"Aku lihat kamu masih sama seperti dulu. Otakmu tidak benar-benar berfungsi. Kamu takut kalah sehingga sengaja menggunakan trik lama, menggunakan trik kotor seperti ini lagi."Aku beri tahu, kamu itu seorang pecundang."Bima tidak mengatakan apa-apa, jadi Cakra terus memakinya tanpa menyisakan harga diri bagi Bima."Kakak Seperguruan, sebagai lawanku yang kalah, kamu hanya bisa tahan walau tidak terima."Raut wajah Bima tampak muram. "Kalau bukan karena mengingat masa lalu, aku pasti sudah ....""Sudah apa? Kamu itu lemah. Bertandinglah dengan muridku sekarang juga, kalau tidak, artinya kamu pecundang!""Plok, plok, plok!"Beberapa orang begitu senang mendengar sahutan Cakra sehingga mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak bertepuk tangan.Setelah bertepuk tangan, mereka menyadari ada yang salah, kemudian baru berhenti.Ada hampir seribu orang yang ada di tempat jamuan makan di gerbang masuk Desa Embun, termasuk pasukan yang dibawa oleh Fauzi dan Firhan. Namun saat ini, suasana ben
Sudah dimulai, sudah dimulai.Hampir seribu orang yang berdiri di gerbang masuk Desa Embun menajamkan telinga mereka bersama-sama.Ini adalah pertama kalinya sejak berdirinya Dinasti Bratajaya seorang siswa biasa bertanding dengan seorang cendekiawan hebat.Orang-orang sangat penasaran apakah Arjuna benar-benar memiliki kemampuan atau hanya berkoar-koar karena pengaruh alkohol.Pada saat ini, matahari sudah terbenam. Di bawah pembiasan matahari terbenam, debu beterbangan, langit menjadi suram dan gelap, membuat orang terpikir akan medan perang di mana perang besar akan terjadi.Bima yang mengenakan pakaian hitam berdiri tegak, tampak seperti seorang jenderal yang anggun.Sedangkan di seberangnya, Arjuna bersandar santai pada toples anggur, wajahnya merah, pandangannya kabur karena mabuk. Dia tampak sangat mengenaskan.Sebelum bertanding, orang-orang sebenarnya sudah mengetahui jawabannya."Guruku yang membuat soal ujian, apa yang perlu ditandingkan dari hal ini? Aku peringatkan, jangan
Kenapa bisa begini? Para siswa di sekolah desa setempat makin tidak percaya.Mereka telah mengenal Arjuna sejak kecil. Sebelum bersekolah, Arjuna hanya mengenal beberapa huruf.Kenapa bisa begini?Jangan-jangan Cakra mengajarinya secara diam-diam?Arjuna mengabaikan keterkejutan itu. Dia lanjut melafalkan, "Bab 35 dari 'Doktrin Jalan Tengah,' seorang pemimpin yang bijaksana tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, tetapi juga berupaya untuk meninggalkan warisan yang baik bagi generasi berikutnya. Raja A memulai, Raja B melanjutkan. Keberlanjutan dari warisan ini membawa kejayaan dan kehormatan yang abadi, serta membawa kemakmuran bagi negara dan keluarganya.""Bab 221 dari 'Kitab Tata Krama' mengungkapkan perbedaan cara orang atau kelompok dalam merespons pertemuan dengan seorang orang bijaksana, berdasarkan status mereka atau situasi yang mereka alami. Setiap kelompok atau individu (musuh, orang yang jarang terlihat, orang yang sering terlihat, orang buta, orang yang sedang berkabun
Arjuna tersenyum bodoh sambil mengucapkan terima kasih lagi. "Terima kasih, bung."Arjuna yang tengah menuangkan anggur ke mangkuk kembali menggelengkan kepalanya dengan kesal.Bukan hanya toples anggur saja yang kecil, mangkuk anggur pun kecil.Pantas saja Arjuna tidak merasa kembung setelah minum begitu lama.Setelah meneguk semangkuk anggur lagi, Arjuna merasa pikirannya menjadi lebih jernih.Isi dari buku-buku kuno itu seperti gambar yang diperbesar, terus melintas dalam pikirannya."Bab 118 dari 'Kitab Pencarian Kebijaksanaan' ...."Arjuna terus melafalkan. Seiring berjalannya waktu, dia melafalkan lebih cepat dan lebih lancar."Bab 600 dari buku 'Sejarah dalam Kehidupan Politik' ...."Setelah melafalkan halaman terakhir dari lima buku kuno, Arjuna membuka kelopak matanya yang berat, kemudian menatap Bima dengan dingin."Mencuri soal ujian? Apakah aku perlu melakukan hal itu? Aku sudah dipaksa ibuku menghafal buku kuno sejak usia tiga tahun. Buku yang aku hafal jauh lebih banyak d
