"Gue Dodo..!" Brian berseru tegas.Sepasang matanya yang biasanya lembut dan tenang kini menatap tajam bagaikan mata elang, pada orang yang memegang pisau lipat itu."Brian.." desah Katrin berbisik mencemaskan keselamatan Brian.Sementara di wajah Dodo kini malah terukir senyum kelegaan, bagai terdakwa yang lolos dari vonis mati. Hal yang sama terlihat pula di wajah teman-teman tongkrongannya.Brian maju mendekati Katrin sambil melepas kemeja panjangnya, di balik kemeja panjangnya ternyata dia memakai kaos hitam polos berlengan pendek."Katrin, pakailah," ucap Brian memberikan kemeja panjangnya, sambil meletakkan tas ranselnya di dekat Katrin dan Nina berdiri."Terimakasih, tapi sebaiknya jangan lakukan ini Brian," Katrin berbisik pelan, sambil menerima kemeja Brian."Tenanglah Katrin," bisik Brian tersenyum."Heii..hei..heii!! Punya nyali juga rupanya kau..!" seru pemimpin penyerbuan itu, seraya memainkan pisau lipatnya dengan sangat terampil."Ini mau main keroyokkan apa kita by one
Vroommm...! Nnggnngg.. Tinn.. Tinn!Brian pun melaju setelah membunyikan klakson motornya dan menghilang di balik gerbang kampus. Meninggalkan wajah-wajah penuh kekaguman di area kampus dan di posko satpam kampus.Kini di hati mereka semua terpatri nama Brian sebagai Naga Kampus..! Bukan lagi sebagai kura-kura kampus, yang selama ini sempat disandangkan padanya.Dodo adalah orang yang paling terpukul dengan kenyataan itu! Karena kejadian barusan seolah membuktikan dan menunjukkan pada semuanya, siapa sebenarnya yang pantas menjadi kura-kura pengecut di kampus itu.Katrin merasa sangat tersanjung mendapati kemeja Brian kini melekat di tubuhnya, hatinya terasa begitu hangat dan bahagia saat itu.'Akan kusimpan dan kujaga kemeja ini baik-baik, sebagai kenangan terindah darimu Brian', bisik hati Katrin. *** Sementara sepulang dari jam kerja di Restoran.Resti dan Revina sepakat mampir dulu ke Gandaria Mall City, mereka ingin sekedar berjalan-jalan dan melihat barang-barang yang mungkin
'Marini..?! Degh..!'Bathin Resti tersentak, dia seperti familiar dengan nama itu.'Ibunda Mas Barakah..? Tapi tak mungkin. Bukankah Ibu Mas Bara tinggal di Banyumas?', terlintas nama ibu kekasihnya, namun bathinnya segera menyangkalnya.Tapi satu hal yang terasa aneh, hati Resti merasa sangat dekat dengan ibu bernama Marini tadi. Entah kenapa."Ini yang namanya jalan-jalan berhadiah ya Rest. Hihihi," Revina terkikik senang, sambil menatap sandal traktiran dari Marini tadi."Iya Vina. Beruntung kita memutuskan jalan-jalan sore ini. Hehe," balas Resti terkekeh, namun sesungguhnya benaknya masih memikirkan Marini."Kamu nggak jadi nambah koleksi wig kamu Resti..? Mumpung kita masih di sini," tanya Revina pada sahabatnya itu.Ya, mereka memang selalu sedia membawa wig setiap berangkat kerja. Hal ini mereka lakukan untuk berjaga-jaga. Andai ada keluarga atau orang yang kenal dekat dengan orangtua mereka, datang ke restoran tempat mereka bekerja."Kayaknya nggak dulu deh Vin. Aku agak lela
