Sama seperti saat hasil ujian daerah diumumkan, Arjuna menarik perhatian semua orang begitu dia tiba di tempat pengumuman."Arjuna, Arjuna!"Sekelompok siswa yang tidak lulus ujian tetapi belum pulang, tiba-tiba mengerumuni Arjuna, mendorongnya ke tempat pengumuman."Arjuna, jangan berdiri begitu jauh. Ya, berdirilah di sini. Dari sini bisa melihat dengan jelas.""Ya, ya, kami masih ingin melihatmu masuk peringkat."Para pelajar ini memiliki pikiran masing-masing.Sejumlah kecil orang dengan tulus berharap Arjuna dapat masuk dalam daftar lagi. Mereka ingin ketempelan keberuntungan Arjuna.Mayoritas orang datang untuk menertawakan Arjuna.Mereka sangat yakin bahwa Arjuna tidak mungkin mengalami keberuntungan untuk kedua kalinya."Pemerintah Kabupaten Damai, umumkan peringkatnya!"Begitu kepala panitera daerah berteriak, para petugas pemerintah menggantungkan gulungan berisi daftar nama lulusan ujian nasional pada papan pengumuman hasil.Gulungan kertas dibuka, orang-orang langsung membu
Gulungan itu perlahan terbuka ke bawah."Buk!""Buk!"Beberapa orang terjatuh."Tidak mungkin, tidak mungkin, Yang Mulia pasti salah kali ini.""Shaka dan Arjuna adalah paman dan keponakan, usia mereka hampir sama. Apakah Yang Mulia salah mengenali Shaka dan Arjuna?""Benar, pasti begitu."Menghadapi keraguan semua orang, kepala daerah segera memerintahkan seseorang untuk menempelkan jawaban Arjuna seperti sebelumnya.Tulisan di kertas ujian masih kurang bagus, tetapi kali ini jawaban Arjuna tidak hanya banyak yang benar, tetapi benar semua.Alasan Arjuna berusaha sekuat tenaga kali ini adalah untuk mencegah tragedi seperti Fiona terjadi lagi."Dari kertas ujian, Arjuna jelas berada di urutan teratas. Kalau Arjuna berada di urutan teratas, berarti Shaka ....""Tidak lulus?!"Semua orang berseru dengan tak percaya.Shaka mendapat peringkat ketiga dalam ujian daerah dan memiliki dukungan dari kedua putranya.Begini pun bisa tidak lulus?Shaka yang semula berdiri gagah sambil menunggu ora
Daisha menundukkan kepalanya, dia masih agak malu."Kak Daisha."Naya dari belakang mendorong Daisha ke depan Arjuna. "Jangan malu-malu lagi. Kamu sangat merindukan Kak Arjuna sampai memimpikannya di malam hari selama ini.""Mana ada?!"Daisha yang pemalu, wajahnya memerah ketika Naya berkata demikian."Ada, aku mendengarnya dengan jelas pada malam hari.""Aku juga mendengarnya. Kak Disa, kamu tidak hanya memanggil Tuan, tapi juga mengatakan bahwa kamu merindukan Tuan setengah mati." Dinda membenarkan ucapan Naya.Dia tidak hanya memberikan bukti, tetapi juga menambah bukti."Kalian ... kalian bicara sembarangan."Daisha menghentakkan kakinya, lalu mencoba melarikan diri, tetapi dia dipeluk oleh Arjuna."Coba aku lihat merindukanku setengah mati itu seperti apa.""Tuan!"Daisha yang sangat malu pun membenamkan wajahnya di dalam pelukan Arjuna. Dia terus memukul Arjuna dengan tinju kecilnya. "Jangan bicara lagi, jangan bicara lagi!""Oke, oke, aku tidak bicara lagi."Arjuna melepaskan D
Tak lama kemudian, seorang lelaki tua berpakaian putih datang ke hadapan Arjuna.Arjuna menatap lelaki tua yang menyengir di depannya dari atas sampai bawah.Lelaki tua itu benar-benar serba putih sekarang. Baju putih, jenggot putih, rambut putih, muka pun dibasuh hingga putih.Dia berbeda sekali dengan sebelumnya yang hanya mengenakan pakaian linen abu-abu dan terlihat kotor.Lelaki tua itu berdiri sambil mengelus lembut jenggotnya, dia tampak sedikit bangga.Dia sedang menunggu Arjuna memujinya.Bagaimanapun, jika dia muncul di depan orang-orang dengan pakaian seperti ini ...."Ada apa? Hari bahkan belum sepenuhnya gelap, kamu sudah mulai menjadi hantu untuk menakut-nakuti orang?""Aku ...."Mata lelaki tua itu terbelalak, kedua tangannya terus mengusap tubuhnya sendiri dari atas ke bawah. "Aku jelas-jelas seperti peri.""Peri? Kurasa lebih mirip hantu.""Hmph!"Pelayan yang ada di samping lelaki tua itu tidak dapat menahan tawanya."Lucukah?" Lelaki tua tersebut memelotot marah.Pel
