"Disa, Disa, Disa!"Arjuna memanggil sebanyak tiga kali sebelum Disa tersadar kembali."Tuan memanggilku?""Hm, aku memanggilmu." Arjuna pun melihat kamar Shaka. "Kamu terus menatap kamar Shaka, apa yang sedang kamu lihat?""Aku ...." Disa ragu sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Tuan, mungkin pandanganku buram.""Pandanganmu buram karena lelah, 'kan? Ayo kita cepat istirahat."Tidak peduli apa yang ada di dalam kamar Shaka, Arjuna tidak peduli.Akhirnya, ujian daerah selesai. Arjuna ingin segera pulang untuk memupuk perasaan dengan istrinya yang pemarah, tinggi dan seksi, tetapi sedikit naif dalam urusan antara pria dan wanita ini.Setelah kembali ke kamar, Disa terus melamun. Arjuna berbicara kepadanya beberapa kali, tetapi dia tidak menanggapi.Dia bahkan tidak menyadari bahwa air yang dibawanya untuk mencuci kaki Arjuna itu dingin."Disa." Arjuna membungkuk, kemudian dengan lembut memegang wajah Disa, membuat Disa menghadapnya."Tuan!"Tindakan intim Arjuna membua
Bagaimanapun, Pahan adalah ayahnya. Pahan tampak sangat menderita setelah bercerai. Fiona tidak tega, jadi dia tidak membiarkan pelayannya mengusir Pahan.Setelah mereka duduk, Pahan tidak menyalahkan Buana seperti biasa, melainkan menceritakan masa kecil Fiona yang menarik.Di tengah obrolan, dia mengusulkan untuk minum anggur bersama Fiona.Semua orang di Dinasti Bratajaya menyukai anggur, jadi semua orang bisa minum sedikit. Mereka akan berpisah, jadi Fiona merasa minum sedikit saja tidak masalah.Namun setelah minum beberapa gelas, Fiona merasa pusing.Dia yang takut kedinginan bahkan berjalan menuju jendela, berharap ada angin sepoi-sepoi yang dapat mengurangi panas dalam tubuhnya.Panas?Sekarang awal Februari, salju di luar belum sepenuhnya mencair. Kenapa dia bisa merasa panas?Fiona menyentuh dahinya, lalu menemukan dahinya dipenuhi keringat.Pusingnya makin parah.Apakah dia sudah mabuk?Seharusnya tidak begitu.Meskipun toleransi alkohol Fiona tidak sebaik ibunya, dia bisa m
Fiona bangkit, lalu bergumam pada sosok muda yang tampak buram itu. "Kak Arjuna, Kak Arjuna."Keinginan itu membuat Fiona merasa sangat tidak nyaman."Apakah aku kalah dari Arjuna?"Shaka mencengkeram bahu Fiona dengan kuat.Arjuna lagi.Shaka menduduki peringkat ketiga di kategori A. Dia kalah apa dari Arjuna yang hanya beruntung?"Kamu ...."Suara lelaki itu membuat kesadaran Fiona yang keruh sedikit lebih jelas.Dia berusaha keras untuk membuka matanya, lalu melihat dengan jelas bahwa orang yang ada di depannya adalah Shaka, bukan Arjuna."Kenapa kamu ada di sini?"Fiona ingin mendorong Shaka, tetapi saat mendorong Shaka, tubuhnya secara naluriah condong ke arah Shaka.Pada saat ini, biarpun Fiona tidak memiliki pengalaman, dia sudah mengerti apa yang terjadi."Pahan, kamu berengsek! Harimau saja tidak memakan anak sendiri, kamu malah ....""Hm ...."Makin Fiona menggebu-gebu, tubuhnya makin tidak nyaman. Dia makin ingin mendekati Shaka."Itu salahmu. Sebagai anak, bagaimana boleh k
Disa yang ada di dalam kamar khusus makin merasa ada yang janggal.Apakah pandangannya buram? Namun, dia jelas melihat seorang wanita di kamar Shaka.Wanita itu pasti bukan Naura, karena saat itu Naura masih berada di lantai pertama, menikmati tatapan iri wanita lain."Pak!"Hembusan angin bertiup dari luar, menjatuhkan tempat pena di depan Arjuna."Cuacanya dingin lagi."Arjuna berdiri untuk menutup jendela. Ketika dia melewati Disa yang sedang membungkuk untuk bersih-bersih, dia berkata, "Setelah ujian nasional, aku akan membeli mantel untuk kalian. Aku lihat Fiona mengenakan mantel tampak bagus dan hangat.""Mantel." Disa tiba-tiba berdiri. "Benar, mantel!"Dia menggumamkan kata "mantel", kemudian dengan cepat berlari ke luar."Disa, kamu ...."Sebelum Arjuna menyelesaikan kalimatnya, dia mendengar Disa menjerit."Ada apa?" Arjuna buru-buru mengikutinya keluar.Saat melihat Disa, Shaka yang sudah melangkah keluar dan hendak menyeret Fiona bersama Pahan, dengan cepat masuk kembali ke
"Fiona, kamu ...."Arjuna membungkuk untuk membaringkan Fiona di kasur, tetapi Fiona malah menggigit bibirnya."Kak Arjuna, tolong bantu aku ...."Sebagai seorang gadis yang belum menikah, Fiona tidak tahu bagaimana dia ingin Arjuna membantunya.Namun, dia yakin bahwa Arjuna tahu cara membantunya."Fiona ...."Mata Arjuna memerah, suaranya serak.Dengan seorang wanita cantik bergelayut padanya, orang suci sekalipun tidak dapat tidak tergoda.Pada saat ini, perasaan Arjuna kacau."Tuan ...."Suara Disa menyadarkan Arjuna."Disa." Arjuna mengambil keputusan. Dia menarik Fiona dari pelukannya, kemudian mendorongnya ke arah Disa. "Bawa dia pergi mandi, boleh pakai air dingin.""Tuan."Disa tidak menerima Fiona.Dia dengan lekat menatap Fiona yang wajahnya merah dan kehilangan kesadaran. Setelah itu, Disa mendorong Fiona ke sisi Arjuna lagi.Meskipun dia belum berhubungan intim dengan Arjuna, Disa tidak sebodoh itu untuk tidak bisa melihat apa yang terjadi pada Fiona.Sekarang hanya Arjuna
Awalnya Arjuna mengira Pahan yang menyembunyikan mereka, jadi dia pun pergi mencari Pahan. Akan tetapi, Pahan malah meminta orang pada Arjuna.Setelahnya, Arjuna meminta bantuan pria tua tersebut. Sang pria tua juga tidak menemukan mereka.Arjuna benar-benar bingung.Bagaimana bisa dua orang dewasa menghilang begitu saja?Malam sebelum ujian nasional."Tante Buana!"Suara jelas Disa terdengar dari luar pintu."Plak!"Arjuna meletakkan buku yang ada di tangannya, lalu bergegas keluar."Tante Buana, ke mana saja kamu dan Fiona akhir-akhir ini? Aku dan tuanku tidak bisa menemukan kalian. Benar-benar mengkhawatirkan."Disa begitu gembira hingga hampir menangis.Melihat Buana, Arjuna diam-diam menghela napas lega. Dia tanpa sadar melihat ke belakang Buana. Tidak ada keberadaan Fiona di belakang Buana."Tante Buana, di mana Fiona?" Arjuna masih khawatir ketika dia tidak melihat Fiona.Aneh sekali, dua orang dewasa menghilang begitu saja selama beberapa hari."Fiona ....""Hei, hei, hei!" Dis
Ketika Arjuna bergegas ke Kuil Efetus, dia melihat Fiona yang sudah berpenampilan seperti biarawati."Tuan."Fiona menyapa Arjuna, sorot matanya saat menatap Arjuna tampak tenang dan datar.Pada saat ini, Arjuna pun sudah mengerti.Fiona tidak akan kembali bersamanya.Mungkin inilah yang disebut perfeksionis.Fiona tidak dapat menerima ketidaksempurnaannya sendiri.Meskipun dia tidak kehilangan keperawanannya kepada Shaka, dia menjadi wanita Arjuna dengan cara seperti itu.Jika kejadian itu tidak terjadi, Arjuna tidak berencana menikahinya."Fiona, aku tahu kamu belum bisa membuka simpul di hatimu. Aku menghormati pilihanmu. Tapi aku ingin memberitahumu. Mulai sekarang, pintu rumahku selamanya terbuka lebar untukmu. Kapan pun kamu ingin kembali ke kehidupan duniawi, aku akan menikahimu dengan mewah."Fiona berdiri di depan gerbang Kuil Efetus, menatap punggung Arjuna yang makin jauh."Kak Arjuna, mendengar kata-katamu itu, Fiona sudah puas seumur hidup ini ...."Setelah Fiona menjadi b
Sama seperti saat hasil ujian daerah diumumkan, Arjuna menarik perhatian semua orang begitu dia tiba di tempat pengumuman."Arjuna, Arjuna!"Sekelompok siswa yang tidak lulus ujian tetapi belum pulang, tiba-tiba mengerumuni Arjuna, mendorongnya ke tempat pengumuman."Arjuna, jangan berdiri begitu jauh. Ya, berdirilah di sini. Dari sini bisa melihat dengan jelas.""Ya, ya, kami masih ingin melihatmu masuk peringkat."Para pelajar ini memiliki pikiran masing-masing.Sejumlah kecil orang dengan tulus berharap Arjuna dapat masuk dalam daftar lagi. Mereka ingin ketempelan keberuntungan Arjuna.Mayoritas orang datang untuk menertawakan Arjuna.Mereka sangat yakin bahwa Arjuna tidak mungkin mengalami keberuntungan untuk kedua kalinya."Pemerintah Kabupaten Damai, umumkan peringkatnya!"Begitu kepala panitera daerah berteriak, para petugas pemerintah menggantungkan gulungan berisi daftar nama lulusan ujian nasional pada papan pengumuman hasil.Gulungan kertas dibuka, orang-orang langsung membu
"Yang Mulia Mois." Arjuna tersenyum, dia tampak bodoh lagi. "Masih terlalu awal untuk mengatakan mengalahkan Lujain, hasilnya masih belum diputuskan.""Ayolah, Nak, kamu ini memang sudah menipu orang dengan penampilan bodohmu ini."Suara Eshan terdengar, tubuh besarnya menyelip di antara Arjuna dan Mois."Yang Mulia, bagaimana boleh Anda berkata seperti itu? Hasilnya memang belum diputuskan." Arjuna mengungkapkan keluhannya."Sudah, sudah."Eshan sedikit bersemangat, tetapi karena dia tinggi, gerakannya terlihat sedikit lucu.Dia lanjut berkata, "Setelah selesai mengambil lapisan bawah cake, aku keluar untuk melihat. Ternyata kereta kuda yang datang untuk membeli cake bertambah banyak."Eshan sudah meminta semua istri dan putri petugas pemerintah, termasuk istri dan putrinya sendiri, untuk datang membantu. Namun, sekarang sudah mau kewalahan juga."Ngomong-ngomong ...." Eshan melirik antrean tak berujung di luar toko. "Arjuna, bagaimana pedagang dari daerah lain tahu kamu membuat cake?
"Bagus!" Sugi segera berkata kepada penasihat yang ada di sampingnya. "Cepat tulis pengumuman, kemudian minta pelayan di restoran untuk menempelkannya."Lujain berbalik, lalu berjalan kembali ke Restoran Kebon Sirih."Tuan Penasihat, tadi kamu bilang, cake-nya Arjuna dibuat dengan dipanggang?" Lujain, yang sudah melangkah ke Restoran Kebon Sirih, tiba-tiba berbalik."Benar." Penasihat Sugi mengangguk cepat. "Ternyata sebelumnya mereka bermain lumpur untuk membuat tungku. Mereka membuat banyak tungku pemanggangan, cake-cake itu ....""Sudah!" Lujain mengibaskan tangannya. "Aku sudah tahu caranya, kamu tidak perlu memberitahuku."Menggoreng, merebus, mengukus, merebus dan memanggang. Tidak peduli metode masak mana pun, Lujain telah menguasainya sepenuhnya saat dia berusia sepuluh tahun.Sugi pernah menyelidiki Arjuna.Sebelumnya Arjuna tidak bisa memasak apa pun, tetapi setengah tahun yang lalu dia tiba-tiba menguasainya, kemudian membuat ikan bakar.Bagaimana mungkin seorang pecundang b
"Tungku pemanggangan!" Petugas tersebut membuat gerakan lagi. "Kue-kue itu dibuat secara massal di dalam beberapa tungku pemanggangan itu."Sugi menjadi makin bingung mendengar kata-kata petugas tersebut.Tungku pemanggangan?Tungku pemanggang yang bisa membuat kue?"Yang Mulia!" Jika penasihat Sugi tidak muncul tepat waktu, petugas pemerintah itu pasti sudah disiram teh panas lagi.Setelah sang penasihat membisikkan sesuatu kepada Sugi, ekspresi Sugi tiba-tiba menjadi gelap dan muram."Apakah kue bisa dijual semudah itu?" tanya Lujain yang sedari tadi diam.Akan tetapi, pertanyaannya terdengar agak malas.Apa itu tungku pemanggangan?Apa itu produksi massal?Sebagai calon koki istana kaisar, Lujain tidak peduli dengan hal-hal itu. Hal yang dia pedulikan hanya rasa makanan.Intinya, dia masih tidak percaya bahwa Arjuna bisa mengalahkannya dengan kue."Lujain, ayo kita lihat."Begitu keluar dari Restoran Kebon Sirih, Sugi melihat bagian luar toko Arjuna penuh dengan kereta kuda.Banyak
"Toko Arjuna sudah menjual sesuatu!"Mata Sugi membelalak marah. "Bukankah dia membuka toko untuk berjualan? Apa masalahnya?"Kehilangan harga diri di depan orang lain barulah merupakan masalah besar."Yang Mulia, toko Arjuna penuh dengan pedagang yang datang untuk membeli barang. Kue-kuenya laku keras!""Apa katamu?" Sugi menyipitkan matanya, menatap petugas yang berlutut di depannya dengan bingung.Lujain pun meletakkan cangkir tehnya, kemudian menatap juru sita dengan heran."Yang Mulia, Arjuna itu membuat semacam ...." Si pelayan membuat gerakan ketika menjelaskan. "Kue yang sangat istimewa. Kuenya tidak terlalu besar, kira-kira seukuran telapak tangan. Ada dua lapis, dengan buah di atasnya, lalu ....""Sudah, sudah!"Begitu mendengar kata "kue," ekspresi Sugi langsung menjadi rileks. Dia tidak ingin mendengarkan sisa kata-kata petugas itu. Dia mengibaskan tangannya dengan tidak sabar untuk menyela petugas itu."Bukankah itu hanya kue? Berapa harganya? Dia baru membuka toko hari in
"Apakah camilan yang aku buat tadi malam enak?" Arjuna menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan lain."Enak!"Suara jernih terdengar dari belakang Arjuna, kemudian wajah tembam Dinda muncul di depan mata Arjuna."Rasanya manis dan harum. Aku belum pernah makan makanan yang seenak itu."Ketika Dinda tersenyum, matanya seperti bulan sabit. Dia memiliki sepasang lesung pipit di wajahnya. Dia tampak seperti kucing kecil yang rakus.Lucu sekali sampai membuat hati orang meleleh."Hmm!" Arjuna dengan pelan mencubit wajah tembam Dinda.Saat pertama kali menemukannya, Dinda kurus kering seperti anak kucing. Sekarang dia gemuk sehingga Arjuna merasa sangat puas."Apakah teman-temanmu menyukainya?" Maksud Arjuna adalah gadis-gadis kecil yang dikurung bersama Dinda, yang telah dikirim ke Rumah Bordil Prianka untuk pelatihan setelah diselamatkan."Mereka juga sangat menyukainya. Bukan hanya mereka, tapi kakak-kakak mereka juga menyukainya."Suara Dinda yang jernih dan tajam terdengar lagi. Kakak-
"Enak sekali, pantas dia akan menjadi koki istana."Arjuna memakan daging dengan suapan besar sambil memuji."Apakah benar-benar enak?" Mois yang khawatir tidak menggerakkan alat makannya."Hmm!" Arjuna mengambil sepotong daging bakar lagi. "Enak sekali!"Dia sama sekali tidak berlebihan. Masakan Lujain memang lezat. Jangankan di zaman kuno, bahkan di zaman modern, Lujain akan menjadi koki kelas atas."Kalau begitu kenapa kamu ...." Mois ragu sejenak sebelum bertanya, "Masih bisa makan?"Tangan Arjuna yang sedang mengambil makanan berhenti sejenak, lalu dia lanjut mengambil makanan. "Makanannya begitu enak, kenapa aku harus tidak bisa makan? Yang Mulia Mois, cepat makan juga. Makanannya tidak enak kalau sudah dingin."Atas desakan Arjuna, Mois akhirnya mulai makan.Makin makan, Mois makin khawatir.Makanan di dalam mulutnya memang enak sekali.Arjuna yang duduk di seberangnya masih makan dengan lahap. Dia menghabiskan dua piring nasi sekaligus.Setelah makan dua piring nasi, Arjuna mas
Ekspresi semua orang hampir sama, mulut mereka ternganga lebar menatap sang penasihat."Bam!"Sugi meletakkan gelas anggurnya dengan keras di atas meja. "Meskipun aku sangat senang hari ini, aku tidak mengizinkanmu untuk mempermainkanku seperti ini.""Tuan Penasihat, kamu benar-benar keterlaluan. Meskipun kutu buku itu terlihat bodoh, dia tidak benar-benar bodoh!"Para pedagang juga merasa bahwa candaan sang penasihat sudah keterlaluan."Yang Mulia." Penasihat tampak sedih karena disalahkan. "Aku benar-benar tidak bercanda. Arjuna memang bermain lumpur dengan istri-istrinya."Ketika penasihat mendengar laporan dari petugas, reaksinya bahkan lebih marah daripada Sugi. Dia bahkan menampar petugas itu dengan keras.Petugas bersikeras mengatakan bahwa Arjuna bermain lumpur. Penasihat tidak memercayainya, jadi dia pergi memeriksanya sendiri. Kemudian dia menemukan bahwa Arjuna benar-benar sedang bermain lumpur.Dia mengobrol sambil tertawa bersama istri-istrinya, bahkan mengolesi lumpur di
Sebelum pertandingan dimulai, untuk menghindari insiden sejenis pemakaman amal, Sugi sekali lagi menekankan aturan babak kedua.Sebenarnya, dia hanya ingin mengingatkan Arjuna untuk mematuhi peraturan dengan ketat.Karena ini adalah kompetisi makanan, pastilah tentang membuat makanan. Jika Arjuna membuat yang lain, sekalipun Arjuna menjual lebih banyak daripada Lujain, itu tidak akan dihitung.Kompetisi belum resmi dimulai, tetapi kabar bahwa Lujain akan menjadi kepala koki di Restoran Kebon Sirih selama tiga hari telah menyebar ke seluruh Kabupaten Damai.Orang-orang di setiap jalan dan gang Kabupaten Damai membicarakan hal ini."Lujain? Apakah itu Lujain yang akan memasak untuk Kaisar di istana setelah masa berkabungnya berakhir?""Benar, itu dia!""Kalau begitu bukankah dia koki istana? Kenapa dia ada di Restoran Kebon Sirih? Apakah kamu salah dengar?""Tidak mungkin salah. Pengumumannya sudah dipajang di Restoran Kebon Sirih.""Kalau begitu kita harus pergi! Itu koki istana kaisar,
Arjuna berdiri lalu membungkuk pada Eshan. Setelah itu, dia tersenyum sambil berkata kepada orang-orang yang menertawakannya. "Terima kasih atas pujian kalian.""Terima kasih? Dia tidak benar-benar menganggap kita sedang memujinya saat kita mengatakan bahwa dia merawat istri-istrinya menjadi cantik, 'kan?""Lihatlah ekspresi konyolnya itu, mungkin saja benar.""Dasar kutu buku.""Yang Mulia, masakan yang aku masak sering dipuji oleh istriku, aku juga merasa masakanku cukup enak. Aku bersedia untuk bertanding dengan calon koki istana kaisar ini."Arjuna menoleh untuk melihat Lujain, tetapi Lujain malah membuang muka dengan jijik. Ada sedikit ekspresi kesal di wajahnya.Jika dia tahu bahwa orang yang maju dari Kabupaten Damai adalah Arjuna, dia tidak akan turun tangan.Arjuna tidak layak bersaing dengannya.Sering mendapat pujian dari istrinya? Dengan beberapa pujian dari para wanita rendahan itu, Arjuna pikir dirinya sangat hebat memasak?Bodoh sekali.Dia sering mendengar orang mengata