"Apakah faktanya bisa diubah kalau aku tidak memberitahunya?""Kenapa tidak? Setidaknya Pahan tidak akan menceraikan Tante Buana. Tante Buana akan baik-baik saja sekarang.""Dia tidak akan baik-baik saja." Lelaki tua itu menggelengkan kepalanya. "Karena Pahan tidak akan mengurung niatnya untuk memberikan Fiona kepada Shaka. Sebenarnya, apa pun yang dia lakukan tidak akan mengubahnya. Itulah kondisi di negara ini.""Kalau kamu sudah tahu, kenapa kamu masih memberi Tante Buana harapan?" Arjuna marah."Karena ...." Pria tua itu menatap Arjuna dengan penuh arti. "Aku ingin menunjukkannya padamu.""Menunjukkan apa?""Sisi kejam dinasti ini.""Memangnya kenapa kalau aku melihatnya?""Apakah kamu tidak ingin mengubahnya?""Aku hanya rakyat biasa, apa yang bisa aku ubah?"Kalau kamu bersedia, maka kamu bukan rakyat biasa."Arjuna terdiam beberapa saat. "Kalau sekarang kamu membantu Tante Buana bercerai, serta tidak membiarkan Pahan menyakiti Tante Buana dan putrinya lagi, aku akan lanjut mengi
Ekspresinya dingin, tatapannya tajam dan berwibawa.Dia mengangkat tirai, kemudian menatap kepala daerah dengan datar.Tak berani menunda sedetik pun, kepala daerah segera menarik kembali pandangannya."Bawa pergi."Kepala daerah langsung memerintahkan orang untuk membawa Pahan pergi.Tidak lama kemudian, kabar pemecatan Pahan dari jabatannya dan perceraiannya dengan Buana keluar dari kantor pemerintah daerah.Setelah insiden Pahan ini, Kabupaten Damai gempar selama beberapa hari.Beberapa pria yang dulu suka memukul dan memarahi wanitanya tanpa alasan kini menjadi jauh lebih terkendali.Namun, semua itu kejadian nanti.Saat Arjuna dan Disa baru saja kembali ke lantai tiga Restoran Kebon Sirih, mereka melihat Buana dan Fiona yang berdiri di depan pintu kamar mereka. Buana dan Fiona tampak sedang menunggu mereka."Fiona, cepat ucapkan terima kasih kepada penyelamat kita."Begitu melihat Arjuna, Buana langsung menarik Fiona untuk berlutut di depan Arjuna."Tante Buana, bukan, bukan. Yang
Buana mengalihkan pembicaraan. "Arjuna, orang tuaku memperlakukanku dengan baik. Ketika aku menikah, mereka memberiku dua puluh hektar tanah subur dan dua toko, tapi ...."Di tengah-tengah perkataannya, Buana tiba-tiba tampak khawatir."Memiliki tanah dan toko adalah hal yang baik, kenapa Tante Buana tampak sedih?" tanya Disa yang ada di samping dengan kebingungan."Disa, aku seorang wanita tidak mengerti bisnis." Buana berkata kepada Disa, tetapi matanya tertuju pada Arjuna.Pada saat ini, tidak peduli seberapa bodohnya Disa, dia pun mengerti.Kedatangan Buana tidak hanya untuk menyampaikan rasa terima kasih, tetapi juga untuk memberikan putri dan hartanya kepada Arjuna."Gampang!" kata Arjuna. "Aku kenal Tamael, dia kenal banyak pengurus toko. Aku bisa memintanya untuk memilih pengurus toko yang cakap dan dapat dipercaya untuk Tante Buana."Mendengar kata-kata Arjuna, Buana merasa kecewa sekaligus gembira.Kecewa karena Arjuna tidak hanya menolak Fiona, tetapi juga menolak propertiny