"Aku menerima pesan dari kampung halamanku yang memintaku untuk pulang."Ketika bercerita tentang kampung halamannya, lelaki tua itu tak lagi menyengir, tatapan tajam melintas di matanya.Arjuna kebetulan melihatnya.Sesuatu yang besar pasti telah terjadi di ibu kota.Invasi asing? Menteri pengkhianat menyebabkan kekacauan? Bencana lokal?Aish!Arjuna menertawakan dirinya sendiri.Dia hanya seorang siswa unggul sekarang, statusnya sedikit lebih tinggi dari rakyat biasa. Hanya sebatas itu.Apa hubungannya urusan negara dengan dia?"Apa hubungannya denganku? Aku bukan ayahmu, kamu tidak perlu melapor padaku ke mana pun kamu pergi."Pelayan yang berdiri di samping merasakan aliran darah mengalir deras ke dahinya ketika dia mendengar kata-kata Arjuna.Astaga, memuaskan sekali.Dia bermimpi untuk berbicara seperti itu kepada si pria tua.Aish ....Namun, dia hanya bisa mengatakannya dalam mimpi.Pria tua ini pasti tidak tahan lagi, 'kan.Tidak tahan juga tidak ada gunanya, karena pelayan it
"Daisha."Arjuna dengan pelan memanggil Daisha yang sedang menyiapkan tempat tidur untuknya di tempat yang paling jauh darinya.Daisha mengangkat tatapannya. Tatapannya tertuju pada wajah Arjuna kurang dari sedetik sebelum dia menundukkan kepalanya. "Ya? Ada apa, Tuan?"Baik nada maupun sikap Daisha tidak ada cela.Akan tetapi, Arjuna merasa ada yang salah.Daisha bersikap terlalu sopan sehingga tidak seperti seorang istri, melainkan lebih seperti pembantu.Dia patuh, tetapi menjaga jarak.Daisha pernah bersikap seperti itu pada Arjuna. Saat itu, Arjuna baru mengalami transmigrasi zaman. Arjuna yang dulu menjual Daisha ke Rumah Bordil Prianka.Pada saat itu, Daisha merasakan dendam, kebencian dan ketakutan terhadap Arjuna sehingga wajar bila dia bersikap seperti itu.Namun sekarang ....Arjuna berusaha keras mengingat hal-hal yang dia lakukan dan katakan sebelum dia pergi mengikuti ujian serta setelah pulang.Makin berpikir, Arjuna makin bingung.Dia tidak melakukan sesuatu yang berleb
Daisha adalah orang yang tidurnya paling nyenyak di antara Alsava bersaudari. Perbedaan antara sebelum dan sesudah dia tidur sangat jauh.Dia jarang terbangun di malam hari, memiliki posisi tidur yang sangat buruk dan suka menendang selimut. Setelah Arjuna mengalami transmigrasi zaman, dia harus membenarkan letak selimut Daisha satu atau dua kali setiap malam.Namun, kini Daisha tak ada di atas tungku.Ke mana Daisha pergi? Apa yang telah terjadi?Arjuna buru-buru turun dari tungku, lalu berlari ke luar.Malam ini sungguh gelap gulita, tidak ada setitik pun cahaya bulan. Halaman gelap gulita, dia tidak bisa melihat apa-apa.Arjuna segera berlari ke dapur.Ruangan itu sunyi. Selain panci dan wajan, tidak ada tanda-tanda keberadaan Daisha.Arjuna berlari ke kandang ayam.Selain dapur, tempat favorit Daisha adalah kandang ayam.Alsava bersaudari suka makan ayam, jadi mereka sesekali membunuh seekor ayam di rumah. Namun, Daisha tidak pernah mengizinkan Disa membunuh burung pegar yang Arjun
"Hah?"Arjuna menatap wanita kecil yang melontarkan protes di dalam pelukannya setelah mabuk. Dia merasa tak berdaya sekaligus kesal. Kekesalannya tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Ternyata Daisha tiba-tiba menjauhinya karena cemburu.Padahal Daisha baik-baik saja sebelum Arjuna mengantar Arkana dan keluarganya ke luar. Ketika Arjuna masuk kembali, sikap Daisha langsung berubah.Mungkin saat Arjuna sedang mengantar keluarga Arkana, Disa bercerita kepada Daisha tentang Fiona.Namun, gadis ini terlalu pencemburu. Bisa-bisanya dia sampai mabuk-mabukan di tengah malam."Omong kosong!"Arjuna mengetuk kepala Daisha dengan jari telunjuknya. "Apa maksudmu aku tidak menginginkanmu? Apa yang kamu pikirkan?"Arjuna hanya tidak tega karena Daisha masih kecil. Dia ingin tunggu Daisha bertumbuh lebih dewasa.Karena tidak ingin Daisha berada dalam bahaya, Arjuna pun mengurungkan niatnya untuk mengklaim Daisha.Arjuna bahkan tidak membiarkan Putri Delapan hamil untuk saat ini.Pada zaman kuno y
"Astaga." Danis begitu panik. "Arjuna, kenapa kamu tidak mau memadamkan api? Jangan menyerah, kita pasti bisa menyelamatkan beberapa buku."Arjuna menatap api yang berkobar di ruang kerja sejenak, lalu menoleh untuk menatap Danis sambil tersenyum tipis. "Bukankah Marsekal sangat jelas apakah kita bisa menyelamatkannya atau tidak?""Ba ... bagaimana mungkin aku tahu? Aku sedang tidur, kemudian menyadari bahwa ruang kerjamu kebakaran."Aneh sekali.Danis merasa bingung. Mengapa dia bisa merasa tidak tenang karena takut ketahuan?Sekalipun dia yang menyebabkan kebakaran, mengingat kepribadiannya seperti apa, bagaimana mungkin dia merasa takut? Sekarang begitu bertemu Arjuna ....Anak ini tidak hanya genius dalam menggunakan pasukan, tetapi auranya juga sangat mengintimidasi hingga menakutkan.Sebuah tatapan Arjuna dapat membuat orang lain merasa terbaca isi hatinya."Kalaupun aku membakar ruang belajar itu, lalu kenapa?"Karena tidak bisa menyembunyikannya, Danis pun mengakuinya."Kamu ya
"Jelas tidak boleh membiarkannya pergi. Sungguh disayangkan kalau orang berbakat seperti dia menjadi pegawai negeri. Coba aku pikir ...."Kamar yang ditempati Danis berada di seberang ruang belajar Arjuna.Tata letak kamar ini tidak bagus. Dia awalnya tidak tinggal di kamar ini, tetapi dia bersikeras pindah hari ini.Dia menggunakan alasan bahwa letak kamar ini sepi. Sebenarnya dia ingin mengawasi Arjuna, takut Arjuna pergi diam-diam ke Kota Perai.Selain Danis yang mengawasi secara langsung, dia juga memerintahkan batalion pengawalnya untuk berjaga di sekitar rumah Arjuna. Singkatnya, jika Arjuna ingin melarikan diri secara diam-diam, itu mustahil.Sore harinya, Tamael datang.Jika Arjuna tidak keluar tepat waktu, Tamael tidak akan bisa masuk.Karena Tamael datang artinya Arjuna telah menemukan penginapan di Kota Perai. Danis tidak akan mengizinkannya masuk."Ma ... Marsekal."Keluar dari ruang kerja Arjuna, Tamael begitu ketakutan hingga rohnya hampir keluar.Pada saat ini, Danis ber
Daisha adalah orang yang bijaksana dan cerdas. Sejak hari pertama Danis pindah ke rumahnya, dia sudah mengerti tujuan Danis.Arjuna meletakkan kuas, kemudian menarik Daisha mendekat, membelai rambutnya sembari bertanya, "Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus tetap mengikuti ujian kekaisaran atau pergi ke Pasukan Serigala bersama Marsekal?"Daisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ke mana pun Tuan pergi, aku akan ikut."Arjuna dengan lembut mencubit dagu Daisha. Dagunya lembut dan tirus, terasa sangat enak dipegang. "Kalau aku benar-benar bergabung dengan Pasukan Serigala, kondisi di barak tidak lebih baik daripada di rumah. Apa kamu tidak takut susah?"Daisha membenamkan kepalanya di dada Arjuna, lalu dia berkata dengan lembut. "Tidak. Selama ada Tuan, aku tidak merasa susah."Daisha yang ada dalam pelukan Arjuna harum sekali. Tatapannya menawan, bibirnya merah, cantik sekali.Sulit untuk tidak tergoda saat memeluk wanita secantik ini.Arjuna mengangkat dagu Daisha. "Aku
"Arjuna." Danis berkata dengan tatapan serius. "Ini sama sekali bukan ocehan, aku melakukan ini sepenuhnya untuk kebaikanmu ....""Disa!" Arjuna berteriak ke luar pintu. "Kemasi barang-barang Marsekal ....""Jangan, jangan! Aku akan berhenti bicara, aku akan berhenti bicara." Ekspresi Danis yang awalnya serius berubah menjadi senyuman menyanjung.Arjuna memelototi Danis, kemudian menundukkan kepalanya, hendak mengambil kuas lagi."Wah!" Danis mengambil kuas Arjuna lebih dulu. "Arjuna, kuasmu ini sangat bagus!""Baru kali ini aku melihat kuas sebagus ini. Di mana kamu membelinya?" Danis mulai bermain dengan kuas Arjuna.Arjuna tidak menjawab pertanyaan Danis, tetapi hanya mengulurkan tangannya. "Berikan padaku.""Hei, Arjuna, kamu pelit sekali. Aku lihat saja tidak boleh," keluh Danis sambil ...."Krek!""Aduh!"Danis menatap kuas yang patah sambil berseru, kemudian dia berkata dengan nada meremehkan. "Kuas ini memang bagus, tapi kualitasnya terlalu buruk. Aku hanya memegang dengan pela
"Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam
Ya, dia seorang bupati Kota Perai, takut pada Arjuna yang hanya merupakan seorang pelajar.Pertama, trik Arjuna terlalu mengerikan.Kedua, Arjuna naik kereta kudanya hari ini, sedangkan dia sendiri berjalan kaki.Salah satu dari kedua alasan itu membuatnya merasa was-was.Danis menoleh, kemudian bertanya pada Arjuna, "Arjuna, apakah kamu akan mengikuti ujian perguruan tinggi?""Ya!"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Andi sudah berseru, "Marsekal, Anda mungkin tidak tahu, Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian nasional Kabupaten Damai pada tahun pertamanya mengikuti ujian kekaisaran."Andi memuji Arjuna.Selama Arjuna mengikuti ujian kekaisaran, dia tidak akan bisa menjadi komandan.Skala ujian perguruan tinggi jauh lebih besar daripada ujian daerah dan ujian nasional. Semua siswa yang lulus ujian nasional dari sepuluh kabupaten di Kota Perai yang datang untuk berpartisipasi adalah kaum unggulan.Kabupaten Damai merupakan kabupaten termiskin dan terkecil di Kota Perai. Arjuna mendu
"Marsekal, Anda masih suka bercanda seperti dulu ....""Hormat kepada Yang Mulia Komandan! Selamat, Yang Mulia!"Sebelum Eshan selesai berbicara, Mois yang ada di sampingnya segera berlutut, kemudian mengucapkan selamat kepadanya dengan suara keras."Sekretaris Daerah, apa yang kamu selamatkan? Bodoh. Marsekal masih di sini." Eshan menundukkan kepalanya sambil memarahi Mois.Danis menepuk kepala Eshan pelan sambil berkata, "Kurasa kamu yang paling bodoh. Sudah bertahun-tahun berlalu, kamu sudah bertambah tua, tapi otakmu tidak bertambah besar.""Hormat kepada Yang Mulia Komandan!"Begitu Danis selesai berbicara, para prajurit yang menjaga Kota Perai berlutut. Suara mereka dalam memberi penghormatan kepada sang komandan sekeras dan sekuat guntur."Marsekal, maksudmu Eshan adalah komandan baru yang kamu tunjuk?"Kata-kata bodoh seperti itu akan membuatnya terlihat bodoh dan menyinggung Danis, tetapi Andi tetap bertanya.Karena dia benar-benar tidak dapat memercayainya. Dia benar-benar ti
Arjuna mengangkat tirai, lalu melihat keluar.Danis duduk di jok kusir, sementara Andi dan Firhan berdiri dengan hormat di samping kereta."Marsekal, Kabupaten Damai miskin. Makanan serta akomodasi tidak memadai. Kalau Anda tinggal di sini, itu akan menderita bagi Marsekal," kata Firhan.Kabupaten Damai merupakan titik hitam dalam hidupnya. Firhan tidak akan tinggal sekejap pun lebih lama.Ekspresi Danis menjadi muram. "Sebagai seorang prajurit yang bertugas, aku tidak bisa menderita sedikit?""Bukan." Andi menjadi pucat karena ketakutan, dia berulang kali memberi peringatan kepada Firhan dengan tatapannya.Danis adalah seorang prajurit. Jika seorang prajurit mengeluh tentang makanan dan akomodasi yang buruk, bukankah itu berarti dia takut mati?Sial, dia hampir saja terseret oleh Firhan."Marsekal, tentu saja Anda adalah orang yang paling tahan menderita di Dinasti Bratajaya. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa memimpin Pasukan Serigala dan melindungi wilayah Bratajaya?"Setelah mendenga
"Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac