Share

Bab 124

Author: Abimana
"Kamu ...."

Arjuna menundukkan kepalanya.

Dia melihat sepasang mata yang penuh ketakutan dan memelas.

Pencuri beras itu ternyata seorang gadis kecil yang kelihatannya baru berusia tujuh atau delapan tahun. Dia kurus dan berkulit gelap, rambutnya acak-acakan, pakaiannya compang-camping. Bagian kulitnya yang terlihat berlumuran darah.

Darah keluar dari luka lama. Hal ini menunjukkan bahwa bukan baru kali ini dia dipukuli. Luka baru menutupi luka lamanya.

Tidak ada sandal di kakinya, kaki kecilnya merah karena kedinginan dan penuh luka.

Gadis itu memanggilnya apa?

Tuan?!

Panggilan gadis kecil itu membuat Arjuna ketakutan hingga pupil matanya mengecil. "Anak kecil, jangan panggil sembarangan!"

Langit dan bumi bisa bersaksi.

Arjuna sangat menyukai anak kecil yang imut.

Namun, dia tidak berani memperistri anak sekecil itu.

"Semua orang bilang kamu sudah menjadi baik, ternyata tidak."

Tatapan pencuri kecil itu kosong dan penuh kebencian. Dia melepaskan tangannya dari kaki Arjuna dengan kecewa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 125

    Kakek-nenek mereka sudah tua, sedangkan paman mereka tidak mau membesarkan Dinda. Jika Disa dan Daisha tidak membawa Dinda bersama mereka, dia akan diusir dari rumah pamannya, lalu berakhir mengembara di luar.Mendengar hal ini, Arjuna mengangguk berulang kali."Kalian membawanya bersama kalian adalah keputusan yang tepat.""Tapi tak lama setelah kami tiba di Desa Embun, kamu menjual Dik Dinda ketika aku dan Kak Disa tidak ada di rumah. Tidak peduli bagaimana kami memohon, kamu tidak mau memberi tahu kami kepada siapa kamu menjual Dik Dinda."Ketika membahas masa lalu, Daisha menekankan kata-katanya, tatapan penuh dengan kemarahan.Meski sudah lewat setengah tahun, dalam hatinya kejadian itu seolah baru saja terjadi.Tatapan Disa menjadi lebih dingin saat dia menatap Arjuna.Tatapan Arjuna juga dingin.Disa memeluk Dinda dengan erat sambil menatap Arjuna dengan waspada."Sial!" umpat Arjuna.Arjuna yang dulu benar-benar manusia sialan! Tidak, dia bukan manusia, tapi binatang!"Bam!"Se

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 126

    Dinda tidur selama dua jam dan belum bangun juga.Di bawah tatapan curiga dari Disa dan Daisha, Arjuna pikir dirinya terlalu kasar. Dia buru-buru meminta pelayan restoran untuk bantu mencarikan tabib."Tabib, apa yang terjadi pada adikku?"Begitu tabib berhenti memeriksa denyut nadi Dinda, Disa dan Daisha langsung bertanya."Tidak apa-apa.""Tidak apa-apa? Kalau begitu kenapa dia belum bangun juga?""Nona ini belum bangun ...." Tabib itu tersenyum tipis lalu lanjut berkata, "Mungkin karena tempat tidur ini terlalu nyaman. Dia tidur sangat lelap. Mungkin dia sudah lama tidak tidur nyaman di atas kasur.""..."Perkataan tabib itu membuat Alsava bersaudari menangis.Mereka berdiri di samping kasur sambil diam-diam menyeka air mata.Meskipun Arjuna sangat jahat dulunya, setidaknya mereka masih bisa tidur nyaman pada malam hari.Dinda membalikkan badannya, kemudian menendang selimut. Daisha membungkuk untuk menyelimuti Dinda."Ah!"Daisha tiba-tiba menjerit pelan.Disa buru-buru mendekat la

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 127

    Galeo lanjut berbicara dengan kasar kepada Dinda. "Bersikaplah pintar. Suasana hatiku tidak buruk sekarang. Kalau tidak, nanti ....""Kalau kamu masih tidak menghilang dari hadapanku sekarang, jangan salahkan aku bersikap kasar." Arjuna menyela Galeo dengan nada dingin."Aku bisa pergi dari hadapanmu, tapi orang yang akan muncul di hadapanmu setelah aku pergi adalah polisi.""Siapa yang sedang kamu takut-takuti? Suruh adikku ....""Disa!"Arjuna menyela Disa dengan suara keras.Sekalipun Dinda dipaksa, menjadi pencuri tetaplah hal yang memalukan.Mereka ada di depan pintu rumah. Pasti ada banyak orang di sekitar yang mendengar. Jika orang-orang itu mendengarnya, Dinda pasti akan mendapat berbagai macam kritikan di desa kelak."Galeo, kamu di Desa Embun!"Tubuh tinggi Magano langsung melintas ke depan Galeo. "Aku peringatkan sebaiknya kamu tidak bertindak gegabah di sini. Kembalilah ke tempatmu!"Galeo menyilangkan lengannya di depan dada, kemudian berkata dengan suara rendah tetapi aro

