Disa yang ada di dalam kamar khusus makin merasa ada yang janggal.Apakah pandangannya buram? Namun, dia jelas melihat seorang wanita di kamar Shaka.Wanita itu pasti bukan Naura, karena saat itu Naura masih berada di lantai pertama, menikmati tatapan iri wanita lain."Pak!"Hembusan angin bertiup dari luar, menjatuhkan tempat pena di depan Arjuna."Cuacanya dingin lagi."Arjuna berdiri untuk menutup jendela. Ketika dia melewati Disa yang sedang membungkuk untuk bersih-bersih, dia berkata, "Setelah ujian nasional, aku akan membeli mantel untuk kalian. Aku lihat Fiona mengenakan mantel tampak bagus dan hangat.""Mantel." Disa tiba-tiba berdiri. "Benar, mantel!"Dia menggumamkan kata "mantel", kemudian dengan cepat berlari ke luar."Disa, kamu ...."Sebelum Arjuna menyelesaikan kalimatnya, dia mendengar Disa menjerit."Ada apa?" Arjuna buru-buru mengikutinya keluar.Saat melihat Disa, Shaka yang sudah melangkah keluar dan hendak menyeret Fiona bersama Pahan, dengan cepat masuk kembali ke
"Fiona, kamu ...."Arjuna membungkuk untuk membaringkan Fiona di kasur, tetapi Fiona malah menggigit bibirnya."Kak Arjuna, tolong bantu aku ...."Sebagai seorang gadis yang belum menikah, Fiona tidak tahu bagaimana dia ingin Arjuna membantunya.Namun, dia yakin bahwa Arjuna tahu cara membantunya."Fiona ...."Mata Arjuna memerah, suaranya serak.Dengan seorang wanita cantik bergelayut padanya, orang suci sekalipun tidak dapat tidak tergoda.Pada saat ini, perasaan Arjuna kacau."Tuan ...."Suara Disa menyadarkan Arjuna."Disa." Arjuna mengambil keputusan. Dia menarik Fiona dari pelukannya, kemudian mendorongnya ke arah Disa. "Bawa dia pergi mandi, boleh pakai air dingin.""Tuan."Disa tidak menerima Fiona.Dia dengan lekat menatap Fiona yang wajahnya merah dan kehilangan kesadaran. Setelah itu, Disa mendorong Fiona ke sisi Arjuna lagi.Meskipun dia belum berhubungan intim dengan Arjuna, Disa tidak sebodoh itu untuk tidak bisa melihat apa yang terjadi pada Fiona.Sekarang hanya Arjuna
Awalnya Arjuna mengira Pahan yang menyembunyikan mereka, jadi dia pun pergi mencari Pahan. Akan tetapi, Pahan malah meminta orang pada Arjuna.Setelahnya, Arjuna meminta bantuan pria tua tersebut. Sang pria tua juga tidak menemukan mereka.Arjuna benar-benar bingung.Bagaimana bisa dua orang dewasa menghilang begitu saja?Malam sebelum ujian nasional."Tante Buana!"Suara jelas Disa terdengar dari luar pintu."Plak!"Arjuna meletakkan buku yang ada di tangannya, lalu bergegas keluar."Tante Buana, ke mana saja kamu dan Fiona akhir-akhir ini? Aku dan tuanku tidak bisa menemukan kalian. Benar-benar mengkhawatirkan."Disa begitu gembira hingga hampir menangis.Melihat Buana, Arjuna diam-diam menghela napas lega. Dia tanpa sadar melihat ke belakang Buana. Tidak ada keberadaan Fiona di belakang Buana."Tante Buana, di mana Fiona?" Arjuna masih khawatir ketika dia tidak melihat Fiona.Aneh sekali, dua orang dewasa menghilang begitu saja selama beberapa hari."Fiona ....""Hei, hei, hei!" Dis
Ketika Arjuna bergegas ke Kuil Efetus, dia melihat Fiona yang sudah berpenampilan seperti biarawati."Tuan."Fiona menyapa Arjuna, sorot matanya saat menatap Arjuna tampak tenang dan datar.Pada saat ini, Arjuna pun sudah mengerti.Fiona tidak akan kembali bersamanya.Mungkin inilah yang disebut perfeksionis.Fiona tidak dapat menerima ketidaksempurnaannya sendiri.Meskipun dia tidak kehilangan keperawanannya kepada Shaka, dia menjadi wanita Arjuna dengan cara seperti itu.Jika kejadian itu tidak terjadi, Arjuna tidak berencana menikahinya."Fiona, aku tahu kamu belum bisa membuka simpul di hatimu. Aku menghormati pilihanmu. Tapi aku ingin memberitahumu. Mulai sekarang, pintu rumahku selamanya terbuka lebar untukmu. Kapan pun kamu ingin kembali ke kehidupan duniawi, aku akan menikahimu dengan mewah."Fiona berdiri di depan gerbang Kuil Efetus, menatap punggung Arjuna yang makin jauh."Kak Arjuna, mendengar kata-katamu itu, Fiona sudah puas seumur hidup ini ...."Setelah Fiona menjadi b
