"Apakah kau tidak tertarik pada wanita Freedy..?" tanya Denta dengan pandangan menyelidik ke arah putranya."Freedy sudah punya kekasih kok Ayah, Ibu," sahutnya berdusta.Beberapa hari kemudian, dibawanya teman wanita kampusnya itu ke rumahnya, dan diperkenalkannya dengan ayah serta ibunya. Tentu saja Freedy memberi kompensasi hadiah yang tak kecil, untuk mengajak teman wanita sekampusnya itu bersandiwara sebagai kekasihnya di depan kedua orangtuanya.Lalu sebulan kemudian, Freedy memasang wajah pura-pura bersedih dan patah hati di depan kedua orangtuanya. Karuan kedua orangtuanya langsung percaya sejak saat itu, bahwa putra mereka itu 'normal' dan suka kepada wanita. Tak ada lagi kecurigaan mereka, bahwa putranya mengidap kelainan dan frigid terhadap wanita."Nathan, kita lanjutkan lagi yuk permainan kita," ajak Freedy yang merasa staminanya sudah kembali, karena memang sudah sebulan lebih Freedy tak 'menyalurkan' hasrat melencengnya itu. Tentunya satu kali klimaks belumlah cukup mem
"Baik Jendral. Akan kukirimkan foto kelinci yang memang jelita luar biasa itu padamu. O iya, Jendral, apakah Jendral tertarik dengan 'senjata bawah tanah terbaru' inovasi tim peneliti di laboratoriumku..? Akan kukirimkan videonya nanti Jendral, masalah harga 'mudahlah' itu kita bicarakan nanti." "Hahaaa! Tuan Winston, tentu saja kutunggu terobosan para penelitimu itu." "Baiklah Jendral. Sampai bertemu pada saatnya nanti." "Baik Tuan Winston." Klik.! Bip.! Sebuah chat masuk ke ponsel sang Jendral, langsung dibukanya chat itu yang rupanya berisi sebuah foto wanita jelita di dalamnya. 'Hmm. Selera putramu berkelas juga Winston', bathin sang Jendral, memuji wanita jelita dalam foto itu. Ya, terbuka sudah kini identitas Mr. X adalah Jendral Graito.! Status Graito sebenarnya sama halnya dengan Tedjo yang sudah mengundurkan dirinya dari kemiliteran. Dia memang seorang Jendral penuh sebelum mundur dari kemiliteran, dan dia adalah bekas 'atasan' langsung dari Mayjend. Damarjati
'Siapa kau sebenarnya Dewi cantik..? Mengapa wajahmu tak pernah pudar dari benak dan hatiku..? Mengapa baru sekarang kita dipertemukan..?' pertanyaan demi pertanyaan tak henti berputar di benak pemuda itu. Sedangkan matanya lekat memandang dan menjelajahi lekuk dan garis kecantikkan pada wajah jelita itu.Ya, dialah Leonard. Pemuda tampan bermata biru dari Amerika, yang pernah datang menyaksikan pertarungan semifinal kompetisi gelap level area di Indonesia.Kunjungannya ke pertarungan itu bukan tanpa maksud. Karena dia bermaksud menjajaki petarung-petarung potensial, yang kemungkinan akan berhadapan dengan petarung 'jagoannya' di kompetisi internasional nanti.Leonard adalah rekan bisnis Colby selaku promotor 'Garry King', petarung penguasa napi di negeri paman Sam itu.Leonard dikenal sebagai seorang pria playboy dan flamboyan, oleh wanita-wanita kelas atas di negerinya. Suatu hal yang tak aneh mengingat sifat Winston sang ayahnya, yang juga dikenal sebagai 'don yuan berkelas' pada
Klikh. "Ya, Freedy." "Bara, apakah kau tak di vila saat ini..?""Saya sedang di rumah Ibu saya Freedy," sahut Bara agak kesal dengan pertanyaan Freedy, yang seolah menyuruhnya kembali ke vila."Ohh. Baiklah Bara, ingat pertarunganmu tinggal 9 hari lagi Bara. Harap kau mempersiapkan dirimu dengan sebaik mungkin, karena lawanmu di final nanti adalah 'Trenggiling Siluman'.""Jangan khawatir Freedy. Saya tak akan lari dari arena."Klik.! Dengan kesal Bara menutup panggilan Freedy.Ya, baginya kabar dari Freedy hanya membuatnya bertambah muak dengan pihak penyelenggara. Mereka benar-benar seperti menganggap para petarung itu bukan manusia!Alih-alih bertanya soal keadaan serta kondisi petarung mereka. Ini malah selalu mengingatkan akan jadwal pertarungan, sungguh memuakkan.!Sementara Freedy tersenyum puas di rumahnya, dia telah menghubungi David sebelum menghubungi Bara. Maksud dia menghubungi mereka berdua, sebenarnya hanya untuk memastikan keberadaan mereka.Jika Bara dan David tak b
"Resti sayang. Maafkan ayah selama ini ya, hukk .. uhukk..! Ayah telah memaksakan kehendak ayah padamu Nak. Sekarang kau pulanglah Resti. Kau bebas menentukan jodohmu sendiri. Terserah kau berjodoh dengan siapapun juga Resti, asalkan kita bisa berkumpul kembali ya Nak. Hukk ..uhukk..!" terdengar suara batuk yang dalam sekali dari Rudi di sana, disela-sela ucapannya."Aduhh..! Ayah..! Iya Ayah, Resti akan segera pulang ke rumah..! Tunggu Resti Ayah..!"Klik.!Restilah kini yang terlihat sangat panik dan cemas memikirkan ayahnya. Dia sangat cemas mendengar suara batuk ayahnya, yang terdengar sangat dalam dan tersiksa. Seketika Resti jadi ingin pulang secepatnya saat itu juga."M-mas Bara..! Ayah sepertinya sakit parah. Kita harus ke sana secepatnya Mas Bara," ucap Resti gugup, dan tak mampu menyembunyikan wajah kecemasannya dari Bara."Baik Resti. Sebaiknya kita pakai Camaro Hitam peninggalan kakekku ke sana. Mobil itu sudah di cek oleh mendiang pak Marco dalam kondisi baik dan siap pak
"Ayah, Ibu! Tanpa saran dari Mas Bara, mungkin Resti tak akan berada di rumah ini lagi. Mas Baralah yang menyarankan Resti pulang Ayah, Ibu," ucap Resti pelan dan jelas, namun telak 'menghujam' di hati Sofia terutama sang ayah.Baik Sofia mau pun Rudi langsung menangkap 'makna' dari ucapan putri mereka itu. Bagi mereka pernyataan Resti itu sama saja mengatakan, bahwa Resti akan kembali pergi dari rumah, jika mereka berlaku kasar dan menyakiti hati Bara.'Brengsek kau Bara..! Kau apakan putriku hingga dia menjadi sangat melindungimu..?!' seru bathin Rudi geram sekali. Namun tentu saja dia menahan perasaan itu di hatinya."Uhukk..! Hukkh..! Resti, lalu tinggal di mana kamu selama ini Nak..?" sang ayah terbatuk akibat menahan rasa sesak dihatinya itu. Lalu dia mengalihkan pertanyaannya pada putrinya."Tadinya Resti tinggal di apartemen Brittany di Bintaro, bersama Revina sahabat Resti, Ayah. Namun setelah Ibu Mas Bara datang ke Jakarta dan tinggal di rumahnya, maka Resti dan Revina memut
"Hmm. Bara..! Kami lebih senang jika kau berterus terang saja atas ketidakmampuanmu..! Janganlah menganggap kami anak kecil, yang bisa percaya mendengar janjimu untuk mencarikan dana itu..!" seru Sofia ikut men'judge' Bara dengan nada tajam."Bapak, Ibu. Baiklah akan Bara buatkan ceknya sekarang juga ya," ucap Bara tenang. Sama sekali dia tak terpengaruh, terhadap kata-kata bernada mengejek dari kedua orangtua Resti.Padahal Resti sendiri terlihat sudah mulai kesal dan emosi dengan prilaku kedua orangtuanya itu, yang jelas-jelas telah merendahkan Bara.Bara membuka tas selempangnya, dan mengeluarkan buku ceknya yang sudah disiapkan oleh David. Hingga Bara hanya tinggal menulis penerima cek, nilai cek, serta tanggal cek berlaku.Dituliskannya semua dengan jelas oleh Bara di atas lembaran cek itu, dan Bara menambahkan nilai cek di atas nilai hutang ayah Resti, menjadi 40 miliar rupiah.Spontan Rudi dan Sofia tertegun dan terdiam melongo di kursinya. Mereka bagai sedang melihat pemandang
"A-apa..! K-Kakek Bara seorang Jen-jendral..?!" Sofia dan Rudi kaget bukan kepalang, mengetahui silsilah Bara yang baru mereka dengar.Kini mereka tak lagi merasa heran, jika Bara memiliki warisan yang sangat mencengangkan mereka. Dan mereka pun menganggap uang 40 miliar rupiah dari Bara juga merupakan warisaan dari kakeknya.Hmm, sekali lagi mereka salah duga dalam hal ini. Tapi paling tidak, ini akan menghilangkan 'kecurigaan dan pertanyaan' mereka terhadap Bara, tentang dari mana Bara memiliki uang sebanyak itu."Resti anakku, Ayah dan Mamah sangat menyesal telah berlaku merendahkan Bara. Antarkanlah kami ke rumahnya Resti, agar kami bisa meminta maaf dan berterimakasih atas segala bantuan yang telah diberikannya.Kami merasa sangat malu dan bersalah padanya Resti. Kami juga akan berjanji mengembalikan uang pinjaman dari Bara secepatnya Resti," ucap Rudi dengan wajah menyesal dan penuh harap, pada putri mereka itu."Ayah, Mamah. Mas Bara telah mengatakan pada Resti tadi di rumahnya