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 128

    Memasok ikan ke Restoran Kebon Sirih dan mendirikan pabrik ikan bersama Tamael memang menghasilkan sejumlah uang. Namun, uang yang mereka miliki jauh dari seribu tael perak."Tidak, tidak." Galeo menggoyangkan jarinya sembari berkata, "Tuanmu sekarang begitu hebat. Dia memasok begitu banyak ikan ke Tamael setiap hari, pabrik ikan juga mengirimkan ikan setiap hari. Bagaimana mungkin dia tidak ada uang?""Kamu pikir uang begitu mudah didapatkan?!" Disa memelotot marah.Mereka belum lama memasok ikan ke Restoran Kebon Sirih, keuntungannya juga tidak terlalu tinggi.Sedangkan untuk pabrik ikan, keuntungannya memang lebih besar, tetapi pabriknya baru beroperasi beberapa hari. Modal saja belum balik."Kami tidak punya uang untuk diberikan kepadamu. Kalau kamu mau menuntut kami, silakan saja. Paling-paling kita masuk penjara bersama, toh kamu juga tidak sepenuhnya tidak salah.""Lidahmu sangat tajam. Apakah tuanmu tidak mengajarkanmu untuk tidak menyela ketika pria sedang berbicara?"Sikap ka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 129

    Galeo merasa bahwa Tuhan menakdirkan dia untuk memperoleh sejumlah uang.Ketika dia membeli Dinda, dia lupa meminta Arjuna untuk memberikan Akta Kepemilikan Dinda. Dia sempat kesal karenanya.Tak disangka ....Benar-benar kesialan yang membawa keuntungan.Sejak hari dia kembali ke Kabupaten Damai, Galeo meminta Dinda untuk mencuri beras di Restoran Kebon Sirih.Dinda sangat lincah dan ini bukan pertama kalinya dia masuk ke lumbung padi Restoran Kebon Sirih. Alasan dia gagal kabur kali ini adalah Galeo menghalangi jalan keluarnya.Mengapa Galeo memilih Restoran Kebon Sirih? Karena begitu Dinda tertangkap, ada banyak orang yang bisa bersaksi.Bila saksinya banyak, Arjuna dan yang lainnya tidak dapat menutupi kejahatan Dinda."Hei!"Melihat Arjuna masih tidak mengatakan apa-apa, Galeo sedikit tidak sabar. "Jangan pura-pura diam. Berapa banyak menu baru yang kamu buat untuk Restoran Kebon Sirih hari ini? Mungkinkah kamu tidak punya uang?""Sepertinya kamu sangat memahamiku. Kamu sudah meng

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 130

    Di luar rumah Arjuna, Raditya bersembunyi di pojok sambil menunggu. Ketika dia melihat Galeo keluar, dia langsung berlari mendekat."Bagaimana, Galeo?"Galeo menepuk bahu Raditya. "Mulai sekarang, kita bisa pergi ke Rumah Bordil Prianka setiap hari. Kita bisa memesan gadis mana pun yang kita inginkan. Kita juga bisa berjudi setiap hari.""Apakah kamu berhasil?" Raditya sangat gembira. Galeo telah berjanji untuk memberinya 30% dari keuntungan jika rencana ini berhasil.Tiga puluh persen sama dengan tiga ratus tael.Dengan adanya tiga ratus tael, dia juga bisa memulai bisnis. Raditya tidak percaya bahwa dia lebih bodoh dari Arjuna...."Bawa Dinda masuk untuk istirahat," perintah Arjuna, kemudian dia pergi ke dapur untuk memasak.Tubuh Dinda penuh luka sehingga perlu dirawat dengan cepat. Arjuna tidak leluasa untuk melihat.Selain itu, mereka sudah lama tidak bertemu, pasti ada beberapa hal pribadi yang ingin mereka ceritakan.Kalau ada Arjuna, mereka pasti malu untuk mengatakannya."Dik

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 131

    "Benar, Dinda, cepatlah makan. Nanti kalau sudah dingin, rasanya tidak enak."Daisha pun mendesak Dinda."Ini." Disa menaruh sepotong fillet ikan ke dalam mangkuk Dinda, "Dinda, cobalah. Ikan acar buatan Tuan sangat lezat."Dinda menatap kedua kakaknya dan Arjuna yang sedang makan secara bergantian.Pria itu tampak masih sama. Raut wajahnya masih sama seperti dulu, ekspresinya juga terlihat galak.Namun, dia juga sepenuhnya berbeda.Dulu, dia tidak bisa menghasilkan uang maupun melakukan pekerjaan rumah tangga.Sekarang dia tidak hanya bisa melakukannya, tetapi juga melakukannya dengan sangat terampil."Enak sekali!"Makanan lezat membuat Dinda merasa lebih terbuka, senyum khas anak kecil akhirnya muncul di wajahnya.Dia melirik Arjuna, kemudian berbicara dengan suara kecil dan cepat."Terima kasih."Arjuna merasa dirinya parah.Bisa-bisanya dia merasa gembira hanya karena ucapan terima kasih dari seorang anak kecil.Setelah makan, Dinda duduk di atas tungku sambil mengamati rumah ini.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 132

    "Setelah kami berhenti, Galeo memindahkan kami satu per satu ke dalam sebuah tong kayu. Tong itu sangat kecil, kami berlima sangat sempit di dalam. Setelah itu, aku merasakan tong itu terus jatuh hingga akhirnya berhenti. Kami melewati malam hari di dalam tong kayu itu.""Tidak heran kamu tidur begitu nyenyak tadi. Bagaimana lima orang bisa tidur di tempat sekecil itu?"Daisha merasa sedih."Galeo benar-benar keji."Disa tidak mengatakan apa-apa. Dia berjalan ke ujung, mengambil busur dan anak panah dari dinding, lalu berjalan keluar."Berhenti! Gantung kembali busur dan anak panahmu!""Tuan, kamu bisa menahannya, tapi aku tidak bisa. Aku akan membunuh Galeo dengan satu anak panah."Mereka tidak perlu melihat untuk mengetahui bahwa Disa pasti sangat marah hingga mata dan wajahnya memerah."Pergilah, pergi bunuh dia, kemudian kamu akan diseret ke pasar untuk dipenggal di depan umum. Kedua adikmu akan diasingkan ke perbatasan untuk melakukan kerja paksa karena kamu. Sedangkan aku .... Se

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 214

    Saat mendengarkan, Arjuna merasa ada yang janggal."Tante, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli begitu banyak barang kemarin?"Kemarin Arjuna juga mendengar penduduk desa mengatakan bahwa barang yang dibawa oleh Bulan kali ini adalah yang terbanyak dalam beberapa tahun terakhir."Aku ...." Bulan memainkan kedua tangannya.Dia sedikit canggung serta gugup.Pada saat ini, Arjuna menyadari tidak ada satu pun perhiasan di kepala Bulan.Bagaimana mungkin seorang istri dari keluarga kaya tidak mengenakan perhiasan apa pun di kepalanya?"Tante ...."Arjuna mencoba memperlambat suaranya. "Apakah kamu menggadaikan semua perhiasanmu?""Ti ... tidak. Aku tidak memakai perhiasan karena ....""Tante." Arjuna memegang tangan Bulan sambil berkata dengan tulus. "Aku ini Arjuna yang dulu paling kamu sayangi. Beri tahu aku situasi yang kamu hadapi sekarang. Aku akan menyelesaikannya bersamamu."Membantu Bulan juga supaya Arjuna tidak merasa bersalah terhadap tubuhnya ini."Arjuna." Mata Bulan b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 213

    "Tapi Tante benar-benar tak punya jalan lain, Arjuna."Bulan membuka matanya, kemudian menangis dengan pilu.Alsava bersaudari yang berada di luar kamar mendengar suara dan ingin masuk, tetapi dihentikan oleh Arjuna.Pada saat ini, hal terbaik adalah membiarkan Bulan menangis sepuasnya dan mengeluarkan semua emosi yang terpendam dalam hatinya.Setelah Bulan berhenti, Arjuna tidak menanyakan apa pun padanya. Dia hanya membawa sup ikan ke depan Bulan seolah tidak terjadi apa-apa."Tante, ayo minum sup ikan ini dulu. Aku membuatnya untuk pertama kali, entah enak atau tidak. Setelah Tante minum, beri aku kritik."Arjuna memang membuat sup tahu kepala ikan untuk pertama kali di zaman ini.Bulan berhenti minum setelah menyesap beberapa teguk."Kenapa?" Arjuna sedikit gugup. "Apakah tidak enak?""Bukan ...."Bulan tiba-tiba menangis lagi, tetapi kali ini dia menangis sambil tersenyum. "Kak, kamu dan kakak ipar bisa tenang. Sekarang Arjuna benar-benar menjadi anak baik.""Hei, Tante membuatku

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 212

    "Oh."Dinda berjalan ke luar dengan murung."Aish!" Daisha menggelengkan kepalanya. "Anak itu makin nakal saja. Semua karenamu, Tuan.""Adakah?""Kenapa tidak ....""Daisha, apakah kamu ingin belajar cara membuat sup tahu kepala ikan yang baru saja aku buat? Aku akan mengajarimu besok.""Tuan, kamu mengalihkan topik lagi.""Jadi, apakah kamu ingin belajar? Aku akan berhitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau belajar, ya sudah.""Satu, dua, ....""Mau, tentu saja aku mau belajar!""Kalau begitu, berhentilah mengomeliku.""Tuan ...." Daisha cemberut sambil mengerutkan kening.Daisha tampak sangat lucu dan menawan sehingga Arjuna ingin menciumnya.Namun, hari ini bukan waktu yang tepat. Dia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan.Arjuna memasak beberapa hidangan lagi.Dia mengambil semangkuk sup ikan, lalu menaruhnya di atas nampan."Kalian makan dulu saja, tidak perlu menungguku."Arjuna membawa sup ikan yang ada di atas nampan ke kamar samping.Setelah meletakkan sup ikan di at

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 211

    Bulan yang berbaring di atas tungku masih belum sadar.Arjuna membungkuk untuk mengamati Bulan.Denyut nadi Bulan kuat, napasnya teratur, jadi seharusnya tidak ada masalah. Beberapa saat kemudian, Bulan akan bangun dengan sendirinya."Disa, Daisha, kalian berdua temani Tante tidur di kamar ini malam ini."Arjuna takut Bulan akan mencoba bunuh diri lagi bila dia tersadar pada tengah malam.Disa pandai bertarung sehingga dia dapat menghentikan Bulan dari melakukan hal-hal bodoh.Namun, Disa memiliki kepribadian pemarah dan terus terang, mudah impulsif, tidak dapat menghibur atau membujuk orang lain.Jika Bulan bersikeras melakukan hal bodoh, mengingat kepribadian Disa, dia akan membuat Bulan pingsan lagi.Dia tidak terlatih sehingga tak bisa mengendalikan kekuatannya.Daisha berbeda. Dia memiliki kepribadian yang lembut, teliti, suara yang lembut dan menyenangkan. Dia adalah orang yang paling cocok untuk menghibur Bulan."Aku juga mau menemani Tante."Sebelum Arjuna menyetujuinya, Dinda

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 210

    "Tuan, kamu mau pergi ke mana?"Daisha mengejar Arjuna."Tuan." Disa yang sedang memotong kayu di halaman, menghentikan Arjuna."Oh ya!"Arjuna menggunakan kesempatan itu untuk menarik Disa. "Disa, ikut aku.""Ke mana?""Gunung belakang.""Untuk apa ke sana?""Aku juga tidak tahu, kamu ikut saja." Arjuna berharap firasatnya salah.Setelah beberapa saat kemudian, Arjuna dan Disa tiba di persimpangan jalan."Sekarang kita mau ke arah mana, Tuan?"Arjuna mengangkat pandangannya, melihat ke depan.Ada dua arah jalan, keduanya mengarah ke gunung belakang desa. Satu di sebelah timur, satu lagi di sebelah barat."Di arah mana aku terjatuh ke jurang? Cepat bawa aku ke sana.""Kenapa kita pergi ke sana, Tuan?""Jangan tanya, cepat bawa aku ke sana!"Bahkan Arjuna sendiri tidak tahu mengapa dia ingin pergi ke sana.Hanya firasat."Tuan, apakah kamu baik-baik saja?" Disa tiba-tiba berhenti melangkah. Dia menatap Arjuna dengan bingung.Kenapa Arjuna mau pergi ke tempat itu?Apakah dia ingin jatuh

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 209

    Ketika Arjuna sadar kembali, dia mendapati wajahnya basah.Dia menangis.Arjuna yang dulu mulai merusak dirinya sendiri setelah Bulan menikah.Sebelum jatuh ke jurang, Arjuna yang dulu selalu menghindari Bulan setiap kali Bulan pulang ke rumah orang tuanya.Dia tahu bahwa perilakunya tidak baik dan takut Bulan akan kecewa padanya.Karena Arjuna selalu menghindari Bulan sebelumnya.Ketika Bulan pulang kali ini, Oki hanya memanggil Keluarga Arkana, tidak memanggil Arjuna untuk kumpul bersama.Anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh bermalam di rumah orang tuanya.Setelah makan di rumah Shaka, Bulan akan kembali ke rumah suaminya.Kali ini, Bulan bertindak sedikit tidak biasa. Dia membawa sebuah kantong besar menuju rumah Arjuna tanpa menghiraukan larangan Oki dan Shaka.Bulan berdiri di depan rumah Arjuna, melihat rumah yang baru saja direnovasi. Dia begitu gembira hingga menangis sambil bergumam sendiri."Benar, mereka tidak membohongiku. Arjuna benar-benar sudah menjadi baik. Dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 208

    Hari kedua sekolah diliburkan.Setelah berlatih kaligrafi selama setengah hari, Arjuna merasa punggung dan pinggangnya sedikit pegal. Dia meletakkan kuas di tangannya, kemudian berjalan ke halaman untuk meregangkan otot-ototnya.Tidak lama setelah tiba di halaman, Arjuna mendengar suara berisik dari sebelah.Pasti ada orang yang mengirim sesuatu untuk keluarga Shaka lagi.Berita bahwa syair Shaka sangat dipuji oleh Cakra, bersama dengan berita syair Arjuna, menyebar ke beberapa desa terdekat.Sementara semua orang mengolok-olok Arjuna, mereka juga memuji Shaka dan makin yakin bahwa Shaka akan diterima di sekolah menengah atas kelas.Orang-orang datang memberikan hadiah kepada Shaka sangat banyak seperti sebelumnya."Tante pulang! Tante pulang!"Suara putra sulung Shaka, Zafa, terdengar dan berhasil menghentikan Arjuna untuk masuk ke rumah.Tante?Tante Zafa berarti tante Arjuna juga.Bayangan seorang wanita bertubuh tinggi, berpakaian rapi dan anggun, serta bertatapan ramah muncul di b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 207

    Setiap Festival Musim Semi, sebagian keluarga gembira, sementara sebagian lainnya murung.Karena tidak semua orang akan memperoleh hasil yang baik setelah bekerja keras selama setahun.Begitulah adanya. Saat orang masih kecil, mereka sangat menantikan Festival Musim Semi. Namun makin dewasa, mereka makin tak menyukai festival ini.Karena Festival Musim Semi itu memusingkan.Di awal musim, mereka menetapkan resolusi untuk menabung sejumlah uang, serta menyelesaikan hal-hal penting dalam tahap kehidupan tertentu.Hanya saja mayoritas orang melebih-lebihkan kemampuan mereka dan meremehkan kejamnya waktu.Waktu tidak akan berhenti untukmu hanya karena kamu miskin.Tidak peduli seberapa pagi kamu bangun dan seberapa larut kamu tidur, seberapa keras kamu bekerja setiap hari, hidupmu tetap tidak membaik dan kamu masih terus berjuang.Setelah setahun bekerja keras, kamu menoleh ke belakang, lalu menemukan bahwa kamu masih belum punya apa-apa.Namun, pemandangan di Desa Embun tahun ini sangat b

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 206

    Sekolah Pelita menerbitkan kisi-kisi setiap tahun. Soal dalam kisi-kisi sering kali memprediksi soal ujian tahun berikutnya. Meskipun tidak persis, jenis soalnya sangat mirip.Dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita seperti mendapat bantuan tambahan.Para pelajar dari sepenjuru Kerajaan Bratajaya berlomba-lomba mendapatkan kisi-kisi dari Sekolah Pelita. Akan tetapi, sekolah tersebut biasanya hanya memberikannya kepada pelajar di sekolah sendiri.Sekolah itu hanya menerima dua puluh siswa setiap tahun. Selain itu, mereka hanya menerima orang yang berjodoh.Sekalipun orang itu berkuasa, jika kepala sekolahnya merasa bahwa dia tidak berjodoh, maka dia akan ditolak."Benar, tapi kakakmu bilang itu bukan yang asli, hanya salinan.""Salinan juga tidak apa-apa. Ayah, cepat minta Kakak untuk mengantarnya kemari. Tidak!" Shaka segera menggelengkan kepala."Ayah, besok suruh seseorang untuk menyampaikannya kepada Kakak. Katakan bahwa aku menginginkannya besok.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status