Kraaghk! Klaghk! ... Kraghkk..!! Sungguh mengerikkan, semua balok kayu yang tersusun dalam bentuk berjajar itu kini dalam keadaan patah rapih, di hajar sisi telapak tangan dan kaki Braja. Semuanya dipatahkan hanya dengan satu tarikkan nafas saja!Bisa dibayangkan betapa panjang dan kuatnya nafas serta tenaga dalam si Braja ini. Umumnya pendekar biasa akan membutuhkan beberapa tarikkan nafas, untuk melakukan hal seperti yang dilakukan Braja ini.Besok malam adalah saat mulai digelarnya kompetisi pertarungan gelap antar area. Kompetisi yang terdiri dari 8 peserta dari 8 area lapas di wilayah kota. Sifat pertandingannya adalah, pertarungan sampai ada yang mati tanpa ronde..!Para petaruh di tingkat ini bisa bertaruh secara global, dengan hanya memilih siapa pemenangnya. Bandar pada taruhan global ini, biasanya maksimal hanya berani memberikan hadiah 2 atau 3 kali lipat dari nilai pasangan petaruh yang menang.Atau para petaruh bisa ikut taruhan khusus, dengan menyebutkan pada menit dan
'Bara, bisanya kau merusak hari-hariku..!' seru bathin Marsha kesal namun rindu.Entah kenapa baru membayangkan sosok Bara saja, Marsha sudah merasakan panas dingin dan timbul gairah 'bercinta'nya.Suatu hal yang tak pernah terjadi sekalipun dalam perjalanan hidupnya, sesekali dia pernah merasa suka dengan seorang pria namun tak pernah semenggoda dan sebergairah ini.'Ini sungguh gilaa..!' teriak bathin Marsha, merasa resah dan kalah. *** "Enci Vivian. Kenapa cici belum juga mengunjungi David..? Apakah Cici nggak kangen padanya..?" tanya Elsa pada Vivian seraya mengemudikan porsche 718 merahnya.Mereka berdua memang hendak makan siang bersama di 'Maestro Kitchen'. Sudah lama sekali mereka tak berkunjung ke restoran favorit mereka itu."Entahlah Elsa. Rasanya masih tak kuat hatiku melihat David di penjara. Aku takut tak bisa menahan airmataku di sana Elsa. Dan tentunya hal itu akan semakin membuat David bersedih di dalam sana nantinya. Tsk, tsk," sahut Vivian pelan, dan akhirnya dia
"Dan satu hal lagi Resti, tolong berikan ini pada Revina ya," ucap Vivian seraya memberikan selembar cek pada Resti."Baik tante Vivian. nanti akan Resti sampaikan pada Revina. Dia adalah sahabat terbaik Resti, tante," sahut Resti tersenyum."Terimakasih Resti," Vivian tersenyum seraya duduk di dalam mobil, Resti pun menutupkan pintu mobil itu.Mobil pun melaju keluar dari area parkir restoran, Resti kembali masuk ke posisinya di bagian depan restoran. Tak lama Revina pun muncul menghampirinya,"Mamah sudah pulangkah Res..?" tanya Revina memastikan. Dia sendiri juga melihat mobil yang membawa Vivian dan Elsa sudah tak kelihatan di area parkir lagi."Iya Vina, Tante Vivian menitipkan pesan untukmu," sahut Resti tersenyum misterius."A-apa..?! Mamah mengenaliku dan tahu aku bekerja di sini Resti..?!" Revina terkejut bukan kepalang, dia mengira Vivian tadi tak sempat mengenalinya. Rasa malu dan cemas berbaur menjadi satu dalam hati Revina."Tante Vivian orang baik Revina, dia pasti menge
"TEENNGG...!!"Ronde kedua pun dimulai, Bora langsung melenting salto ke atas lalu mendarat dengan menghentakkan kakinya ke lantai arena."Daggh..!!"Tampak asap keputihan mulai mengepul di kedua kakinya, sebagai tanda Bora tengah menerapkan jurus pamungkasnya 'Tendangan Seribu Putaran'.Setelah menarik nafas panjang, Bora melesat cepat dengan kedua kaki mengepulkan asap ke arah Bara yang berdiri tegak di tengah arena.Sementara Bara juga diam-diam mengalirkan seperlima tenaga dalamnya ke arah kedua tangannya. Kali ini dia hendak menjajaki tingkat tenaga dalam Bora terlebih dahulu. Jurus Cakar Naga Menepis Badai segera diterapkannya.Wesh..! Wushh..! Wukkh..!! Serangan cepat sekali dan beruntun dari kedua kaki Bora yang berasap mengancam Bara.Dengan tenang Bara mengelebatkan kedua tangannya dengan kecepatan kilat, menangkis tendangan beruntun dari kaki berasap Bora.Dagh..! Tagh..! ... Dugh..! Tangan Bara terasa sedikit panas akibat benturan dengan tendangan beruntun yang dilepaskan
Tuttt ... Tuttt ... Tuuttt!Klik!"Ya halo tuan Stefan." "Freedy, untuk tahun ini sebaiknya kalian bersiap-siap menyambut juara dunia baru dari negeri kami. Hahaaa!"Terdengar suara tawa penuh kebanggaan dari Stefan, seorang promotor peserta pertarungan rahasia di tingkat internasional dari Rusia."Hahaa. Tuan Stefan untuk itu masih harus kita lihat buktinya nanti bukan..?" sahut Freedy seraya ikut terbahak."Bukti..?! Hahaa! Setelah ini akan kukirimkan video kemampuan Petrov padamu Freedy. Dan tolong masukkan namanya pada pertarungan antar negara tahun ini."Ucap Stefan dengan nada yakin sekali."Baik Tuan Stefan! Akan kita lihat apakah kata-kata anda sesuai dengan kemampuan jagoan anda Petrov. Jika memang ada yang luar biasa, maka kami pasti akan mendaftarkannya." "Baiklah Freedy, akan saya kirim videonya sekarang."Klikh!Stefan mematikan panggilannya. Dan tak lama kemudian,Bip..!Sebuah pesan video masuk ke ponsel Freedy.'Hmm. Dari Stefan. Baik mari kita lihat kemampuan Petrov
"Teh manis opo..? Gundulmu kuwi..! Bikin sendiri sana..!" seru bi Tarni sewot. "Ya Bibi, Gatot kan mau pulang nanti Bi. Bikinin ya, teh bikinan Bibi kan yang paling pas di lidah. Hehe," celetuk Gatot terkekeh. "Huhh..! Gombiall..!" sungut bi Tarni, seraya beranjak kembali ke dapur. Bara cs melanjutkan obrolannya, sambil makan gorengan buatan bi Tarni. Sungguh suasana yang menyenangkan di pagi itu. Namun...Wrrngg..! Wrŕenngg..!! Secara tiba-tiba dari ketinggian, turun dengan cepat 5 buah helikopter ke arah markas Bara. Kumpulan helikopter itu terbang dalam keadaan melintang berbaris. Pada ketinggian sekitar 80 meter di atas tanah, dengan sisi-sisi pintu nya telah terbuka menghadap ke depan vila. Nampak RPG-32 telah disiapkan pada posisi siap meluncur. "Tembak..!!" Pandu yang memimpin langsung penyerangan, langaung memberikan perintah tembak. Swassh..! Swaassh ..! ... Swaassh..!! Enam buah roket langsung melesat cepat ke titik target di markas Bara. "Awass..! Semuanya..!! Han
"Resti..!" Seth..! Tiba-tiba saja sosok Revina melesat masuk, dan memalang di antara tubuh Resti yang tertarik maju. Plakh.! ... Plakh..!!Dan Revina langsung menampar keras pipi Evan bolak-balik 3 kali. "Arrkksgh...!! Kurang ajar kau Rrevina..! Kau selalu menghalangiku..!" Evan berteriak keras kesakitan. Pipinya terasa panas berdenyar, dengan kuping berdenging, dan mulutnya terasa asin berdarah. Warna merah lebam segera menghias kedua pipi Evan, yang nampak mulai membengkak. "Kau yang Bajingan Evan..! Rupanya tempo hari aku kurang keras menghajarmu..!" seru Revina dengan mata membelalak marah, seraya menunjuk ke wajah Evan. "Hei.hei..hei..! Rupanya buruanmu galak juga Evan. Aku jadi ingin mencicipi keganasannya di ranjang..! Hahaaa..!" seru tergelak salah seorang dari teman Evan. Dan serentak kedua teman Evan itu berjalan mendekat ke arah Revina. "Resti..! Kau masuklah ke mobil. Biar kuhajar tiga pecundang ini..!" bisik tajam Revina pada Resti. "Hati-hati Vina..!" bisik Re
"Bara memang brengsek..! Dia berkata dia adalah orang bebas..! Cuih..! Jangan harap..!" seru Freedy, mengungkapkan kekesalan hatinya. "Freedy, apakah benar Bara berkata begitu..?!" seru sang Jendral, yang mendengar seruan marah Freedy. "Benar Jendral." "Hmm. Pemuda licik itu benar-benar tahu posisinya saat ini Freedy..!" seru Graito. "Maksud Jendral..?!" seru Freedy kaget. Setelah mendengar sang Jendral seolah membenarkan ucapan Bara yang telah bebas. "Freedy, buka nalarmu..! Saat ini posisi kita dalam pengintaian pihak kepolisian. Dan aku mencurigai ada kerjasama antara pihak Bara cs dengan kepolisian, untuk menyelidiki serta membekuk kita. Karenanya kita tak mungkin mengajukan laporan pencabutan jaminan kita atas dirinya. Karena telah terjadi pergantian pejabat tinggi di kepolisian saat ini. Jika kita nekat melaporkan juga. Maka kemungkinan pihak kepolisian malah akan memeriksa kita, sehubungan dengan penjaminan yang kita lakukan. Benar-benar 'culas' si Bara ini..!" seru sa
"Haishh..! Dasar wong gemblung.! Lagi bahas Non Marsha malah ngomongin makanan," sentak bi Tarni kesal pada Gatot. Segera ia melepaskan pelukannya dari Gatot, seraya mengusap air matanya. Lalu dia pun berbalik melangkah kembali ke dalam vila, tanpa menoleh lagi. Tentu saja bi Tarni hendak membuatkan masakan terenak, khusus buat 'tuyul dapur'nya itu. "Lho..?! Salah saya di mana Bi Tarni yang cantik..?" protes Gatot, sambil memasang wajah bingung.Ya, dibalik sikap jutek bi Tarni pada Gatot, sesungguhnya dia sudah menganggap Gatot bagai ponakannya sendiri. Para sahabat lainnya hanya tertawa saja, melihat adegan rutin cekcok Gatot dan bi Tarni itu. Mereka pun akhirnya berkumpul dan ngobrol di teras vila dalam suasana yang penuh kekeluargaan. *** Dua hari kemudian. Sang Jendral sedang termenung di 'ruang rahasia'nya. Tampak emas batangan bertumpuk-tumpuk membentuk sebuah gunungan setinggi 3 meteran. Beberapa brankas besi pun tampak berjajar, di sekitar ruangan yang luas tersembun
"Terimakasih Mas Bara, Mas Dimas, Mas Gatot, Mas David, Mas Sandi, Brian, dan semuanya. Kalian memang sahabat-sahabat terbaik seumur hidupku," ucap serak Marsha, penuh perasaan terimakasih dan keharuan mendalam. "Bukan apa-apa Marsha, kau juga kerap membantu kami semua. Istirahatlah, yakinlah hari esok pasti lebih baik Marsha," sahut Bara tersenyum menenangkan. Ditatapnya Marsha dengan pandangan penuh prihatin dan juga sayang, pada sahabat wanitanya ini. Marsha pun tertunduk, dengan buliran air mata mengalir di pipinya. Lalu dia pun beranjak melangkah menuju ke kamarnya, dengan dirangkul oleh Leonard. "Mas Bara, David, dan semuanya. Atas nama keluarga Winston Group, saya mengucapkan banyak terimakasih atas pertolongan dan penghiburan kalian. Di saat keluarga kami mengalami musibah yang menyedihkan dan membingungkan ini. Kalian datang dan memberi titik terang atas masalah kami. Dengan ini, 'Winston group' telah menganggap kalian sebagai bagian dari keluarga besar kami. Kami tak
Slaph..!! Wurrsh..! Bara membuka jalan dengan melesat keluar dari heli, seraya hantamkan pukulan jarak jauhnya dengan energi terukur, ke arah kaca jendela kamar hotel. Pyaarsshk..!! Taph!Kaca jendela pecah dan Bara langsung melesat masuk ke dalamnya. Slaph..! ... Slaph..! Tiga sahabat Bara ikut melesat cepat, dan mendarat masuk ke dalam kamar itu. "Hahh..!!" "Aihh..!!" Betapa terkejutnya Kuzma dan juga Marsha yang berada dalam kamar itu. Nampak Kuzma tengah bertelanjang dada, sedangkan di ranjang saat itu nampak Marsha yang terikat kedua tangannya di sisi ranjang. Kuzma memang sengaja mengikat Marsha. Karena Marsha kepergok nekat hendak bunuh diri, dengan cara meloncat dari jendela kamar hotel yang terbuka. Beruntunglah Kuzma melihatnya, dan menggagalkan niat Marsha. Dia pun langsung mengikatnya di ranjang. Tubuh Marsha dalam keadaan polos, dan hanya di tutupi dengan sehelai selimut setengah badan saja. Karuan Leonard yang melihat hal itu jadi murka bukan main terhadap K
"Bos Besar bahkan jatuh hati padanya Barton. Bos Besar hendak membawanya besok ke Rusia, untuk di jadikan wanitanya. Sekarang mereka masih asik berbulan madu di Hotel Canabis," ujar pelan Jacob, seraya kembali melihat ke sekiitaran lokasi balkon. Dia takut ada Sergei memergokinya, saat dia tengah membuka kedok bos mereka, lalu melaporkannya pada Kuzma. Namun tentu saja suaranya masih bisa jelas terdengar oleh Bara dan Brian, yang berada di atap balkon tersebut. Bara segera memberi isyarat pada Brian, untuk segera bergerak cepat. Seth..! Seth..! Sosok Bara dan Brian melesat cepat turun ke balkon. Lalu ... "Hei .. Tagh..! Tagh..! Hanya sebatas itu suara yang keluar dari bibir Jacob, saat Bara menetak cepat sisi lehernya dan juga Barton. Keduanya pun langsung pingsan seketika. Brian langsung menyambar tubuh Jacob dan... Slaph..! Slaph..! Sosok Bara dan Brian kembali melesat cepat menuju ke mobil Herbert, yang menunggu di sudut blok kawasan itu. Herbert saat itu tengah asik me
"Brengsekk..!" maki Gayatri dengan suara penuh kebencian, di dalam kamarnya. Dia sungguh benci menerima perlakuan ayahnya, yang memang bajingan itu. Dirinya merasa sangat tak dihargai, apalagi di anggap anak oleh Graito. Pedih..! Namun Gayatri tak berdaya. Ya, hanya itu tanggapan Graito, mendengar laporan menggembirakan dari putrinya. Tanpa luapan kegembiraan, ataupun kata-kata lainnya. Karena memang semuanya kini menjadi 'hambar' bagi Graito. Dan satu-satunya semangat, ambisi, dan tujuan dalam hidup Graito kini. Adalah, bagaimana pun caranya, dia harus bisa menghabisi Bara..! Hanya itu..! *** Sementara senja sudah menjelang malam, saat Bara cs tiba di markas milik Leonard di Chicago. Mereka pun langsung berembuk di markas Leonard saat itu juga. Untuk menentukan langkah berikutnya. "Leonard, apakah kau memiliki gambaran soal markas Kuzma..?" tanya Bara. "Herbert! Jelaskan dan gambarkan lokasi markas agen Kuzma pada kami," perintah Leonard pada bawahannya itu, yang ikut sert
"Tuan muda, kabar sangat buruk terjadi di Chicago. Harga senjata-senjata milik kita di jual dengan harga bawah pasar, oleh agen milik Kuzma. Sedangkan harga-harga produk mereka dijual tetap, bahkan naik..!" seru Herbert, pimpinan agen Winston Group di Chicago. Leonard menyalakan speaker phonenya, dia ingin para sahabatnya juga bisa mendengar pembicaraannya. Karena Chicago adalah kota yang akan mereka selidiki. "Hmm. Ikuti saja permainan mereka Herbert. Keluarkan semua stok senjata produk Rusia yang ada di gudang sana. Jual dengan harga di bawah pasar. Namun jangan naikkan harga produk senjata kita..! Pakai harga tetap untuk produk kita..!" ujar Leonard tegas. "Sepertinya stok produk buatan kita yang mereka miliki. Itu baru datang kemarin Tuan Muda. Karena kemarin stok produk kita sudah tak tersedia di agen mereka. Entah kenapa tiba-tiba hari ini stok produk kita melimpah di markas mereka." "Sepertinya Kuzma mengumpulkan sisa stok produk kita yang masih mereka miliki, dan mensup