usia tujuh bulan. Usia kehamilan yang sudah memasuki usia tua karena sebentar lagi dirinya akan segera melahirkan. Akan tetapi, semangatnya untuk mengungkap kasus itu tidaklah sirna karena dia telah mencurigai seseorang yang mungkin saja menjadi pelaku utama dalam kasus pembunuhan itu. Dia sangat yakin dugaannya itu benar karena banyak hal yang mencurigakan tentang orang itu. Ferisha hanya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tak bisa mengungkap kasus pembunuhan itu. Dia tidak bisa menolong sahabatnya, Almyra saat itu. Dan bahkan dia juga tidak bisa menyelamatkan Misky, suami Almyra. Jadi satu-satunya cara untuk menebus rasa bersalahnya terhadap
Meskipun perkataan Bara dan argumen Valentino dan juga Aryan cukup terdengar meyakinkan, Misky belum bisa mempercayai sepenuhnya dan kemudian dia kembali mencari Stefan Aditama di sekitar daerah tempat dia menemukan Bara. Dia kembali menelusuri apartemen mewah di sekitar tempat itu tapi sayangnya dia tidak menemukan apa-apa.Misky mulai frustrasi ketika hingga hampir satu minggu lamanya setelah kematian Bara, Misky belum juga menemukan setitik terangkan mengenai keberadaan Stefan. Pria itu pintar sekali menyembunyikan dirinya hingga bahkan ketika Valentino mengarahkan semua anak buahnya untuk mencari Stefan, tetap tak ada hasilnya.Misky merasa tidak bisa membalas dendamnya pada pria itu dan langsung saja dia pergi ke makam istrinya.Saat itu sudah sore dan Masih banyak orang yang sedang mengunjungi pemakaman tersebut.Misky terduduk di makam istrinya itu dan dia malah kembali teringat semua kejadian yang telah dia alami. Dia merasa menjadi pria paling sial
Warning! Terdapat adegan kekerasan yang mungkin tidak membuat nyaman, jadi bijaklah dalam membaca. Bara masih belum juga menyerah padahal dia sudah hampir kehabisan napasnya karena terus-menerus berlari tanpa henti. Pada akhirnya Misky tetap saja berhasil mobilnya di depan pemuda itu dan kemudian turun dari mobilnya dengan wajah yang masih tenang. "Kau mau lari ke mana lagi?" Misky bertanya sambil minum susu kotak dengan santainya tanpa menoleh pada Bara yang sudha pucat pasi. "Kenapa kau mengejarku?" tanya Bara mencoba untuk mencari peruntungannya berharap jika mereka tidak mengetahui jika dirinya yang telah membunuh Almyra. Misky tersedak saat minum susu itu dan kemudian melempar kotak susu yang hampir habis itu ke tempat sampah. Saat dia berhasil memasukkan susu kotak itu dia pun berseru, "Wow. Aku hebat, bukan?" Bara menggelengkan kepalanya seakan pria yang sedang ada di depannya itu sudah gila karena bisa-bisanya ma
Misky dengan mudah bisa mendapatkan informasi mengenai Bara Ali yang telah membeli apartemen mewah itu dengan namanya sendiri.Misky sungguh berpikir itu adalah suatu kebodohan terbesar yang pernah dilakukan oleh Bara. Dia benar-benar bingung kenapa kecerobohan yang fatal seperti ini malah dilakukan oleh Bara.Entah karena Bara yang terlalu bodoh tahu mungkin memang dia yang terlalu meremehkan Misky hingga tak mengira mereka bisa menemukan dia.Misky lebih mempercayai kedua alasan itu sekaligus.Ruslan yang menemani pria itu juga merasa sangat bersemangat karena sebentar lagi mereka akan segera menemui Bara, pria yang telah dengan sengaja membunuh Almyra dengan tangannya sendiri."Jangan gegabah!" ucap Ruslan yang mencoba untuk memperingatkan Misky pria itu tetap lebih berhati-hati karena mereka belum tahu apakah Bara memiliki anak buah yang melindunginya atau hanya sendirian saja."Iya, aku tahu. Aku juga tak ingin mati konyol sebelum membala
Bara telah menemukan tempat tinggalnya yang baru dan kemudian segera minta anak buahnya untuk menyiapkan tempat itu.Pria itu takkan pernah memaafkan temannya itu karena lebih membela orang yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya sendiri. Almyra bukankah teman dekat mereka dan mereka hanya mengenal dari situ sebagai kekasih David tanpa pernah terlalu sering terlibat dengannya.Namun Stefan malah membelanya mati-matian hingga membuat hubungan mereka semakin memburuk. Bara masih tidak habis pikir bagaimana bisa dia menyalahkan dirinya tentang penembakan itu padahal Stefan juga menginginkan mereka semua mendapatkan balasan atas perbuatan mereka terhadap David dam kepada mereka sendiri. Tapi anehnya pria itu malah mengecam perbuatannya pada Almyra.Bara tidak bisa menerima semua itu dan dia bahkan tidak menjawab panggilan dari Stefan yang sudah berkali-kali menghubungi dirinya. Pria berambut cepak itu benar-benar telah mengabaikan Bara sepenuhnya dan tak i
Misky mendekatkan dirinya ke arah istrinya itu dan kemudian dia mendengar istrinya berkata, "Bunuh mereka."Misky membeku di tempatnya. Dia kembali menatap istrinya yang menangis dan mulai terlihat semakin lemah tapi dia tetap memaksakan dirinya untuk tetap berusaha mengeluarkan suaranya.Misky mendengar Almyra kembali berkata, "Bunuh mereka. Bunuh mereka untukku, Misky."Wanita itu pun memandang sang suami secara lekat lekat dan kemudian menutup matanya secara perlahan. Almyra mengembuskan napas terakhirnya di dalam mobil ambulans itu.Misky yang melihat istrinya itu sudah udah tak bernyawa hanya bisa menangis frustrasi dan tak henti-hentinya mengecup tangan istrinya dengan rasa sedih yang luar biasa.Ketiga tak bisa berbuat apa-apa karena memang Almyra sudah benar-benar pergi. Peluru itu menembus jantungnya dan tak mungkin bisa dikeluarkan. Perdarahan pun yang terjadi cukup fatal hingga membuat wanita itu tak bisa bertahan. Meskipun mereka tiba t