"Tuhan, kamu sudah menciptakan aku, kenapa menciptakan Arjuna juga?""Lujain, apa maksudmu?""Hahaha! Hahaha!" Lujain tidak menanggapi kata-kata Sugi, tetapi hanya tertawa.Setelah tertawa terbahak-bahak, dia mulai mengulang-ulang kata-katanya. "Tuhan, kamu sudah menciptakan aku, kenapa menciptakan Arjuna juga?"Lujain terus mengulanginya sampai matahari terbenam. Tidak peduli bagaimana Sugi dan yang lainnya memanggil Lujain, dia tidak menjawab.Akhirnya Sugi mencarikan seorang tabib.Dokter mengatakan bahwa Lujain tidak bisa menerima pukulan sehingga menjadi gila.Dengan kata lain, Lujain sudah gila!"Gila? Bagaimana mungkin? Dasar tabib bodong!"Sugi menendang tabib itu keluar dari ruangan dengan kasar."Apa yang kamu lakukan di sana? Cepat panggil tabib!" Sugi berteriak dengan marah kepada bawahannya."Baik, Yang Mulia!" Bawahan itu berlari keluar dengan panik."Tunggu, jangan undang tabib dari Kabupaten Damai, undang tabib dari Kabupaten Sentosa saja."Bawahan Sugi bergegas menjemp
Hendra dan Bani menatap Sugi secara bersamaan.Mereka gagal mendapatkan Rumah Bordil Prianka, bahkan harus menyerahkan Restoran Kebon Sirih dan toko daging. Hal ini sama saja dengan memotong daging mereka. Bagaimana mungkin mereka rela melakukan itu?Melihat hal ini, pupil mata Eshan mengecil. "Kenapa, Yang Mulia Sugi, apakah kalian ingin bersikap curang?""Tidak, tidak." Sugi melambaikan tangannya berulang kali. "Bagaimana mungkin seorang pejabat mengingkari janjinya? Kalau kalian menang, akta Restoran Kebon Sirih dan toko daging pasti akan segera diserahkan."Eshan mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Sugi? Semua orang melihat bahwa sore ini, Restoran Kebon Sirih tidak menerima sepeser pun. Sedangkan cake Arjuna menghasilkan total 539 tael perak hari ini. Pendapatan Restoran Kebon Sirih selama tiga hari kurang dari 300 tael. Pendapatan kami sehari jauh lebih banyak daripada total pendapatan Restoran Kebon Sirih selama tiga hari. Bukankah kami menang?""Menurut perhitunganmu, kalian mem
Tamu bernama Hendra memberi tip lima ratus tael perak.""Bagaimana boleh begini? Ini benar-benar tidak tahu malu.""Demi tidak kalah, mereka menggunakan cara tercela seperti itu.""Tunggu, apakah tip termasuk? Apalagi orang yang memberinya adalah Hendra."Semua pejabat dan pedagang dari Kabupaten Damai melontarkan protes dengan marah."Sugi, bukankah kalian terlalu hina?" Eshan berkata kepada Sugi dengan raut muram."Hina?" Ekspresi Sugi masih setenang sebelumnya, tanpa rasa malu, bahkan sedikit puas diri. "Kak Eshan, apa yang kamu bicarakan? Pelanggan merasa senang memakan masakan Lujain sehingga memberi tip. Apa yang aneh dari itu?""Kak Eshan juga, 'kan? Kalau kamu makan makanan enak, kamu pasti juga akan memberi tip kepada tukang masaknya, 'kan?"Sugi menatap Eshan sembari bertanya balik.Eshan terdiam sesaat.Dia memang punya kebiasaan itu. Setiap kali dia pergi makan dan menyukai makanannya, dia akan memberikan tip kepada si juru masak.Banyak orang tahu tentang kebiasaannya itu.
