Perjalanan hidupnya setelah berhasil menguasai dan 'menghabisi' karir seorang Banu Hartadi, ternyata tak seindah dan semulus yang dibayangkannya. Hidup serumah dengan Karim, pria kumpul kebonya itu. Ternyata berdampak petaka demi petaka, yang mewarnai perjalanan hidupnya hingga saat itu. Tiada keharmonisan sedikitpun dalam rumah curian miliknya itu. Bahkan hampir semua yang telah direbutnya dari Banu, kini ganti direbut dan dikuasai oleh Karim dengan semena-mena. Lingkaran karma dari perbuatannya dulu, kini bagai sedang berlaku atas dirinya. Hampir semua harta benda yang ada dirumah itu, kini telah habis dijual oleh Karim. Dan hasil penjualannya dipakai Karim, untuk berfoya-foya dan bermaksiat bersama ganknya. Kirana yang berusia 15 tahun. Putri satu-satunya hasil dari perbuatan bejatnya dengan Karim pun, tumbuh menjadi anak yang tak bermoral. Sekali dua kali Sisca pernah memergoki putrinya itu sedang berasyik mesra, dengan pacarnya di dalam kamarnya. Hal yang sangat membuat dir
'Sungguh mengganggu penghuni hotel..!' bathin security itu kesal. Karena hotel itu memang berbintang 4, tentunya kenyamanan pengunjung hotel menjadi prioritas pelayanan bagi para karyawan hotel itu. "Ada apa sih ribut-ribut di luar Tuan Leonard..?" sungut si kelinci Asia sebal. "Ada orang gila di luar," sahut Leonard asal saja, dia malas menjelaskannya pada wanitanya malam itu. Dan permainan panas mereka pun dimulai. *** Rombongan Bara cs berangkat pagi itu menuju ke Sukabumi. Nampak iring-iringan lima buah mobil berderet.Dengan Dimas dan Sandi berada di deretan paling depan, sebagai penunjuk arah. Dimas mengendarai Jeep Cherokeenya, Resti dan Bara dengan All New Citynya, Marsha dan bi Tarni dengan Cabrio merahnya, David, Revina dan Gatot dengan Pagero sportnya, serta Brian dan Katrin dengan Mazda 2 hitamnya. Suasana hati mereka semua nampak riang dan gembira. Karena baru kali inilah mereka semua berkumpu,l dan bersama-sama hendak tinggal di sebuah vila. Ada juga ras
"Angga, sebaiknya kau secepatnya kembali ke Bandung. Ada hal yang akan ayah bicarakan langsung denganmu." "Mengenai hal apakah itu Ayah..?" "Apakah kau tidak ingin menambah level ilmumu Angga..?" "Tentu saja mau sekali Ayah..!" seru Angga bersemangat. "Nah, jika begitu kau pulanglah secepatnya." Klik.! Sang Jendral langsung menutup panggilannya. 'Hhh..! Selalu begitu..!' desah kesal batin Angga. Mendengar sang ayah menutup panggilan di tengah jalan. Tanpa memberinya penjelasan yang rinci, soal kenapa dia harus pulang secepatnya. Menambah level kemampuan tentu saja dia sangat senang. Namun Angga merasa hampir seluruh kemampuan sang ayah sudah diserapnya. Karena dia mengenal sifat sang ayah dengan baik, maka Angga merasa ada sesuatu yang memang dirahasiakan oleh sang ayah padanya. Dan hal itulah yang sangat menyebalkan baginya, karena dia jadi merasa sangat penasaran dibuatnya. "Ada apa Angga..? Ada hal yang membuatmu resahkah..?" tanya Freedy yang baru saja kelu
'Whats...! Salamander..?! Bukankah itu hewan sejenis kadal. Aku yang lama tinggal di Jakarta saja tak pernah mendengarnya. Hihii', bathin Clara terkikik geli, mendengar nama gank yang menurutnya sama sekali nggak angker itu. "Wah..! Hebat Om..! Semoga saja orang-orang yang membenci Om bisa sadar, tak ada gunanya melawan Om Samuel," ucap Clara seolah memberi support. 'Ya, memang tak ada gunanya melawan om yang tak berguna', bisik hati Clara, meneruskan ucapannya. "Hahahaa. Clara, sekarang sudah jelas kan kenapa wajah om berseri-seri..?!" "Iya Om," sahut Clara tersenyum. "O ya Clara, tadi pagi om sudah transfer 100 juta ke rekeningmu. Pekerjaanmu di ranjang memang sangat memuaskan Clara, belum pernah om merasakan sepuas ini dalam permainan di ranjang. Kamu is the best Clara," ucap Samuel memuji 'permainan' Clara. "Terimakasih Om Samuel," sahut Clara senang. 'Bagaimana perusahaan bisa maju, dengan pemimpin yang model begini..? Yang ada di otaknya hanya kesenangan pribadi. Para baw