Dua orang dari Desa Embun lulus ujian daerah, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Desa Embun."Bagus, bagus, sekarang aku bertanya-tanya desa mana yang berani memandang rendah kita!"Ketika berita itu sampai ke desa, kepala desa meneteskan air mata gembira.Selama bertahun-tahun, dia sudah muak dengan sikap para kepala desa di daerah sekitar.Hanya karena jumlah orang di Desa Embun yang lulus ujian daerah terlalu sedikit. Sebelum Arjuna dan Shaka, hanya Marvin satu-satunya yang lulus ujian daerah dan menjadi siswa unggul.Sekarang, desa mereka memiliki dua orang sekaligus yang lulus ujian. Akan dia lihat siapa lagi yang berani meremehkannya.Kepala desa yang gembira pun membawa Oki dan Naura ke Kabupaten Damai beberapa hari kemudian.Naura sebenarnya tidak boleh menghadiri acara seperti itu, tetapi dia melahirkan anak laki-laki.Sedangkan Oki, putranya mendapat juara tiga, menantunya bisa melahirkan anak laki-laki. Tentu saja dia harus datang untuk pamer.Kepala desa
"Disa, Disa, Disa!"Arjuna memanggil sebanyak tiga kali sebelum Disa tersadar kembali."Tuan memanggilku?""Hm, aku memanggilmu." Arjuna pun melihat kamar Shaka. "Kamu terus menatap kamar Shaka, apa yang sedang kamu lihat?""Aku ...." Disa ragu sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Tuan, mungkin pandanganku buram.""Pandanganmu buram karena lelah, 'kan? Ayo kita cepat istirahat."Tidak peduli apa yang ada di dalam kamar Shaka, Arjuna tidak peduli.Akhirnya, ujian daerah selesai. Arjuna ingin segera pulang untuk memupuk perasaan dengan istrinya yang pemarah, tinggi dan seksi, tetapi sedikit naif dalam urusan antara pria dan wanita ini.Setelah kembali ke kamar, Disa terus melamun. Arjuna berbicara kepadanya beberapa kali, tetapi dia tidak menanggapi.Dia bahkan tidak menyadari bahwa air yang dibawanya untuk mencuci kaki Arjuna itu dingin."Disa." Arjuna membungkuk, kemudian dengan lembut memegang wajah Disa, membuat Disa menghadapnya."Tuan!"Tindakan intim Arjuna membua
Bagaimanapun, Pahan adalah ayahnya. Pahan tampak sangat menderita setelah bercerai. Fiona tidak tega, jadi dia tidak membiarkan pelayannya mengusir Pahan.Setelah mereka duduk, Pahan tidak menyalahkan Buana seperti biasa, melainkan menceritakan masa kecil Fiona yang menarik.Di tengah obrolan, dia mengusulkan untuk minum anggur bersama Fiona.Semua orang di Dinasti Bratajaya menyukai anggur, jadi semua orang bisa minum sedikit. Mereka akan berpisah, jadi Fiona merasa minum sedikit saja tidak masalah.Namun setelah minum beberapa gelas, Fiona merasa pusing.Dia yang takut kedinginan bahkan berjalan menuju jendela, berharap ada angin sepoi-sepoi yang dapat mengurangi panas dalam tubuhnya.Panas?Sekarang awal Februari, salju di luar belum sepenuhnya mencair. Kenapa dia bisa merasa panas?Fiona menyentuh dahinya, lalu menemukan dahinya dipenuhi keringat.Pusingnya makin parah.Apakah dia sudah mabuk?Seharusnya tidak begitu.Meskipun toleransi alkohol Fiona tidak sebaik ibunya, dia bisa m
Fiona bangkit, lalu bergumam pada sosok muda yang tampak buram itu. "Kak Arjuna, Kak Arjuna."Keinginan itu membuat Fiona merasa sangat tidak nyaman."Apakah aku kalah dari Arjuna?"Shaka mencengkeram bahu Fiona dengan kuat.Arjuna lagi.Shaka menduduki peringkat ketiga di kategori A. Dia kalah apa dari Arjuna yang hanya beruntung?"Kamu ...."Suara lelaki itu membuat kesadaran Fiona yang keruh sedikit lebih jelas.Dia berusaha keras untuk membuka matanya, lalu melihat dengan jelas bahwa orang yang ada di depannya adalah Shaka, bukan Arjuna."Kenapa kamu ada di sini?"Fiona ingin mendorong Shaka, tetapi saat mendorong Shaka, tubuhnya secara naluriah condong ke arah Shaka.Pada saat ini, biarpun Fiona tidak memiliki pengalaman, dia sudah mengerti apa yang terjadi."Pahan, kamu berengsek! Harimau saja tidak memakan anak sendiri, kamu malah ....""Hm ...."Makin Fiona menggebu-gebu, tubuhnya makin tidak nyaman. Dia makin ingin mendekati Shaka."Itu salahmu. Sebagai anak, bagaimana boleh k
Disa yang ada di dalam kamar khusus makin merasa ada yang janggal.Apakah pandangannya buram? Namun, dia jelas melihat seorang wanita di kamar Shaka.Wanita itu pasti bukan Naura, karena saat itu Naura masih berada di lantai pertama, menikmati tatapan iri wanita lain."Pak!"Hembusan angin bertiup dari luar, menjatuhkan tempat pena di depan Arjuna."Cuacanya dingin lagi."Arjuna berdiri untuk menutup jendela. Ketika dia melewati Disa yang sedang membungkuk untuk bersih-bersih, dia berkata, "Setelah ujian nasional, aku akan membeli mantel untuk kalian. Aku lihat Fiona mengenakan mantel tampak bagus dan hangat.""Mantel." Disa tiba-tiba berdiri. "Benar, mantel!"Dia menggumamkan kata "mantel", kemudian dengan cepat berlari ke luar."Disa, kamu ...."Sebelum Arjuna menyelesaikan kalimatnya, dia mendengar Disa menjerit."Ada apa?" Arjuna buru-buru mengikutinya keluar.Saat melihat Disa, Shaka yang sudah melangkah keluar dan hendak menyeret Fiona bersama Pahan, dengan cepat masuk kembali ke
"Sedangkan Kabupaten Damai yang paling ingin dia aneksasi tidak digabungkan dengan Kabupaten Sentosa. Kabupaten Sentosa justru harus membantu Kabupaten Damai membayar pajak selama tiga tahun, serta memenuhi jumlah personel dinas militer.Setelah kembali dari Kabupaten Damai, Sugi merasa khawatir akan masalah ini. Membantu sebuah kabupaten membayar pajak bukanlah hal yang dapat dilakukan oleh beberapa usaha. Penduduk seluruh kabupaten akan dikenakan kenaikan pajak.Pajak naik, penduduk hanya bisa memaki di belakang.Namun, jumlah anggota dinas militer ditingkatkan ....Dalam tiga tahun berikutnya, dimaki sebagai pejabat berengsek sudah merupakan hukuman yang paling ringan.Setelah meningkatkan pajak dan jumlah dinas militer selama tiga tahun, status Kabupaten Sentosa sebagai kabupaten terkaya di Kota Perai pasti akan hilang. Rencana Sugi untuk mencaplok Kabupaten Damai dan menjadi prefek pada dasarnya sudah tidak ada harapan.Arjuna, Arjuna!'Sugi menggertakkan giginya saat menyebut nam
Ya, dia seorang bupati Kota Perai, takut pada Arjuna yang hanya merupakan seorang pelajar.Pertama, trik Arjuna terlalu mengerikan.Kedua, Arjuna naik kereta kudanya hari ini, sedangkan dia sendiri berjalan kaki.Salah satu dari kedua alasan itu membuatnya merasa was-was.Danis menoleh, kemudian bertanya pada Arjuna, "Arjuna, apakah kamu akan mengikuti ujian perguruan tinggi?""Ya!"Sebelum Arjuna sempat menjawab, Andi sudah berseru, "Marsekal, Anda mungkin tidak tahu, Arjuna mendapat peringkat pertama dalam ujian nasional Kabupaten Damai pada tahun pertamanya mengikuti ujian kekaisaran."Andi memuji Arjuna.Selama Arjuna mengikuti ujian kekaisaran, dia tidak akan bisa menjadi komandan.Skala ujian perguruan tinggi jauh lebih besar daripada ujian daerah dan ujian nasional. Semua siswa yang lulus ujian nasional dari sepuluh kabupaten di Kota Perai yang datang untuk berpartisipasi adalah kaum unggulan.Kabupaten Damai merupakan kabupaten termiskin dan terkecil di Kota Perai. Arjuna mendu
"Marsekal, Anda masih suka bercanda seperti dulu ....""Hormat kepada Yang Mulia Komandan! Selamat, Yang Mulia!"Sebelum Eshan selesai berbicara, Mois yang ada di sampingnya segera berlutut, kemudian mengucapkan selamat kepadanya dengan suara keras."Sekretaris Daerah, apa yang kamu selamatkan? Bodoh. Marsekal masih di sini." Eshan menundukkan kepalanya sambil memarahi Mois.Danis menepuk kepala Eshan pelan sambil berkata, "Kurasa kamu yang paling bodoh. Sudah bertahun-tahun berlalu, kamu sudah bertambah tua, tapi otakmu tidak bertambah besar.""Hormat kepada Yang Mulia Komandan!"Begitu Danis selesai berbicara, para prajurit yang menjaga Kota Perai berlutut. Suara mereka dalam memberi penghormatan kepada sang komandan sekeras dan sekuat guntur."Marsekal, maksudmu Eshan adalah komandan baru yang kamu tunjuk?"Kata-kata bodoh seperti itu akan membuatnya terlihat bodoh dan menyinggung Danis, tetapi Andi tetap bertanya.Karena dia benar-benar tidak dapat memercayainya. Dia benar-benar ti
Arjuna mengangkat tirai, lalu melihat keluar.Danis duduk di jok kusir, sementara Andi dan Firhan berdiri dengan hormat di samping kereta."Marsekal, Kabupaten Damai miskin. Makanan serta akomodasi tidak memadai. Kalau Anda tinggal di sini, itu akan menderita bagi Marsekal," kata Firhan.Kabupaten Damai merupakan titik hitam dalam hidupnya. Firhan tidak akan tinggal sekejap pun lebih lama.Ekspresi Danis menjadi muram. "Sebagai seorang prajurit yang bertugas, aku tidak bisa menderita sedikit?""Bukan." Andi menjadi pucat karena ketakutan, dia berulang kali memberi peringatan kepada Firhan dengan tatapannya.Danis adalah seorang prajurit. Jika seorang prajurit mengeluh tentang makanan dan akomodasi yang buruk, bukankah itu berarti dia takut mati?Sial, dia hampir saja terseret oleh Firhan."Marsekal, tentu saja Anda adalah orang yang paling tahan menderita di Dinasti Bratajaya. Kalau tidak, bagaimana Anda bisa memimpin Pasukan Serigala dan melindungi wilayah Bratajaya?"Setelah mendenga
"Arjuna, jangan salah paham. Meskipun aku tidak punya anak laki-laki, aku punya delapan belas anak perempuan. Aku pria normal. Kalau kamu tidak percaya padaku ...."Danis mengangkat tangannya, kemudian bersumpah atas nama putri-putrinya. "Kalau aku berbohong, tidak seorang pun putriku dapat menikah. Putri yang sudah menikah tidak akan melahirkan anak laki-laki."Pada saat ini, Arjuna merasa kasihan pada putri-putri Danis. Mana ada ayah seperti itu?"Kalau begitu kamu tidak masalah, kenapa kamu tiba-tiba melamun?""Apakah aku melamun? Arjuna, bukankah kamu seorang pelajar? Bagaimana kamu bisa tahu banyak tentang militer? Rasanya seperti kamu telah berperang sepanjang waktu."Danis tidak hanya tidak menjawab pertanyaan Arjuna, dia juga mengalihkan topik pembicaraan, mempertanyakan identitas Arjuna.Arjuna menatap Danis dengan tenang.Dasar pria tua licik.Tidak masalah, ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan pria tua yang licik."Bukankah kamu bilang aku seorang pelajar? Aku membac
"Tidak boleh."Arjuna menolak tanpa memikirkannya.Membuat granat buatan bukanlah tugas yang sulit bagi manusia modern seperti dia, tetapi bukan tugas yang mudah bagi orang-orang kuno yang tidak memahami prinsip-prinsip ledakan dan proporsi pecahan.Adapun Magano dan yang lainnya, mereka tidak akan bisa membuatnya tanpa Arjuna yang menimbang bahan mentah di samping mereka.Mengajar orang kuno tidaklah mudah, itu hanya salah satu alasannya.Untuk alasan lain, Arjuna tidak mengenal Danis. Jika Danis adalah pria yang memiliki ambisi jahat, maka Arjuna akan menjadi pendosa abadi di Dinasti Bratajaya.Seandainya Danis adalah pejabat baik yang setia kepada Dinasti Bratajaya ....Bagaimana dengan orang-orang di sekitarnya?Dia sudah begitu tua, Pasukan Serigala akan diserahkan kepada orang lain cepat atau lambat."Arjuna." Danis masih mengemis."Tidak, aku bilang tidak boleh, maka tidak boleh. Kalau kamu mengoceh lagi, keretanya untukmu saja, aku akan turun."Sambil berbicara, Arjuna mengulur
"Kamu jalan kaki. Siapa yang menyuruhmu naik kereta?"Sekalipun keretanya cukup besar, Danis tidak akan membiarkan Andi naik kereta."Aku ... jalan kaki?"Seorang bupati tingkat lima memberikan keretanya kepada seorang pelajar, kemudian dia jalan kaki.Ini adalah pertama kalinya hal seperti ini terjadi dalam ratusan tahun sejak berdirinya Dinasti Bratajaya.Mata Danis menjadi gelap, menatap lurus ke arah Andi, "Apa? Dengan kondisimu saat ini, kamu bahkan tidak bisa berjalan? Kalau memang begitu, aku akan menyampaikannya kepada Yang Mulia agar kamu bisa pensiun lebih awal.""Marsekal, aku masih kuat. Bisa jalan, bisa jalan!"Andi tidak berani lagi mengatakan omong kosong. Dia berbalik, lalu berkata kepada pengawal yang ada di sampingnya. "Cepat suruh kusir untuk menarik kereta keluar dari tempat tersembunyi, lalu tunggu di sana."Sesampainya di depan kereta, Danis melihat sekilas bangku lipat di samping kereta, kemudian menendangnya lagi. "Benda ini terlihat tidak kuat sama sekali. Kamu
"Aku tidak butuh dia menggendongku, aku bisa jalan sendiri," lanjut Arjuna. Dia sedikit tidak senang. Dia merasa itu merepotkan, berjalan sendiri lebih cepat."Tidak, kamu harus digendong. Kamu terluka parah sekarang. Kalau kau berjalan dan menggoyangkan tanganmu, tanganmu yang terluka akan bengkok di kemudian hari."Danis usai berbicara, lalu menoleh untuk bertanya kepada tabib yang merawat Arjuna. "Benar, bukan?""Oh ... benar, benar. Sekarang kamu tidak boleh berjalan sendiri."Sang tabib mengangkat tangannya untuk menyeka keringat di dahinya.Ini adalah pertama kalinya dia berbohong selama bertahun-tahun menjadi tabib.Tatapan Marsekal tampak membunuh, bagaimana mungkin dia berani mengatakan kebenaran?"Tuan, dengarkanlah tabib," ucap Disa dengan cemas.Mungkin itu yang dikatakan budak cinta.Disa, yang mengkhawatirkan Arjuna, menjadi tak bisa berpikir karena melihatnya terluka."Nah!" Danis tiba-tiba meninggikan suaranya. "Kamu dengar, 'kan? Bukan hanya tabib, istrimu juga berpiki
"Plak!"Segenggam tanah dilemparkan dengan keras ke wajah Firhan. Tanahnya terasa panas karena terbakar api."Oh!"Firhan menjerit kesakitan, kemudian memegang wajahnya sambil mengumpat, "Siapa? Siapa yang melempar tanah ke wajahku? Keluar lalu berlutut di hadapanku untuk minta ampun, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengampuni nyawamu.""Aku."Terdengar suara yang datar, lembut dan nyaring."Kamu ... bukankah kamu ...."Ketika Firhan melihat dengan jelas orang yang berbicara, kakinya menjadi lemas, dia pun berlutut."Marsekal Agung, a ... aku ...."Wajah Firhan pucat. Dia berbicara dengan gemetar, tidak dapat menyelesaikan kalimatnya."Aku pantas mati, aku pantas mati!"Melihat ekspresi Danis yang makin muram, Firhan terus menampar wajahnya sendiri."Cukup!" Danis penuh dengan ketidaksabaran, "Berhentilah berpura-pura, lalu kemari!""Baik, baik!" Firhan melompat ke dalam terowongan lalu berkata, "Marsekal, apa yang bisa aku lakukan?""Jongkok, gendong Arjuna turun gunung!"Begi