"Antologi Puisi Balai Musik.""Plak!" Ketika Fauzi mendengar Arjuna membaca judul buku itu, tangannya tanpa sadar bergetar, kemudian buku 'Antologi Puisi Balai Musik' pun jatuh dari tangannya ke lantai."Benar." Arjuna bangkit dari meja, lalu menunjuk buku di lantai itu dengan tubuh terhuyung. "Buku itu. Judulnya 'Antologi Puisi Balai Musik,' 'kan. Buku itu tidak digunakan untuk membuat soal ujian daerah dan nasional tahun ini. Bab 77: ...."Sama seperti sebelumnya, Arjuna melafalkan literatur kuno yang panjang, kemudian berhenti sejenak.Begitu Arjuna terdiam, Fauzi mendapati banyak sekali mata yang tertuju padanya.Tubuh Fauzi bergetar tak terkendali. Mengapa orang-orang ini menatapnya seperti itu?"Yang Mulia." Eshan akhirnya mengingatkan Fauzi. "Kenapa Anda tidak membuka bukunya? Ayo buka, lihat apakah Arjuna menghafal dengan benar.""Oh!" Fauzi secara refleks menundukkan kepalanya, kemudian membuka halaman bab tujuh puluh tujuh dari buku 'Antologi Puisi Balai Musik.'"Semuanya ben
Dalam keadaan tidur, Arjuna membalikkan badannya.Selimut ini ... sangat lembut dan elastis. Saat Arjuna mendekat, dia mencium aroma yang segar dan manis.Pasti efek deterjen baru.Tampaknya dia memilih merek yang tepat kali ini.Arjuna yang mengira dirinya masih berada di zaman modern, dengan senang memeluk selimut erat-erat.Namun ....Selimut ini harum, tetapi terasa agak dingin. Apakah suhunya turun lagi?Arjuna secara naluriah menggeser tubuhnya, tetapi selimut itu ikut bergeser hingga menempel padanya lagi."Hm?"Arjuna mengernyit dan hendak membuka matanya ketika dia mendengar suara rendah dan malu-malu di dekat telinganya."Hei, Kak Disa, jangan! Lihat, Tuan sudah mau bangun karena kita.""Kalau begitu harus percepat.""Kak Disa, Kak Disa, begini kurang baik.""Kenapa tidak baik? Tahun ini kamu harus ...."Arjuna tidak tahan lagi, dia membuka matanya.Pemandangan di depannya sungguh erotis.Disa terus menanggalkan pakaian Daisha, lalu menjejalkan Daisha yang telanjang ke dalam
"Karena ...."Telinga Daisha tiba-tiba tidak lagi memerah, ekspresinya tidak lagi malu. Ekspresi tegasnya tampak tidak percaya. "Ternyata Shaka yang memasukkan kertas-kertas itu ke dalam kotak kayu kita."Shaka?Tatapan dingin melintas di mata Arjuna, lalu tatapannya segera kembali tenang.Arjuna tidak terlalu terkejut bahwa pelakunya adalah Shaka.Melakukan hal seperti itu cukup sesuai dengan karakter Shaka yang munafik dan jahat.Arjuna mendapat peringkat pertama, sedangkan Shaka tidak lulus. Jika tidak melakukan sesuatu, itu bukan Shaka namanya."Meskipun hubungan kita dengan mereka tidak baik, Shaka juga selalu memandang rendah kita. Bagaimanapun juga, kamu adalah keponakannya. Bagaimana boleh dia melakukan hal seperti itu?!"Tubuh Daisha terlihat kurus saat berpakaian, tetapi memiliki lekuk yang indah saat tidak berpakaian. Dia begitu menggebu-gebu saat berbicara sehingga seluruh tubuhnya terus bergoyang.Arjuna tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Daisha.Tatapannya panas.A
Gadis ini biasanya lembut, pendiam dan santun, tetapi dia selalu memberi Arjuna kejutan."Hm?" Arjuna tersenyum, kemudian bertanya dengan ekspresi bingung. "Kalau ingin melahirkan anak laki-laki, wanita harus apa?""Aku ...." Daisha yang duduk di atas tubuh Arjuna merasa malu dan kacau. Dia merasa gelisah, tetapi tidak tahu harus berbuat apa.Meskipun mereka sudah pernah melakukannya sekali pada malam sebelumnya, itu terjadi setelah dia mabuk. Daisha tidak sepenuhnya sadar, jadi Arjuna yang membimbingnya melalui semuanya.Sekarang Daisha diminta untuk mengambil inisiatif, dia tidak tahu harus mulai dari mana."Tuan." Daisha menatap Arjuna seolah meminta bantuan. "Bisakah kamu mengajariku?"Arjuna menggelengkan kepalanya. "Kali ini kita mau menghasilkan anak laki-laki, aku mana bisa?"Binalnya seorang wanita yang lembut dan anggun adalah kesempatan yang langka. Arjuna ingin melihat lebih lama."Ka ... kamu ...." Daisha menundukkan kepalanya dengan malu-malu. Kedua tangannya saling memil