Sore harinya, Angga sudah tiba kembali ke rumahnya. Kini dia duduk dan bicara di kamar pribadi sang Jendral. Wajah sang ayah nampak serius saat itu, hal yang membuat hati Angga berdebar penuh rasa penasaran. 'Ada apa gerangan..?' bathin Angga bertanya-tanya. "Angga, ayah kira sudah saatnya kau berlatih dengan keras, untuk meningkatkan kemampuanmu. Karena hanya kau satu-satunya harapan ayah, untuk melanjutkan kerajaan bisnis kita. Ayah melihat tanpa adanya peningkatan kemampuan dirimu. Maka kedudukanmu akan selalu terancam oleh musuh-musuhmu kelak. Terbukti saat melawan keturunan Naga Emas pun kau terluka parah," ujar sang Jendral. "Tapi Ayah, saat itu Angga belum mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam, dan pamungkas ilmu 'Guntur Harimau Besi' Angga," sanggah Angga. "Angga..! Jangan kau berpikir si Bara itu juga sudah mengeluarkan kemampuan puncaknya..! Apa kau tak menyadari, bahwa selama kompetisi dia juga tak mengeluarkan ilmunya secara langsung..? Dia jelas-jelas berusah
"Baik Angga, inilah level ke 6 'Singa Memecah Langit'. Mohon agak menjauhlah sedikit lagi," sahut Pandu, seraya bergerak agak menjauh dari Angga. Perlahan Pandu memposisikan tubuhnya pada sikap kuda-kuda. Lalu terlihat Pandu menghisap udara dengan perlahan, namun terasa sangat panjang dan dalam. Pandu mulai lakukan gerak jurus perlahan, bak singa yang sedang menggeliat dari tidurnya. Namun sejatinya saat itu Pandu sedang mengolah hawa yang dihisapnya tadi. Lalu memompa keluar seluruh energi bathin dan tenaga dalamnya, hingga mengalir dan menguar di sekujur tubuhnya. Byaarshk..! Seketika sekujur tubuh Pandu diselimuti aura merah keemasan. Lalu ... Haauummrrhs...!! Pandu mengeluarkan auman dahsyat dari mulutnya, perbawanya sungguh menggetarkan dada dan nyali orang yang mendengarnya. Bahkan Angga tak urung sampai mengeluarkan perisai tenaga dalamnya, untuk menetralisir 'daya gempur' batin, akibat auman dahsyat Pandu. Lalu auman dahsyat itu disusul lompatan tinggi ke udara oleh P
Klik.! "Ya halo Bos." sahut Jojo. "Jojo..! Sudah sejauh mana persiapan gankmu dalam misi kali ini..?" tanya Samuel. "Sudah saya siapkan 25 orang terlatih, untuk menyambangi para pemilik saham tertinggi di perusahaan Bos," sahut Jojo. "Baik Jojo. Ingat..! Tidak ada kata gagal dalam misi ini..! Mengerti..!" "Baik Bos..! Pokoknya Bos terima beres saja nantinya." "Bagus..! Panteng terus ponselmu Jojo, karena aku hanya akan berkomunikasi denganmu..!" "Siap Bos..!" Klik.! *** Seminggu kemudian. Nampak sebuah Pagero Sport hitam terparkir, tak jauh dari sebuah rumah bertingkat dengan garasi besar di bagian lantai bawahnya. Garasi besar ini sepertinya lebih tepat dikatakan sebagai aula, karena cukup luas. Di bagian depan lantai atasnya ada sebuah simbol yang tak terlalu besar, tapi sangat 'eye catching', bagi orang-orang yang melintasi rumah bertingkat itu. Simbol itu berupa hewan berbentuk kadal, dengqn warna kombinasi hitam, emas, dan merah. Bagian tubuh hewannya secara kesel