Sama seperti saat hasil ujian daerah diumumkan, Arjuna menarik perhatian semua orang begitu dia tiba di tempat pengumuman."Arjuna, Arjuna!"Sekelompok siswa yang tidak lulus ujian tetapi belum pulang, tiba-tiba mengerumuni Arjuna, mendorongnya ke tempat pengumuman."Arjuna, jangan berdiri begitu jauh. Ya, berdirilah di sini. Dari sini bisa melihat dengan jelas.""Ya, ya, kami masih ingin melihatmu masuk peringkat."Para pelajar ini memiliki pikiran masing-masing.Sejumlah kecil orang dengan tulus berharap Arjuna dapat masuk dalam daftar lagi. Mereka ingin ketempelan keberuntungan Arjuna.Mayoritas orang datang untuk menertawakan Arjuna.Mereka sangat yakin bahwa Arjuna tidak mungkin mengalami keberuntungan untuk kedua kalinya."Pemerintah Kabupaten Damai, umumkan peringkatnya!"Begitu kepala panitera daerah berteriak, para petugas pemerintah menggantungkan gulungan berisi daftar nama lulusan ujian nasional pada papan pengumuman hasil.Gulungan kertas dibuka, orang-orang langsung membu
Gulungan itu perlahan terbuka ke bawah."Buk!""Buk!"Beberapa orang terjatuh."Tidak mungkin, tidak mungkin, Yang Mulia pasti salah kali ini.""Shaka dan Arjuna adalah paman dan keponakan, usia mereka hampir sama. Apakah Yang Mulia salah mengenali Shaka dan Arjuna?""Benar, pasti begitu."Menghadapi keraguan semua orang, kepala daerah segera memerintahkan seseorang untuk menempelkan jawaban Arjuna seperti sebelumnya.Tulisan di kertas ujian masih kurang bagus, tetapi kali ini jawaban Arjuna tidak hanya banyak yang benar, tetapi benar semua.Alasan Arjuna berusaha sekuat tenaga kali ini adalah untuk mencegah tragedi seperti Fiona terjadi lagi."Dari kertas ujian, Arjuna jelas berada di urutan teratas. Kalau Arjuna berada di urutan teratas, berarti Shaka ....""Tidak lulus?!"Semua orang berseru dengan tak percaya.Shaka mendapat peringkat ketiga dalam ujian daerah dan memiliki dukungan dari kedua putranya.Begini pun bisa tidak lulus?Shaka yang semula berdiri gagah sambil menunggu ora
Daisha menundukkan kepalanya, dia masih agak malu."Kak Daisha."Naya dari belakang mendorong Daisha ke depan Arjuna. "Jangan malu-malu lagi. Kamu sangat merindukan Kak Arjuna sampai memimpikannya di malam hari selama ini.""Mana ada?!"Daisha yang pemalu, wajahnya memerah ketika Naya berkata demikian."Ada, aku mendengarnya dengan jelas pada malam hari.""Aku juga mendengarnya. Kak Disa, kamu tidak hanya memanggil Tuan, tapi juga mengatakan bahwa kamu merindukan Tuan setengah mati." Dinda membenarkan ucapan Naya.Dia tidak hanya memberikan bukti, tetapi juga menambah bukti."Kalian ... kalian bicara sembarangan."Daisha menghentakkan kakinya, lalu mencoba melarikan diri, tetapi dia dipeluk oleh Arjuna."Coba aku lihat merindukanku setengah mati itu seperti apa.""Tuan!"Daisha yang sangat malu pun membenamkan wajahnya di dalam pelukan Arjuna. Dia terus memukul Arjuna dengan tinju kecilnya. "Jangan bicara lagi, jangan bicara lagi!""Oke, oke, aku tidak bicara lagi."Arjuna melepaskan D
Tak lama kemudian, seorang lelaki tua berpakaian putih datang ke hadapan Arjuna.Arjuna menatap lelaki tua yang menyengir di depannya dari atas sampai bawah.Lelaki tua itu benar-benar serba putih sekarang. Baju putih, jenggot putih, rambut putih, muka pun dibasuh hingga putih.Dia berbeda sekali dengan sebelumnya yang hanya mengenakan pakaian linen abu-abu dan terlihat kotor.Lelaki tua itu berdiri sambil mengelus lembut jenggotnya, dia tampak sedikit bangga.Dia sedang menunggu Arjuna memujinya.Bagaimanapun, jika dia muncul di depan orang-orang dengan pakaian seperti ini ...."Ada apa? Hari bahkan belum sepenuhnya gelap, kamu sudah mulai menjadi hantu untuk menakut-nakuti orang?""Aku ...."Mata lelaki tua itu terbelalak, kedua tangannya terus mengusap tubuhnya sendiri dari atas ke bawah. "Aku jelas-jelas seperti peri.""Peri? Kurasa lebih mirip hantu.""Hmph!"Pelayan yang ada di samping lelaki tua itu tidak dapat menahan tawanya."Lucukah?" Lelaki tua tersebut memelotot marah.Pel
"Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam
Ya, dia seorang bupati Kota Perai, takut pada Arjuna yang hanya merupakan seorang pelajar.Pertama, trik Arjuna terlalu mengerikan.Kedua, Arjuna naik kereta kudanya hari ini, sedangkan dia sendiri berjalan kaki.Salah satu dari kedua alasan itu membuatnya merasa was-was.Danis menoleh, kemudian bertanya pada Arjuna, "Arjuna, apakah kamu akan mengikuti ujian perguruan tinggi?""Ya!"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Andi sudah berseru, "Marsekal, Anda mungkin tidak tahu, Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian nasional Kabupaten Damai pada tahun pertamanya mengikuti ujian kekaisaran."Andi memuji Arjuna.Selama Arjuna mengikuti ujian kekaisaran, dia tidak akan bisa menjadi komandan.Skala ujian perguruan tinggi jauh lebih besar daripada ujian daerah dan ujian nasional. Semua siswa yang lulus ujian nasional dari sepuluh kabupaten di Kota Perai yang datang untuk berpartisipasi adalah kaum unggulan.Kabupaten Damai merupakan kabupaten termiskin dan terkecil di Kota Perai. Arjuna mendu
"Marsekal, Anda masih suka bercanda seperti dulu ....""Hormat kepada Yang Mulia Komandan! Selamat, Yang Mulia!"Sebelum Eshan selesai berbicara, Mois yang ada di sampingnya segera berlutut, kemudian mengucapkan selamat kepadanya dengan suara keras."Sekretaris Daerah, apa yang kamu selamatkan? Bodoh. Marsekal masih di sini." Eshan menundukkan kepalanya sambil memarahi Mois.Danis menepuk kepala Eshan pelan sambil berkata, "Kurasa kamu yang paling bodoh. Sudah bertahun-tahun berlalu, kamu sudah bertambah tua, tapi otakmu tidak bertambah besar.""Hormat kepada Yang Mulia Komandan!"Begitu Danis selesai berbicara, para prajurit yang menjaga Kota Perai berlutut. Suara mereka dalam memberi penghormatan kepada sang komandan sekeras dan sekuat guntur."Marsekal, maksudmu Eshan adalah komandan baru yang kamu tunjuk?"Kata-kata bodoh seperti itu akan membuatnya terlihat bodoh dan menyinggung Danis, tetapi Andi tetap bertanya.Karena dia benar-benar tidak dapat memercayainya. Dia benar-benar ti
Arjuna mengangkat tirai, lalu melihat keluar.Danis duduk di jok kusir, sementara Andi dan Firhan berdiri dengan hormat di samping kereta."Marsekal, Kabupaten Damai miskin. Makanan serta akomodasi tidak memadai. Kalau Anda tinggal di sini, itu akan menderita bagi Marsekal," kata Firhan.Kabupaten Damai merupakan titik hitam dalam hidupnya. Firhan tidak akan tinggal sekejap pun lebih lama.Ekspresi Danis menjadi muram. "Sebagai seorang prajurit yang bertugas, aku tidak bisa menderita sedikit?""Bukan." Andi menjadi pucat karena ketakutan, dia berulang kali memberi peringatan kepada Firhan dengan tatapannya.Danis adalah seorang prajurit. Jika seorang prajurit mengeluh tentang makanan dan akomodasi yang buruk, bukankah itu berarti dia takut mati?Sial, dia hampir saja terseret oleh Firhan."Marsekal, tentu saja Anda adalah orang yang paling tahan menderita di Dinasti Bratajaya. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa memimpin Pasukan Serigala dan melindungi wilayah Bratajaya?"Setelah mendenga
"Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac
"Tidak boleh."Arjuna menolak tanpa memikirkannya.Membuat granat buatan bukanlah tugas yang sulit bagi manusia modern seperti dia, tetapi bukan tugas yang mudah bagi orang-orang kuno yang tidak memahami prinsip-prinsip ledakan dan proporsi pecahan.Adapun Magano dan yang lainnya, mereka tidak akan bisa membuatnya tanpa Arjuna yang menimbang bahan mentah di samping mereka.Mengajar orang kuno tidaklah mudah, itu hanya salah satu alasannya.Untuk alasan lain, Arjuna tidak mengenal Danis. Jika Danis adalah pria yang memiliki ambisi jahat, maka Arjuna akan menjadi pendosa abadi di Dinasti Bratajaya.Seandainya Danis adalah pejabat baik yang setia kepada Dinasti Bratajaya ....Bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya?Dia sudah begitu tua, Pasukan Serigala akan diserahkan kepada orang lain cepat atau lambat."Arjuna." Danis masih mengemis."Tidak, aku bilang tidak boleh, maka tidak boleh. Kalau kamu mengoceh lagi, keretanya untukmu saja, aku akan turun."Sambil berbicara, Arjuna mengulur
"Kamu jalan kaki. Siapa yang menyuruhmu naik kereta?"Sekalipun keretanya cukup besar, Danis tidak akan membiarkan Andi naik kereta."Aku ... jalan kaki?"Seorang bupati tingkat lima memberikan keretanya kepada seorang pelajar, kemudian dia jalan kaki.Ini adalah pertama kalinya hal seperti ini terjadi dalam ratusan tahun sejak berdirinya Dinasti Bratajaya.Mata Danis menjadi gelap, menatap lurus ke arah Andi, "Apa? Dengan kondisimu saat ini, kamu bahkan tidak bisa berjalan? Kalau memang begitu, aku akan menyampaikannya kepada Yang Mulia agar kamu bisa pensiun lebih awal.""Marsekal, aku masih kuat. Bisa jalan, bisa jalan!"Andi tidak berani lagi mengatakan omong kosong. Dia berbalik, lalu berkata kepada pengawal yang ada di sampingnya. "Cepat suruh kusir untuk menarik kereta keluar dari tempat tersembunyi, lalu tunggu di sana."Sesampainya di depan kereta, Danis melihat sekilas bangku lipat di samping kereta, kemudian menendangnya lagi. "Benda ini terlihat tidak kuat sama sekali. Kamu
"Aku tidak butuh dia menggendongku, aku bisa jalan sendiri," lanjut Arjuna. Dia sedikit tidak senang. Dia merasa itu merepotkan, berjalan sendiri lebih cepat."Tidak, kamu harus digendong. Kamu terluka parah sekarang. Kalau kau berjalan dan menggoyangkan tanganmu, tanganmu yang terluka akan bengkok di kemudian hari."Danis usai berbicara, lalu menoleh untuk bertanya kepada tabib yang merawat Arjuna. "Benar, bukan?""Oh ... benar, benar. Sekarang kamu tidak boleh berjalan sendiri."Sang tabib mengangkat tangannya untuk menyeka keringat di dahinya.Ini adalah pertama kalinya dia berbohong selama bertahun-tahun menjadi tabib.Tatapan Marsekal tampak membunuh, bagaimana mungkin dia berani mengatakan kebenaran?"Tuan, dengarkanlah tabib," ucap Disa dengan cemas.Mungkin itu yang dikatakan budak cinta.Disa, yang mengkhawatirkan Arjuna, menjadi tak bisa berpikir karena melihatnya terluka."Nah!" Danis tiba-tiba meninggikan suaranya. "Kamu dengar, 'kan? Bukan hanya tabib, istrimu juga berpiki
"Plak!"Segenggam tanah dilemparkan dengan keras ke wajah Firhan. Tanahnya terasa panas karena terbakar api."Oh!"Firhan menjerit kesakitan, kemudian memegang wajahnya sambil mengumpat, "Siapa? Siapa yang melempar tanah ke wajahku? Keluar lalu berlutut di hadapanku untuk minta ampun, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni nyawamu.""Aku."Terdengar suara yang datar, lembut dan nyaring."Kamu ... bukankah kamu ...."Ketika Firhan melihat dengan jelas orang yang berbicara, kakinya menjadi lemas, dia pun berlutut."Marsekal Agung, a ... aku ...."Wajah Firhan pucat. Dia berbicara dengan gemetar, tidak dapat menyelesaikan kalimatnya."Aku pantas mati, aku pantas mati!"Melihat ekspresi Danis yang makin muram, Firhan terus menampar wajahnya sendiri."Cukup!" Danis penuh dengan ketidaksabaran, "Berhentilah berpura-pura, lalu kemari!""Baik, baik!" Firhan melompat ke dalam terowongan lalu berkata, "Marsekal, apa yang bisa aku lakukan?""Jongkok, gendong Arjuna turun gunung!"Begi