"Mengubah metode kompetisi?"Eshan dan Sugi, yang biasanya tak cocok satu sama lain, berbicara serempak untuk pertama kalinya."Benar, mari kita adakan lomba kereta di ronde ketiga. Ini adil untuk kalian berdua."Balapan kereta merupakan acara yang populer di kalangan masyarakat Dinasti Bratajaya.Dari ibu kota hingga kabupaten dan kota, setiap tempat menyelenggarakan balap kereta setiap tahun."Oke, balap kereta. Sepakat."Sugi berbicara lebih dulu. Begitu dia selesai berbicara, Hendra segera lanjut berkata, "Aku akan bermain di babak ketiga!"Selain berbisnis, Hendra adalah penggemar balap kereta dan sering berpartisipasi dalam perlombaan tersebut."Yang Mulia, aku akan ikut serta!"Irwan, yang berada di belakang Eshan, melangkah maju. Seperti Hendra, dia menyukai balap kereta dan sering berpartisipasi dalam kompetisi. Levelnya sebanding dengan Hendra.Arjuna mencuri perhatian di dua ronde pertama, dia tidak bisa membiarkan Arjuna mencuri perhatian di ronde ini."Kamu?"Hendra menyer
"Yang Mulia, kerajaan kita sangat kekurangan laki-laki.""Sekurang apa?""Dari seratus orang, populasi laki-laki kurang dari dua puluh orang. Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak perempuan dewasa yang bunuh diri karena tidak dinikahi. Kalau hal ini terus berlanjut, fondasi kerajaan mungkin akan tidak stabil.""Sebarkan perintah ini. Mulai sekarang, setiap wilayah di kerajaan ini akan mengalokasikan pernikahan. Kalau ada orang yang bersedia menikahi lebih dari tiga wanita, dia akan diberi imbalan.""Orang yang melahirkan anak laki-laki akan diberi imbalan tinggi.""Dalam tiga tahun, populasi laki-laki di kerajaan ini harus lebih banyak dari perempuan."...Arjuna Kusumo bangun karena terganggu oleh suara tangisan.Matanya terbuka, dia pun mendapati dirinya berada di sebuah rumah asing.Di sebelah Arjuna terdapat seorang wanita muda yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya."Jangan menangis lagi, berisik sekali!"Mendengar suara Arjuna, wanita itu segera menyeka air matanya seb
"Tuan, saya salah!""..." Arjuna tampak bingung.Dia membungkuk untuk memapah Daisha berdiri, tetapi begitu tangannya menyentuh Daisha, wanita itu langsung bersujud kepadanya."Saya tahu Tuan selalu tidak menyukai keterampilan saya. Saya akan belajar dengan wanita-wanita di desa.""Tapi Anda sudah mematahkan kaki kanan saya sebelumnya. Kalau Anda mematahkan kaki kiri saya juga, saya tidak bisa melayani Anda lagi."Apa?!Kaki Daisha dipatahkan oleh si pemilik tubuh Arjuna sebelumnya?!Melihat kaki kanan Daisha yang pincang, kepala Arjuna pun berdengung.Daisha begitu cantik, lemah lembut dan penurut. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menyayanginya. Apa yang pria itu pikirkan? Bagaimana dia tega melakukannya?"Kakimu sakit, jangan berlutut lagi."Tubuh Daisha bergetar hebat. Dia yang takut pada Arjuna sama sekali tidak memperhatikan apa yang Arjuna katakan. "Saya mohon, jangan pukul saya lagi. Jangan pukul saya."Tubuh Daisha gemetar, ekspresinya tampak ketakutan.Bisa dilihat bahwa
Arjuna tiba-tiba berteriak dengan dingin, Raditya dan dua pria lainnya tertegun.Bisa-bisanya Arjuna meneriaki mereka?Rumah itu tiba-tiba menjadi sunyi."Arjuna!" Ekspresi Raditya menjadi muram. "Kamu bertingkah seperti ini sejak kami masuk rumah. Tadi aku tidak perhitungan karena mengingat kamu baru saja jatuh ke jurang, belum pulih. Tapi kamu jangan ngelunjak. Aku bicara sampai di sini. Kamu sudah menerima uangnya, jadi baik kamu bersedia atau tidak, lakukan sesuai kesepakatan kita sebelumnya."Saat Raditya berbicara, kedua pria di belakangnya pun berdiri.Kedua pria itu tampak tinggi dan kekar.Jika Arjuna benar-benar berkonflik dengan mereka, dia bisa kabur, tetapi ....Arjuna melirik Daisha yang berdiri dengan kepala menunduk di sampingnya."Aduh, kepalaku!" Arjuna memegang kepalanya, berpura-pura kesakitan. "Setelah jatuh ke jurang, aku terus demam. Kepalaku masih sakit dan bengkak. Aku tidak mengingat banyak hal. Maaf, kawan-kawan."Melihat hal ini, ekspresi ketiga pria itu bar
"Kamulah yang harus memohon!" Arjuna mengambil mangkuk lain."Buk!""Beranikah aku menghajarmu?""Ah!" Raditya yang tidak waspada pun jatuh ke lantai, kemudian menjerit. Setelah itu, dia mencoba untuk bangun, tetapi Arjuna tidak memberinya kesempatan."Buk!""Berani atau tidak?""Buk!""Berani atau tidak?"Setiap kali bertanya, Arjuna akan memukul Raditya sekali.Pukulan Arjuna menjadi makin keras setiap kalinya.Kepala Raditya langsung memerah, darah yang mengalir keluar makin banyak. Awalnya dia masih tahan, tetapi setelahnya pukulan Arjuna makin menyakitkan sehingga dia pun memohon.Kedua pria dari Rumah Bordil Prianka menurunkan tangan mereka yang tadinya bersedekap di depan dada. Mereka saling menatap, tetapi tidak berani membantu Raditya.Kenapa Arjuna berbeda dari yang mereka ketahui?Arjuna yang mereka kenal tidak bisa menghajar siapa pun, selain wanitanya sendiri. Reputasinya sebagai preman desa karena ada Raditya yang melindunginya.Kenapa sekarang ...."Buk, buk, buk!" Arjun
"Mengubah metode kompetisi?"Eshan dan Sugi, yang biasanya tak cocok satu sama lain, berbicara serempak untuk pertama kalinya."Benar, mari kita adakan lomba kereta di ronde ketiga. Ini adil untuk kalian berdua."Balapan kereta merupakan acara yang populer di kalangan masyarakat Dinasti Bratajaya.Dari ibu kota hingga kabupaten dan kota, setiap tempat menyelenggarakan balap kereta setiap tahun."Oke, balap kereta. Sepakat."Sugi berbicara lebih dulu. Begitu dia selesai berbicara, Hendra segera lanjut berkata, "Aku akan bermain di babak ketiga!"Selain berbisnis, Hendra adalah penggemar balap kereta dan sering berpartisipasi dalam perlombaan tersebut."Yang Mulia, aku akan ikut serta!"Irwan, yang berada di belakang Eshan, melangkah maju. Seperti Hendra, dia menyukai balap kereta dan sering berpartisipasi dalam kompetisi. Levelnya sebanding dengan Hendra.Arjuna mencuri perhatian di dua ronde pertama, dia tidak bisa membiarkan Arjuna mencuri perhatian di ronde ini."Kamu?"Hendra menyer
Tamu bernama Hendra memberi tip lima ratus tael perak.""Bagaimana boleh begini? Ini benar-benar tidak tahu malu.""Demi tidak kalah, mereka menggunakan cara tercela seperti itu.""Tunggu, apakah tip termasuk? Apalagi orang yang memberinya adalah Hendra."Semua pejabat dan pedagang dari Kabupaten Damai melontarkan protes dengan marah."Sugi, bukankah kalian terlalu hina?" Eshan berkata kepada Sugi dengan raut muram."Hina?" Ekspresi Sugi masih setenang sebelumnya, tanpa rasa malu, bahkan sedikit puas diri. "Kak Eshan, apa yang kamu bicarakan? Pelanggan merasa senang memakan masakan Lujain sehingga memberi tip. Apa yang aneh dari itu?""Kak Eshan juga, 'kan? Kalau kamu makan makanan enak, kamu pasti juga akan memberi tip kepada tukang masaknya, 'kan?"Sugi menatap Eshan sembari bertanya balik.Eshan terdiam sesaat.Dia memang punya kebiasaan itu. Setiap kali dia pergi makan dan menyukai makanannya, dia akan memberikan tip kepada si juru masak.Banyak orang tahu tentang kebiasaannya itu.
Hendra dan Bani menatap Sugi secara bersamaan.Mereka gagal mendapatkan Rumah Bordil Prianka, bahkan harus menyerahkan Restoran Kebon Sirih dan toko daging. Hal ini sama saja dengan memotong daging mereka. Bagaimana mungkin mereka rela melakukan itu?Melihat hal ini, pupil mata Eshan mengecil. "Kenapa, Yang Mulia Sugi, apakah kalian ingin bersikap curang?""Tidak, tidak." Sugi melambaikan tangannya berulang kali. "Bagaimana mungkin seorang pejabat mengingkari janjinya? Kalau kalian menang, akta Restoran Kebon Sirih dan toko daging pasti akan segera diserahkan."Eshan mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Sugi? Semua orang melihat bahwa sore ini, Restoran Kebon Sirih tidak menerima sepeser pun. Sedangkan cake Arjuna menghasilkan total 539 tael perak hari ini. Pendapatan Restoran Kebon Sirih selama tiga hari kurang dari 300 tael. Pendapatan kami sehari jauh lebih banyak daripada total pendapatan Restoran Kebon Sirih selama tiga hari. Bukankah kami menang?""Menurut perhitunganmu, kalian mem
"Tuhan, kamu sudah menciptakan aku, kenapa menciptakan Arjuna juga?""Lujain, apa maksudmu?""Hahaha! Hahaha!" Lujain tidak menanggapi kata-kata Sugi, tetapi hanya tertawa.Setelah tertawa terbahak-bahak, dia mulai mengulang-ulang kata-katanya. "Tuhan, kamu sudah menciptakan aku, kenapa menciptakan Arjuna juga?"Lujain terus mengulanginya sampai matahari terbenam. Tidak peduli bagaimana Sugi dan yang lainnya memanggil Lujain, dia tidak menjawab.Akhirnya Sugi mencarikan seorang tabib.Dokter mengatakan bahwa Lujain tidak bisa menerima pukulan sehingga menjadi gila.Dengan kata lain, Lujain sudah gila!"Gila? Bagaimana mungkin? Dasar tabib bodong!"Sugi menendang tabib itu keluar dari ruangan dengan kasar."Apa yang kamu lakukan di sana? Cepat panggil tabib!" Sugi berteriak dengan marah kepada bawahannya."Baik, Yang Mulia!" Bawahan itu berlari keluar dengan panik."Tunggu, jangan undang tabib dari Kabupaten Damai, undang tabib dari Kabupaten Sentosa saja."Bawahan Sugi bergegas menjemp
"Yang sudah beli, tolong berikan ke yang belum. Tuan." Eshan tersenyum kepada pemuda yang berada paling dekat dengannya. "Kamu sudah pernah beli sebelumnya. Aku lihat kamu bahkan beli dua.""Dua saja tidak cukup. Total putriku ada dua belas. Dua cake sebelumnya sudah dihabiskan oleh ibu dan putraku, Aku, istri dan putriku belum makan.""Kalau begitu kamu harus beli setidaknya delapan sampai sepuluh cake. Tidak bisa, tidak bisa."Orang-orang di belakang bergegas maju, mendorong pemuda itu ke samping.Setelah beberapa waktu berlalu, Eshan didemo menggunakan uang, orang-orang rebutan kue."Jangan rebutan, jangan rebutan. Semuanya kebagian. Kalau masih kurang, aku akan minta Arjuna menyisakannya untuk dibawa ke sini." Eshan merasa tak berdaya."Sepakat ya. Kalau tidak disisakan, awas saja."Adegan macam apa ini? Orang-orang mengancam kepala daerah, kepala daerah malah tertawa.Raut wajah Sugi begitu muram. Dia melirik Lujain yang berekspresi sama muramnya."Semuanya! Semuanya!" Sugi berdir
Parahnya lagi, ada yang rela melakukan reservasi dan mengantre selama setengah tahun untuk menyantap hidangan yang Lujain masak.Sekarang orang-orang ini mengatakan bahwa mereka ingin makan kuenya Arjuna, tidak ingin makan masakannya!Apakah kue murahan itu benar-benar seenak itu?Para tamu di aula terus berceloteh."Benar sekali. Benar-benar menyebalkan. Menurutku Lujain hanya terkenal. Aku mencoba masakannya kemarin, rasanya begitu saja.""Aku datang ke sini dua hari lalu. Sejujurnya, rasanya cukup enak. Wajar saja kalau koki istana berminat padanya. Tapi, dibandingkan dengan cake buatan Arjuna, aku lebih menyukai cake Arjuna.""Apakah kalian semua sudah makan cake-nya? Aku sudah pergi ke banyak tempat hari ini dan mengantre lama, tapi tetap saja aku tidak dapat satu pun.""Aku juga tidak sempat makan. Anakku sangat tidak sabar. Katanya kalau aku tidak bisa membelinya hari ini, mereka tidak akan lagi mengakuiku sebagai ayah mereka.""Anakmu mengeluh padamu, kamu bisa saja memarahinya
Ketika Eshan melihat papan di Restoran Kebon Sirih yang bertuliskan "Koki Utama Lujain, diskon 50%," Eshan masih khawatir.Alhasil, tak lama kemudian, orang-orang Sugi pun datang menemuinya dan mengatakan bahwa dia telah bertindak curang dengan melarang pelanggan masuk ke Restoran Kebon Sirih. Dia diminta untuk menjelaskannya kepada Sugi.Eshan yang semula marah karena seorang penasihat hukum tanpa jabatan resmi berani berbicara kepadanya seperti itu. Namun, dia tiba-tiba merasa lebih baik ketika mendengar bahwa Restoran Kebon Sirih tidak ada tamu.Eshan segera membalas penasihat hukum Sugi bahwa dia akan segera menjelaskannya kepada Sugi.Sugi menatap Eshan dengan marah. "Kenapa tidak ada orang di Restoran Kebon Sirih? Sebagai kepala daerah Kabupaten Damai, bukankah kamu mengetahuinya dengan jelas?"Eshan menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Benar. Bisa-bisanya Restoran Kebon Sirih tidak ada orang ketika Yang Mulia Sugi dan Koki Utama Lujain yang mengelola. Sebagai kepala daerah, ak
"Beri tahu mereka bahwa orang yang mendesak tidak akan dilayani."Lujain mengucapkan kalimat itu, kemudian membuka pintu menuju halaman belakang dari dapur. Dia lelah setelah membuat begitu banyak saus, jadi dia ingin naik ke lantai atas untuk beristirahat sejenak."Tuan, bukan banyak orang, tapi ... tidak ada orang."Ketika pelayan itu mengucapkan kata "tidak ada orang", suaranya sangat kecil, bahkan bergetar.Nanti dia pasti akan dipukuli."Apa?"Lujain melepaskan gagang pintu, berbalik, lalu menampar wajah pelayan tersebut."Sungguh sia-sia keluargaku menafkahimu selama bertahun-tahun. Apakah kamu bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas?"Tidak ada orang?Omongan apa itu? Bagaimana mungkin tidak ada seorang pun yang datang untuk mencicipi masakan seorang Lujain?Pelayan itu memegang sebelah wajahnya yang ditampar sambil berkata dengan takut-takut. "Tuan, benar-benar tidak ada seorang pun di luar.""Sepertinya ibuku sudah terlalu baik padamu. Kamu diberi makan terlalu banyak sehingg
"Yang Mulia Mois." Arjuna tersenyum, dia tampak bodoh lagi. "Masih terlalu awal untuk mengatakan mengalahkan Lujain, hasilnya masih belum diputuskan.""Ayolah, Nak, kamu ini memang sudah menipu orang dengan penampilan bodohmu ini."Suara Eshan terdengar, tubuh besarnya menyelip di antara Arjuna dan Mois."Yang Mulia, bagaimana boleh Anda berkata seperti itu? Hasilnya memang belum diputuskan." Arjuna mengungkapkan keluhannya."Sudah, sudah."Eshan sedikit bersemangat, tetapi karena dia tinggi, gerakannya terlihat sedikit lucu.Dia lanjut berkata, "Setelah selesai mengambil lapisan bawah cake, aku keluar untuk melihat. Ternyata kereta kuda yang datang untuk membeli cake bertambah banyak."Eshan sudah meminta semua istri dan putri petugas pemerintah, termasuk istri dan putrinya sendiri, untuk datang membantu. Namun, sekarang sudah mau kewalahan juga."Ngomong-ngomong ...." Eshan melirik antrean tak berujung di luar toko. "Arjuna, bagaimana pedagang dari daerah lain tahu kamu membuat cake?