"Kalian pegawai negeri memegang pulpen seharian, begitu kecil dan pendek. Huh, pantas saja bagian itu kalian juga begitu kecil dan ....""Danis, kamu ... apa gunanya itu? Bukankah kamu tetap tidak memiliki anak perempuan?""Arga, kamu sombong mentang-mentang punya anak laki-laki."Danis melempar sebuah batu ke arah Arga."Dasar pria tua biadab, Danis! Bisa-bisanya kamu melempar barang!"Arga juga melemparkan batu tinta ke Danis.Keduanya saling adu mulut hingga saling melempar barang.Semua orang di sekitar Danis dan Arga tercengang, tetapi tidak ada yang berani melangkah maju untuk menghentikan mereka.Arjuna merasa tidak berdaya saat melihat dua lelaki tua itu berkelahi, melempar barang seperti anak kecil.Jika Raka tidak berlutut tadi, dia tidak akan percaya bahwa kedua lelaki tua ini adalah dua orang berkuasa di pengadilan istana.Setelah melempar barang-barang yang ada pada tubuh mereka, mereka mulai melempar perabotan rumah."Pak Tua, kalau kalian berani melempar perabotan rumahk
"Hormat kepada Perdana Menteri Kiri."Melihat lelaki tua itu, Raka segera berlutut.Pria tua itu mengabaikan Raka, berjalan cepat menuju Arjuna. Di tengah jalan, Danis berteriak padanya. "Arga, kenapa kamu ada di sini, tidak berada di pemerintah pengadilan?"Danis begitu marah. Jika pak tua ini tidak muncul, Arjuna pasti sudah menyetujuinya."Kalau aku tidak kemari, orangku sudah mau direbut pergi!"Saat berbicara, Arga sudah datang ke depan Arjuna. Dia menatap Arjuna dengan penuh semangat. "Arjuna, apakah kamu merindukanku? Aku sangat merindukanmu."Setelah kembali ke ibu kota dari Kabupaten Damai, Arga merasa bahwa hari berjalan dengan lambat. Dia menghitung hari, menantikan ujian perguruan tinggi.Hanya tersisa sekitar sebulan lebih, atau tiga puluh delapan hari, antara ujian nasional dan ujian perguruan tinggi. Akan tetapi, Arga merasa bahwa tiga puluh delapan hari ini sama panjangnya dengan tiga ratus delapan puluh hari.Karena khawatir terjadi sesuatu pada ujian perguruan tinggi,
Makin Danis berbicara, makin menyedihkan suaranya, makin keras dia menangis.Arjuna merasa tidak enak ketika mendengarnya. "Jangan menangis, Pak Tua. Bagaimana mungkin kamu punya ahli waris? Ada begitu banyak jenderal berbakat di Pasukan Serigala.""Banyak? Banyak dari mana? Mereka memang jago bertarung dan membunuh musuh. Tapi kalau soal taktik, mereka semua bodoh."Meskipun kata-kata Danis dilebih-lebihkan, para jenderal yang ganas dalam pasukannya memang kalah Arjuna.Saat Arjuna bilang tidak mau ikut dengannya, Danis benar-benar menangis. Namun setelahnya, dia hanya untuk menipu Arjuna.Alasan dia bisa sampai ke posisi sekarang, selain karena dia petarung yang handal, dia juga cukup tidak tahu malu.Dia meminta Pedang Sakti Penstabil Negara dari mendiang kaisar sebelumnya dengan tidak tahu malu."Bagaimana dengan Raka?" Arjuna menunjuk Raka yang berdiri di samping Danis. "Menurutku dia bagus. Dia pintar dan loyal padamu, sangat cocok menjadi penerusmu."Danis menyeka air matanya, k
Danis mengayunkan pedang di tangannya kemudian berkata, "Arjuna, apa pendapatmu tentang pedangku ini?"Tatapan Arjuna tertuju pada pedang Danis dengan tenang. "Bentuknya sangat indah, cahaya pedangnya jernih. Pedangnya tajam dan bagus. Kenapa? Marsekal mau membunuhku?""Aish!" Danis tampak tidak senang. "Arjuna, apa yang kamu bicarakan? Aku ingin memberimu pedang ini."Pada titik ini, Raka tidak dapat menahan diri lagi. Dia melangkah ke depan Arjuna kemudian berkata, "Marsekal, ini sama sekali tidak boleh.""Enyahlah!" Danis mendorong Raka menjauh. "Tidak boleh? Sejak kapan kamu yang mengajariku?"Sambil mendorong Raka, Danis memasukkan kembali pedang ke sarungnya, kemudian menyerahkannya kepada Arjuna.Arjuna melipat tangannya di depan dada, kemudian berkata dengan acuh tak acuh. "Aku tidak layak menerimanya, tidak mau.""Bam!" Raka terjatuh ke lantai."Dasar tak berguna!" Danis menendang Raka. "Keluar dari sini.""Marsekal, Anda benar-benar harus mempertimbangkannya." Raka masih belu
"Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya
"Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber
Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku
"Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela
"Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam