'Gilaa.!! Ternyata masih ada ilmu meringankan tubuh selangka itu..!' bathin Braja terkejut bukan kepalang.Sementara David menyimpan keterkejutannya dalam hati,'Pantas saja dia bisa keluar masuk penjara dengan mudahnya. Sungguh level meringankan tubuh yang sangat sempurna', bathin David kagum.Penonton sekelas Nero, Woro dan Bora saja bisa terkecoh! Apalagi penonton yang lainnya, yang notabene hanya berkemampuan tarung biasa saja."Kenapa Mas Braja..? Sepertinya Mas agak terkejut," tanya Marsha. Mata jernihnya yang awas melihat ekspresi Braja yang nampak terkejut, saat melihat peserta kompetisi bernama Bara memasuki arena."Pemuda itu bukan orang biasa Marsha," sahut Braja nampak serius, tanpa menoleh pada Marsha.Tatapan mata Braja terus mengikuti gerak-gerik Bara di dalam arena itu yang nampak tenang. Tak nampak ketegangan atau ambisi meluap. Bahkan terlihat Bara sama sekali tak terpengaruh, oleh sorak sorai penonton yang mengejeknya.'Hmm. Pengendalian diri tingkat tinggi', bathin
"Baiklah semuanya!! Pemenang dari pertarungan perdana ini, adalah Bara Satria..! Penguasa Gang Lima!!" teriak wasit mengumumkan pemenang pertarungan malam itu.Nampak masuk empat orang ke dalam ring arena, mereka mengangkat sosok Rojak keluar dari ring arena pertarungan.Ya, sepertinya akan sulit bagi Rojak untuk mempertahankan gelarnya sebagai penguasa Gang 2, dengan kondisi sepuluh jarinya yang patah itu. 'Luar biasa coolnya pemuda bernama Bara itu', bisik hati Marsha kagum.Entah mengapa mata Marsha seolah tak bisa lepas memandang sosok Bara, yang masih berada di dalam arena itu. Sama sekali dia tak merasa sedang memandang seorang napi saat itu. Karena yang nampak di matanya adalah seorang pemuda gagah dengan tubuh sedang, namun nampak menyimpan kekuatan yang besar dalam dirinya.Bara juga sempat menoleh ke arah Marsha sekejap tadi, mungkin dia heran melihat ada seorang wanita cantik yang ikut menyaksikan pertarungannya di dalam penjara.'Degh!' Tatapan tajam namun hangat dari Bar
"Gue Dodo..!" Brian berseru tegas.Sepasang matanya yang biasanya lembut dan tenang kini menatap tajam bagaikan mata elang, pada orang yang memegang pisau lipat itu."Brian.." desah Katrin berbisik mencemaskan keselamatan Brian.Sementara di wajah Dodo kini malah terukir senyum kelegaan, bagai terdakwa yang lolos dari vonis mati. Hal yang sama terlihat pula di wajah teman-teman tongkrongannya.Brian maju mendekati Katrin sambil melepas kemeja panjangnya, di balik kemeja panjangnya ternyata dia memakai kaos hitam polos berlengan pendek."Katrin, pakailah," ucap Brian memberikan kemeja panjangnya, sambil meletakkan tas ranselnya di dekat Katrin dan Nina berdiri."Terimakasih, tapi sebaiknya jangan lakukan ini Brian," Katrin berbisik pelan, sambil menerima kemeja Brian."Tenanglah Katrin," bisik Brian tersenyum."Heii..hei..heii!! Punya nyali juga rupanya kau..!" seru pemimpin penyerbuan itu, seraya memainkan pisau lipatnya dengan sangat terampil."Ini mau main keroyokkan apa kita by one
Vroommm...! Nnggnngg.. Tinn.. Tinn!Brian pun melaju setelah membunyikan klakson motornya dan menghilang di balik gerbang kampus. Meninggalkan wajah-wajah penuh kekaguman di area kampus dan di posko satpam kampus.Kini di hati mereka semua terpatri nama Brian sebagai Naga Kampus..! Bukan lagi sebagai kura-kura kampus, yang selama ini sempat disandangkan padanya.Dodo adalah orang yang paling terpukul dengan kenyataan itu! Karena kejadian barusan seolah membuktikan dan menunjukkan pada semuanya, siapa sebenarnya yang pantas menjadi kura-kura pengecut di kampus itu.Katrin merasa sangat tersanjung mendapati kemeja Brian kini melekat di tubuhnya, hatinya terasa begitu hangat dan bahagia saat itu.'Akan kusimpan dan kujaga kemeja ini baik-baik, sebagai kenangan terindah darimu Brian', bisik hati Katrin. *** Sementara sepulang dari jam kerja di Restoran.Resti dan Revina sepakat mampir dulu ke Gandaria Mall City, mereka ingin sekedar berjalan-jalan dan melihat barang-barang yang mungkin
'Marini..?! Degh..!'Bathin Resti tersentak, dia seperti familiar dengan nama itu.'Ibunda Mas Barakah..? Tapi tak mungkin. Bukankah Ibu Mas Bara tinggal di Banyumas?', terlintas nama ibu kekasihnya, namun bathinnya segera menyangkalnya.Tapi satu hal yang terasa aneh, hati Resti merasa sangat dekat dengan ibu bernama Marini tadi. Entah kenapa."Ini yang namanya jalan-jalan berhadiah ya Rest. Hihihi," Revina terkikik senang, sambil menatap sandal traktiran dari Marini tadi."Iya Vina. Beruntung kita memutuskan jalan-jalan sore ini. Hehe," balas Resti terkekeh, namun sesungguhnya benaknya masih memikirkan Marini."Kamu nggak jadi nambah koleksi wig kamu Resti..? Mumpung kita masih di sini," tanya Revina pada sahabatnya itu.Ya, mereka memang selalu sedia membawa wig setiap berangkat kerja. Hal ini mereka lakukan untuk berjaga-jaga. Andai ada keluarga atau orang yang kenal dekat dengan orangtua mereka, datang ke restoran tempat mereka bekerja."Kayaknya nggak dulu deh Vin. Aku agak lela
Kraaghk! Klaghk! ... Kraghkk..!! Sungguh mengerikkan, semua balok kayu yang tersusun dalam bentuk berjajar itu kini dalam keadaan patah rapih, di hajar sisi telapak tangan dan kaki Braja. Semuanya dipatahkan hanya dengan satu tarikkan nafas saja!Bisa dibayangkan betapa panjang dan kuatnya nafas serta tenaga dalam si Braja ini. Umumnya pendekar biasa akan membutuhkan beberapa tarikkan nafas, untuk melakukan hal seperti yang dilakukan Braja ini.Besok malam adalah saat mulai digelarnya kompetisi pertarungan gelap antar area. Kompetisi yang terdiri dari 8 peserta dari 8 area lapas di wilayah kota. Sifat pertandingannya adalah, pertarungan sampai ada yang mati tanpa ronde..!Para petaruh di tingkat ini bisa bertaruh secara global, dengan hanya memilih siapa pemenangnya. Bandar pada taruhan global ini, biasanya maksimal hanya berani memberikan hadiah 2 atau 3 kali lipat dari nilai pasangan petaruh yang menang.Atau para petaruh bisa ikut taruhan khusus, dengan menyebutkan pada menit dan
'Bara, bisanya kau merusak hari-hariku..!' seru bathin Marsha kesal namun rindu.Entah kenapa baru membayangkan sosok Bara saja, Marsha sudah merasakan panas dingin dan timbul gairah 'bercinta'nya.Suatu hal yang tak pernah terjadi sekalipun dalam perjalanan hidupnya, sesekali dia pernah merasa suka dengan seorang pria namun tak pernah semenggoda dan sebergairah ini.'Ini sungguh gilaa..!' teriak bathin Marsha, merasa resah dan kalah. *** "Enci Vivian. Kenapa cici belum juga mengunjungi David..? Apakah Cici nggak kangen padanya..?" tanya Elsa pada Vivian seraya mengemudikan porsche 718 merahnya.Mereka berdua memang hendak makan siang bersama di 'Maestro Kitchen'. Sudah lama sekali mereka tak berkunjung ke restoran favorit mereka itu."Entahlah Elsa. Rasanya masih tak kuat hatiku melihat David di penjara. Aku takut tak bisa menahan airmataku di sana Elsa. Dan tentunya hal itu akan semakin membuat David bersedih di dalam sana nantinya. Tsk, tsk," sahut Vivian pelan, dan akhirnya dia
"Dan satu hal lagi Resti, tolong berikan ini pada Revina ya," ucap Vivian seraya memberikan selembar cek pada Resti."Baik tante Vivian. nanti akan Resti sampaikan pada Revina. Dia adalah sahabat terbaik Resti, tante," sahut Resti tersenyum."Terimakasih Resti," Vivian tersenyum seraya duduk di dalam mobil, Resti pun menutupkan pintu mobil itu.Mobil pun melaju keluar dari area parkir restoran, Resti kembali masuk ke posisinya di bagian depan restoran. Tak lama Revina pun muncul menghampirinya,"Mamah sudah pulangkah Res..?" tanya Revina memastikan. Dia sendiri juga melihat mobil yang membawa Vivian dan Elsa sudah tak kelihatan di area parkir lagi."Iya Vina, Tante Vivian menitipkan pesan untukmu," sahut Resti tersenyum misterius."A-apa..?! Mamah mengenaliku dan tahu aku bekerja di sini Resti..?!" Revina terkejut bukan kepalang, dia mengira Vivian tadi tak sempat mengenalinya. Rasa malu dan cemas berbaur menjadi satu dalam hati Revina."Tante Vivian orang baik Revina, dia pasti menge