Tugh..! Brughh..! Hanya dengan sentilan jari kelingkingnya, ke arah sisi leher Jojo. Maka tubuh kekar Jojo pun terkapar ambruk ke lantai, bagai sehelai kain. Ya, Bara baru saja mempraktekkan hasil latihan totokan jarak jauhnya dari Gatot. Dan hasilnya memang sesuai harapannya. Kini lantai aula makin basah, karena digenangi oleh air seni para anggota gank. Rupanya makin banyak anggota gank Salamander, yang ikut kencing di celana. "Kalian semua dengarlah..! Jangan ada lagi yang berpikir soal 'misi' intimidasi para pemegang saham 'Kharisma Group'..! Jika ada yang masih membandel, maka nasib kepalanya akan seperti ini..!" Wusshk..! Braalgghk...!! David berseru memperingatkan, lalu lontarkan pukulan jarak jauhnya ke arah dinding aula yang berjarak 5 meter darinya. Dinding tebal itu pun jebol dan ambyar, hingga menembus pemandangan di luar aula itu. "Hahhh...!!!" seruan kaget, tegang, dan ketakutan, kembali memenuhi ruangan itu. Dan genangan air seni di lantai pun bertambah meleba
"Bagus Pandu..! Kita tinggal tunggu saja, macam apa serangan mereka nanti. Hahaaa..!" sang Jendral terbahak puas, dengan sistem pertahanan di markasnya. Tentu saja dia mengenal kedahsyatan senapan mesin NSV, karena dia yang membelinya. Dia sekarang malah berharap Bara cs menyerang markasnya secepat mungkin. "Paman Jendral. Jika boleh, Pandu ingin memperdalam kemampuan dan berlatih di kediaman Freedy, hingga waktu kompetisi internasional tiba," ucap Pandu meminta ijin. "Hmm. Silahkan saja Pandu, aku tak keberatan," sahut sang Jendral. Dia memang merasakan butuh orang-orang berkemampuan di pihaknya. Karena setelah kematian Angga, otomatis orang kepercayaannya yang bisa diandalkan hanya Pandu dan Freedy. Namun diam-diam sang Jendral juga hendak menarik seseorang, yang telah menghubunginya beberapa hari yang lalu. Seorang pembelot yang kecewa dengan Tuannya. *** Sementara pagi harinya di markas Bara cs. Rembukkan siasat penyerangan balasan masih belum fix. Hingga rembukkan itu kr
"Mas Bara. Janganlah terus menyalahkan dirimu sendiri. Kita semua melihat, itu adalah kejadian yang memang diluar kuasa kita untuk mencegahnya," ucap Dimas saat dia melihat Bara, yang termenung di teras seorang diri malam itu. "Kita harus membalas semua ini Mas Dimas..! Meluap emosiku dan tak tega rasanya. Setiap aku melihat Gatot, yang masih tak sadarkan diri sampai sekarang. Aku ingin membalas, tapi aku tak mau melibatkan kalian," ucap Bara, dengan mata mencorong penuh amarah. Ya, Gatot memang masih terkapar tak sadarkan diri hingga saat itu. Ibu dan adiknya Rani pun telah datang, dengan dijemput helikopter oleh Bara. Mereka memilih tinggal sementara waktu di markas, untuk merawat Gatot. Bi Tarni juga sangat telaten membantu mereka merawat Gatot. Sementara seorang Dokter juga selalu rutin datang dua hari sekali. Untuk memeriksa kondisi Gatot. Ya, Gatot memang bisa dikatakan dalam kondisi koma. Sementara secara perlahan, proses penyelarasan energi Mustika Taring Singa dalam di
"Mulai ..!" Seth..! Seiring aba-aba yang diserukannya, Hong Chen melesat dengan tangan menyambar ke arah pusaka langit tersebut. Staaghs.! "Akhhs..!" Seth..! Tangan Hong Chen terasa bergetar dan tersetrum tegangan tinggi. Saat gagang cambuk berkilau keemasan itu terbentur oleh tangannya. Tangkapannya kurang tepat, cambuk terus berputar cepat sekali. Dia pun kembali melesat ke tepi cekungan, untuk mengatur tangkapannya kembali. "Hiahh..!" Swaappsh..!! Biksu Kian Long menghentakkan kedua tangannya, ke arah cambuk pusaka yang tengah berputar cepat itu. Seketika arus putaran cambuk pusaka bagai tertahan, oleh sebuah tenaga luar biasa yang tak kasat mata. Putaran cambuk pusaka itu menjadi lebih lambat, dan jelas sekali terlihat gagangnya. Dan saat sang biksu hendak melesat meraihnya, Seth..! Cepat sekali Chen Sang melesat ke arah cambuk yang nampak jelas itu. Melihat hal itu, biksu Kian Long melepaskan kembali energi penahan lesatan cambuk itu. Wrrrrrhhss...! Krrtz..! Krrtzzs
"Benar Guru. Sesuatu yang berharga pastilah banyak yang mengincarnya," sahut Chen Sang pelan. "Chen Sang, kita bermeditasi disini hingga 'pusaka' itu turun. Apapun yang akan terjadi nanti tetaplah bermeditasi, gunakan perisai tenaga dalammu saat badai datang. Hilangkan ambisi mendapatkan 'pusaka' itu, namun tetaplah berharap pada kemurahan-NYA," ujar sang Guru Tiga Aliran memberikan arahan terakhirnya pada Chen Sang. "Baik Guru..!" sahut Chen Sang patuh. "Dan ingat Chen Sang..! Saat badai mulai mereda, kita harus mengakhiri meditasi kita. Lalu berusahalah menggapai 'Pusaka Langit', yang telah melayang di atas pusat cekungan melingkar ini," sang Guru berbisik dengan suara pelan namun tajam. "Chen Sang paham Guru." Sosok guru dan murid itu akhirnya duduk bersila, lalu bermeditasi dengan posisi teratai. Selama 2 jam lebih sudah ke tiga sosok di tepian cekungan, yang berada di lembah pegunungan Kunlun itu bermeditasi. Hingga ... Scraattzz..! Jlegaarhhss..!! Sebuah kilatan besar
"Lapor Jendral..! Misi sudah dilaksanakan. Enam buah roket telah ditembakkan. Dan satu orang di antara mereka sepertinya sudah tewas Jendral..!" "Bara..?!" seru Graito bertanya."Maaf, bukan Jendral..!" sahut pelapor. "Lalu empat helikopter yang lainnya..?!" tanya sang Jendral, seraya menatap tajam sang pelapor. "Empat helikopter kita meledak hancur oleh pukulan Bara, Jendral..!" "Wesh..!" Praaghk..!! Sang pelapor pun langsung tewas di tempat, dengan kepala pecah. Di hantam pukulan bertenaga dalam sang Jendral. Dua orang lain di samping pelapor otomatis melangkah mundur seketika. Sadis..! "Keparat Bara..!! Kau selalu membuatku rugi..!" teriak kalap sang Jendral. "Mana Pandu..?!" seru sang Jendral, pada dua orang lainnya. Sepasang matanya mendelik berkilat kemerahan. "He-he-helikopternya juga jatuh Jendral." sahut seorang di antara mereka. "Dari sisi mana kalian menyerang..?!" "Da-dari arah depan markas Jendral."Braaghk..!! Kini meja teras yang lagi-lagi hancur oleh sepaka
"Bangsat kau Bara..!" Slaph..! Byaarshk..! Pandu melesat keluar dari helikopter yang hilang kendali tersebut. Bara melihat sosok merah keemasan melesat keluar, dari helikopter yang hendak hancur masuk ke lembah itu. 'Pandu..!' gumam bathin Bara. Namun saat dia hendak melesat mengejarnya, "Gatott..!!" samar-samar terdengar teriakkan keras para sahabatnya, menyeru nama Gatot di bawah sana. Bara pun urung mengejar Pandu, dan melesat kembali ke markasnya dengan secepat mungkin. Slaphh..! Taph..! Bara mendarat tepat di sisi para sahabatnya, yang telah berkerumun cemas pada kondisi Gatot. Nampak jelas kini oleh Bara, sosok Gatot yang tengah terkapar tak sadarkan diri. Dada Gatot nampak membiru, dengan darah mengalir dari mulutnya. 'Luka dalam yang teramat parah..!' bathin Bara sesak dan sedih sekali. "B-bara..! A-apa yang harus kita lakukan..?!" seru gugup bergetar Sandi. Dan semua sahabat pun kini menatap Bara, seolah menanti keputusan cepat dari Bara. Karena mereka semua tak a
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa