Share

Chapter 4 : Gosip

Author: VERARI
last update Last Updated: 2022-12-04 01:09:47

"Sudah dengar belum, Bu? Katanya si mbak janda yang itu tuh, semalam berdua-duaan sama anaknya Mbak Ratri."

"Masa sih? Kelihatannya kalem gitu. Yang bilang siapa?"

"Mas-mas ronda semalam mergokin mereka."

"Aduh, Bu. Zaman sekarang muka kalem nggak tahu dalamannya gimana!"

"Haa, namanya juga janda. Lama nggak ada pegang, bocah pun diembat!"

Gosip para tetangga sampai juga di telinga Ratri. Ibu muda itu meskipun sering bicara blak-blakan, ia tak mudah percaya omongan orang. Apalagi ia kenal dekat dengan wanita yang tengah digosipkan.

Sejak les di tempat Rena, nilai anaknya semakin membaik. Sudah hampir sebulan ini ia tak mendapat laporan negatif dari sekolah. Pun Ricky lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada keluyuran dengan teman-temannya yang urakan.

Namun omongan para tetangga tetap membuat telinga panas. Karena anaknya sendiri yang jadi topik utama.

"Sementara ini nggak usah les dulu ya." Ratri akhirnya memutuskan.

"Kenapa, Ma? Bentar lagi kan ujian!" Ricky memprotes, "Jangan-jangan gara-gara gosip tetangga?"

"Jadi kamu sudah tahu. Mama nggak perlu jelasin lagi panjang lebar."

"Tapi itu semua nggak benar! Mana ada Mbak Rena godain aku!"

"Mau benar atau nggak, yang jelas sekarang kamu jangan ke sana dulu!"

"Nggak mau! Aku mau ketemu Mbak Rena terus!"

Hening.

Ratri gugup dengan pernyataan anaknya baru saja. Kata-kata para tetangga terus terngiang di benaknya.

"Kemarin malam aku lihat Ricky pegangan tangan sama si janda itu!"

"Kalau secantik itu mah siapa yang nggak kepincut! Bocah kemarin sore saja bakalan kehilangan akal lihat body yang aduhai!"

Ricky membuyarkan lamunan, "Maksudnya aku harus ketemu terus, aku, aku sebentar lagi ujian, Ma. Mbak Rena, Mbak Rena pintar ngajarin."

"Ricky, kamu... kamu nggak suka sama Rena, bukan?" Ratri serius bertanya.

Ricky tak menjawab. Ia tak bisa melihat mata sang ibu. Pun Ratri tahu gelagat anaknya ketika berbohong.

"Jawab Mama!" Ratri mengguncang tubuh anaknya.

Setelah berpikir lama, tak ada gunanya Ricky menutupi kebenaran. Toh tujuannya sekarang memang ingin menjalin kasih dengan sang janda.

Bukan hanya sekedar berpacaran. Namun ia ingin Rena menjadi bagian dari masa depannya.

"Iya. Aku serius menyukai Mbak Rena." Ricky masih menunduk.

Kaki Ratri lemas seperti tak bertulang. Ricky sigap menangkap sang ibu dan segera mendudukkannya. Ratri tak pernah menyangka putranya yang baru belasan tahun mengidamkan wanita yang lebih tua darinya.

Baru kali ini Ratri merasa kecewa dengan anak sulungnya itu. Tak mengapa jika Ricky suka membuat masalah atau tak pernah mendapat ranking tinggi di sekolah. Pun tak masalah seandainya Ricky mempunyai pacar meskipun sudah dilarang.

Tapi kenapa harus Rena?

Ratri tak pernah membenci Rena. Ia juga mulai akrab sejak anaknya les di tempat wanita itu. Bahkan ia bisa menganggap Rena seperti adiknya sendiri.

Rena selalu mendengarkan keluh kesah Ratri. Membantunya menasehati Ricky. Dan masih banyak lagi kebaikan yang diberikan tetangga baru itu.

Sejujurnya Ratri tak akan protes kalau Ricky memang serius menyukai Rena. Hanya jika Rena bukan janda cerai!

"Maaf, Ma." Ujar Ricky sungguh-sungguh.

"Kamu suka Rena karena dia gurumu, bukan? Karena dia baik dan sering membantumu?" Ratri menggenggam erat tangan anaknya.

"Aku, aku jatuh cinta dengan Mbak Rena. Bukan hanya sebatas menyukai antara murid dan gurunya." Ricky mengaku, "Aku benar-benar ingin menjadikan Mbak Rena sebagai pendampingku kelak, Ma!"

Hati Ratri seperti tersayat pisau belati. Perasaan Ricky sudah sejauh itu. Bagaimana caranya untuk mengembalikan kepolosan anaknya?

"Apa yang sudah Rena lakukan sampai kamu bisa sampai jatuh cinta dengannya? Atau jangan-jangan benar kata mereka kalau Rena menggodamu?"

"Itu semua nggak benar, Ma! Mbak Rena bahkan belum tahu kalau aku menyukainya!"

"Belum tahu?" Ratri tersenyum kecut. "Kalau begitu jangan sampai tahu! Mama akan bilang Rena, mulai hari ini kamu sudah nggak akan les di tempatnya lagi!"

"Nggak bi-"

"Dan jangan pernah datang ke rumahnya lagi!"

***

Sejak beredar gosip-gosip tentang dirinya dan Ricky, para lelaki di kompleksnya suka menggoda. Entah hanya bersiul-siul atau langsung melontarkan ucapan yang tak pantas untuk didengar.

"Rena, kencan sama Kakak aja, yuk."

"Mbak Rena, aku nggak kalah ganteng dari Ricky lho! Jalan sama aku saja, Mbak!"

"Aku baru saja menduda. Kau boleh menikahiku!"

"Main ke rumahku, yuk! Kamu pasti bakalan puas sama aku."

Ia muak dengan ucapan para pria itu. Dan sekarang, seorang pria yang belum pernah dilihatnya tengah mondar-mandir di depan rumah.

Rena mengintip dari sela-sela gorden jendela. Sudah hampir sepuluh menit pria itu tidak pergi, tidak juga mengetuk pintu.

Pria itu tampak seperti orang baik-baik. Berpakaian rapi dan sedikit tampan. Tapi Rena sudah terlanjur takut dengan pikiran para pria di kompleks terhadap dirinya.

Namun karena risih dan khawatir dengan omongan tetangga-tetangga, ia tetap memberanikan diri untuk menemui pria itu.

"Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu? Dari tadi saya lihat Bapak berdiri di depan rumah saya."

Pria berkaca mata itu tampak terkejut. Ia mengamati Rena dari kepala sampai ujung kaki.

Rena tak suka dengan cara pria itu memandangnya. Bulu kuduknya tiba-tiba meremang.

"Pak?"

"O- oh, maaf. Benar dengan Mbak Rena ya?"

"Iya saya sendiri. Kalau boleh tahu Bapak siapa dan ada urusan apa?"

Pria itu mendekati Rena dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, "Saya Andi, suami Ratri, ayah Ricky. Boleh minta waktunya sebentar?"

Rena menyilakan Andi masuk. Netra pria itu fokus memperhatikan cara berjalan si tuan rumah dengan penuh kekaguman.

"Mau minum apa, Pak?"

"Nggak usah, Mbak. Ngomong-ngomong panggil nama atau Mas Andi juga boleh. Masa istri saya dipanggil mbak, suaminya bapak-bapak..." guraunya.

Rena tertawa kecil, "Baik, Mas Andi. Kalau boleh tahu ada keperluan apa ya? Tumben bukan Mbak Ratri sendiri yang ke sini."

Untuk sesaat Andi melupakan tujuan kedatangannya. Sosok sang janda cukup banyak mengalihkan perhatian.

Terang saja, Andi pikir Rena seperti kebanyakan janda yang ia kenal. Ternyata wanita di depannya sungguh mempesona.

"Mas Andi?" Rena tak sabar menunggu jawaban Andi.

Ia sedikit menyesal membawa Andi masuk rumah. Mata pria itu berkeliaran dari wajah Rena dan turun ke bawahnya berulang-ulang. Rena segera merapatkan jaketnya.

"Ah, itu, apa ya tadi?" Andi gelagapan menjawab. "Oh, benar! Saya mau menyampaikan pada Mbak Rena, kalau mulai hari ini Ricky mau berhenti les."

Rena tampak kecewa, "Oh, begitu. Nggak apa-apa sih. Jadi saya harus mengembalikan berapa dari uang les yang sudah dibayarkan?"

"Karena kami yang memutus perjanjian duluan, kami nggak akan minta ganti rugi. Mbak Rena bisa simpan semua biaya yang sudah dibayarkan."

"Saya nggak enak, Mas. Bagaimana kalau saya kembalikan sebagian saja?"

Andi menelan salivanya. Setiap kata yang keluar dari mulut manis sang janda membuat dirinya gugup. Sudah lama ia tak merasakan perasaan ini. Bahkan dulu sewaktu kencan pertama dengan Ratri ia tak gugup seperti sekarang.

"Kalau Mbak Rena maunya seperti itu, ya sudah saya akan terima. Tapi Mbak Rena baik-baik saja, bukan?" Andi sungguh-sungguh khawatir.

Rena segera menangkap maksud lawan bicaranya. "Iya, saya baik-baik saja.. Saya juga mau menjelaskan kalau omongan orang-orang itu nggak benar. Saya nggak mungkin menggoda anak Mas Andi."

"Iya, saya percaya dengan Mbak Rena. Justru anak saya jadi menyusahkan hidup Mbak Rena. Saya janji akan menasehatinya lebih keras!"

"Bukan salah Ricky juga." Rena berbohong, "Semua hanya kesalah pahaman orang-orang. Mas Andi nggak perlu memarahi Ricky. Kasihan."

Apa lagi yang tak dimiliki wanita ini? Sudah cantik, pintar dan pengertian. Andi berharap Ratri memiliki salah satunya.

Selagi Andi membandingkan sang janda dengan istrinya dalam hati, Rena segera mengeluarkan uang dalam dompet. Menyerahkan separuh biaya les Ricky.

"Dihitung dulu, Mas."

"Nggak perlu. Saya percaya sama Mbak Rena."

"Ngomong-ngomong Mbak Ratri baik-baik saja kan?"

"Dia sedang nggak enak badan." Andi berkilah, tahu istrinya sedang tak nyaman bicara dengan Rena.

"Ya sudah, saya pulang dulu."

Andi bangkit dan beranjak pergi. Langkahnya terhenti ketika Rena mencekal lengannya.

"Tunggu sebentar, Mas. Jangan pulang dulu."

Mungkinkah Rena ingin menghabiskan waktu dengannya lebih lama? Andi berdebar-debar senang.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Mas Andi kepedean...
goodnovel comment avatar
mey lestari
pede kali kau
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 5 : Suami Tetangga

    Rena segera melepaskan tangannya. Ia sendiri terkejut dengan gerakan spontan yang membuat orang salah paham."Maaf, Mas. Saya nggak bermaksud...""Nggak apa-apa.""Tunggu sebentar ya.""Iya, Mbak. Nggak usah terburu-buru. Santai saja."Rena melesat masuk ke ruangan lain. Sibuk memindahkan sesuatu di kantong plastik.Sementara Andi dibuat semakin penasaran. Tingkahnya kini mirip seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta."Kira-kira mau disuruh ngapain ya?" wajah dan telinga Andi memerah seperti kepiting rebus membayangkan hal yang tak pantas.Ia ingin melihat apa yang sedang dikerjakan Rena yang meninggalkannya cukup lama. Tetapi ia memutuskan untuk bersabar. Suami Ratri itu kembali senyum malu-malu melihat kemunculan Rena."Ini ada sedikit masakan buat Mbak Ratri." Rena menyerahkan bungkusan berisi makanan. "Saya sendiri yang masak. Semoga Mbak Ratri cepat sembuh."Rena dapat melihat raut wajah Andi yang penuh kekecewaan."Oh, iya. Terima kasih."Ketika Rena menyerahkan bungkusan

    Last Updated : 2022-12-05
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 6 : Lamaran

    "Rena!"Untuk pertama kali Rena lega mendengar suara itu. Andi berlari kencang ke arahnya sembari melempar barang bawaannya di tengah jalan.Pria tadi terkejut mendengar teriakan Andi lalu spontan merenggangkan dekapan. Rena sontak mendorong pria itu ke belakang sampai mereka berdua jatuh terjengkang.Andi sudah semakin dekat. Pria itu mendorong Rena dan melarikan diri secepat kilat."Berhenti!"Andi tak lagi mengejarnya. Ia memilih untuk membantu Rena bangkit dengan nafas terengah-engah."Mbak Rena, ada yang luka?""Ng- nggak ada," Rena mengusap pipinya yang basah, "Terima kasih sekali," kali ini ia mengatakannya dengan setulus hati."Kenapa Mbak Rena pulang sendiri? Untung saya cepat datang!""Ta- tadi-""Sudah, mari saya antar pulang. Saya ambil barang saya dulu di belakang.""Sa- saya ikut, Mas," Rena mencubit pleat kemeja Andi.Rena masih sangat ketakutan. Tangannya gemetaran hebat. Wanita itu tak menolak ketika Andi menggand

    Last Updated : 2022-12-06
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 7 : Pengusiran

    Rena tercengang dengan perubahan sikap Andi yang mendadak. Bisa-bisanya pria yang mengaku ingin menolong kini berbalik menuduh."Mas Andi ngomong apa barusan?"Ayah Ricky itu membenarkan kancing kemejanya yang baik-baik saja, "Mbak Rena, saya sudah bilang kalau saya ini punya istri!"Sang janda melotot padanya lalu memalingkan muka ke arah Lastri yang kian mendekat, "Ini nggak benar, Bu! Bu Lastri pasti juga lihat Mas Andi yang mendorong saya, bukan?"Lastri jelas-jelas menyaksikan keduanya sedang berpelukan tadi. Sebelum ia memergoki mereka. Entah siapa yang memulai ia tak melihatnya.Namun satu hal yang ia tahu selama bertetangga lima belas tahun dengan keluarga Ratri, Andi tidak pernah berbohong. Pria kantoran itu terkenal rajin beribadah, selalu membantu orang yang kesulitan dan tidak pernah sekali pun melirik wanita lain. Setidaknya di kompleks mereka."Bu, saya hanya ingin memberi Mbak Rena makanan untuk balasan waktu lalu Mbak Rena memberi istri s

    Last Updated : 2022-12-07
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 8 : Pengakuan

    "Saya boleh bicara?" tanya Rena dengan sikap tenang."Silakan." Pak Ridwan kemudian menghentikan protes warga."Kalau warga di sini nggak nyaman dengan keberadaan saya, maka saya akan segera angkat kaki. Tapi yang perlu kalian ingat, saya sama sekali nggak ada niat buat menggoda suami atau anak-anak kalian!"Rena bangkit dan menatap orang-orang di sekelilingnya. "Kalau suami ibu-ibu tergoda dengan perempuan lain, jangan hanya salahkan perempuannya. Tapi salahkan juga para suami yang nggak bisa menjaga hasrat dan pikiran!"Ucapannya hanya dibalas dengan seringai sinis dan merendahkan. Rena dapat menyaksikan beberapa wanita mengumpat dengan matanya."Atau mungkin ada yang salah dengan sikap ibu-ibu jika suaminya tergoda perempuan lain. Benar bukan, Mbak Ratri?" Rena mengembalikan ucapan Ratri dulu.Mulut Ratri terkatup rapat. Ekspresinya mengeras ketika sadar ia tak bisa menanggapi ucapan Rena.Sesungguhnya Rena ingin tetap diam. Tapi ia tak terima jik

    Last Updated : 2022-12-08
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 9 : Calon Istri

    Kilatan petir menerangi jalan. Kini terlihat jelas wajah sosok pria yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.Ketukan pintu samar terdengar. Rena segera beranjak menemui pria itu."Astaga! Mas Bagas bikin aku ketakutan setengah mati!""Kejutan!" Bagas tertawa renyah."Kenapa hujan-hujanan? Kok tadi nggak kasih tahu mau datang?""Tadi waktu teleponan, aku sudah di dekat sini sama teman kantor. Sekarang mobilku dia bawa buat ambil barang. Boleh nunggu di sini sebentar?""Masuk, Mas. Ya ampun, basah gitu bajunya.""Boleh pinjam baju?" Bagas menyeringai, "Nggak, bercanda! Hahaha.""Aku nggak punya baju yang muat buat Mas Bagas. Coba aku pinjam ke tetangga dulu ya.""Nggak usah, bentar lagi temanku juga datang."Rena tak memedulikan jawaban Bagas dan bergegas mengambil payung yang dibawa Bagas tadi ke rumah Pak Ridwan. Setelah tiga ketukan, Bu Tiara, istri Pak Ridwan membukakan pintu."Pak Rid-"Rahang Bu Tiara mengeras dan matanya me

    Last Updated : 2022-12-09
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 10 : Batas Kesabaran

    Rena masih terpinga-pinga, lidahnya kelu. Ia tak pernah berpikir pernah melakukan kesalahan fatal pada Bu Tiara. Tapi kenapa ibu pemilik rumah itu tiba-tiba menamparnya?Tiara menautkan alisnya, "Ini rumahku! Kamu bilang apa tadi? Aku seenaknya menerobos rumahmu? Kamu itu cuma numpang di sini! Aku punya hak untuk membuang barang dan mengusirmu!""Hah! Saya membayar sewa rumah ini sekaligus, Bu! Tunai! Kalau Ibu mau mengusir saya seenaknya, seenggaknya Ibu kasih pengembalian dari uang yang sudah saya bayarkan!""A- apa..."Rena mengerutkan wajah. Ekspresi ibu RW di depannya saat ini tampak terkejut. Ia jadi bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah pak Ridwan tidak pernah memberi tahu istrinya jika ia sudah membayar penuh uang sewa rumah?"Nggak usah bohong! Aku cuma terima uang dua juta saja. Dan itu untuk sewa sebulan ini. Sekarang kamu bisa pergi!" Tiara menunjuk-nunjuk tepat di wajah Rena."Sudah untung kita bantu beres-beres barang. Mbak Rena tinggal baw

    Last Updated : 2022-12-10
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 11 : Jadi Saksi

    "Berdebar-debar apanya! Sudah, cepat pulang sana!""Iya, iya sebentar, Mbak. Habisin minuman dulu."Rena segera menghubungi taksi agar Ricky tak lagi mencari-cari alasan. Seperti tadi saat ia menemukan Ricky meringkuk di bagian belakang mobil pikap pengangkut."Ngapain kamu di sini!" Rena setengah berteriak saking terkejutnya, begitu pula si sopir yang tak tahu menahu.Ricky menyeringai canggung. Ia berkata, "Di rumah, setiap kali bertemu Mama dan Papa ribut terus, Mbak.""Kamu cuma mau ngikutin aku, kan? Sudah pamit sama orang rumah?" Rena menyipitkan mata.Ricky menggeleng. Katanya, sejak malam itu Ratri sering pergi membawa Ari. Sedangkan Andi kembali seperti dulu. Kerap pulang malam dan semakin jarang di rumah.Dari ceritanya pula, akhirnya Rena tahu kalau saat Andi tiba-tiba datang melamarnya, Ricky diam-diam membuntuti ayahnya dan merekam semua pembicaraan mereka."Sebenarnya aku nggak tega harus mengungkap semua. Tapi Mama juga berhak tahu. Dan

    Last Updated : 2022-12-11
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 12 : Rencana Rahasia

    "Semalam kamu..." Tomi ragu melanjutkan kalimatnya."Semalam saya kenapa, Pak?" Rena pura-pura tak tahu."Aku dengar semalam kamu masuk ke ruangan ini. Apa yang kamu lakukan?"Rena bernafas lega. Meskipun memasang wajah polos namun dalam hati ia takut setengah mati. Lebih tepatnya ia malu sekaligus khawatir karena mengetahui perselingkuhan sang direktur. Tepat di depan matanya. Sekaligus menyaksikan adegan intim malam itu."Saya agak malu mau bilang. Sebenarnya semalam saya ketakutan jalan sendiri di lorong. Kebetulan sampai di depan kantor Pak Tomi. Jadi saya buru-buru masuk untuk menenangkan diri."Pertanyaan-pertanyaan terus mengalir di benak Rena. Mengapa Tomi tak menanggapi? Apa sang direktur percaya dengan kebohongannya?Tomi tenggelam dalam pikirannya sendiri. Pandangannya lurus ke arah Rena tapi netranya tampak kosong."Pak?" Rena memiringkan kepala."Ah, oh, ya. Aku kira ada perlu apa. Ya sudah, Rena bisa kembali sekarang.""Nggak ada barang yang hilang, bukan? Saya khawatir

    Last Updated : 2022-12-12

Latest chapter

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 103 : Akhir yang ...

    "Nggak... Itu nggak mungkin.""Apanya yang nggak mungkin? Kenapa kamu ke sini?""Aku pikir ada masalah karena Billy meliburkan semua orang. Ternyata bukan hanya masalah. Tetapi masalah besar!" Kilatan di mata Aurora berubah. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu situasi."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" Billy muncul dari pintu."Kamu juga ada di sini? Jangan bilang... Kamu nggak mengejar Rena lagi karena...." Aurora kehilangan kata-kata."Apa yang mau Mama katakan?""Nggak, itu nggak mungkin." Aurora menggeleng-geleng tak percaya.Ingatan Aurora kembali ke malam itu. Ketika ia menemui Widya untuk mengatakan jika ia telah memenangkan David.Widya tengah menunggu di seberang jalan stasiun yang saat itu belum begitu ramai. Wanita itu terkejut melihatnya alih-alih David yang telah lama dinanti."Mau apa kamu ke sini, Aurora?""Untuk membayar kesalahan suamiku padamu.""Apa maksudmu?""David nggak akan pernah kembali padamu, Widya. Dia nggak akan mau meninggalkan semua fasilitas yang ia milik

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 102 : Piknik Keluarga

    Rena gemetaran dalam dekapan Joshua di sampingnya. Ia takut menunggu reaksi ayah kandungnya.David hanya membuka mulut tak begitu percaya kata-kata Billy. Kemudian Billy menyodorkan hasil tes DNA yang diberikan Oliver saat di pulau waktu itu.Semua orang bisa tahu, Billy lah yang meremas-remas kertas itu sampai kusut dan sobek di beberapa bagian. Untungnya, hasil tes DNA masih bisa terbaca.Probabilitas David Ethan sebagai ayah biologis dari Renata Cahyani adalah 99,999%."A-apakah ini nyata?" David berdiri sambil memandangi Rena."Si tua Oliver itu yang melakukan tes DNA diam-diam. Nggak tahu dapat sampel dari mana."Air mata David kembali meleleh. "Kamu... Rena... Kamu anakku dan Widya? Oh Tuhan, ini pasti keajaiban!" David bersimpuh seperti orang yang sedang berdoa.Reaksi David membuat hati Rena bergejolak. Ia menyembunyikan wajah ke dalam jaket suaminya. Ada rasa senang sekaligus malu."Jadi... Bayi ini cucuku?""Iya, Pa. Tadinya dia akan menjadi anak tiriku, ternyata malah jadi

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 101 : Rahasia Aurora

    "Papa menyesal selama ini hanya diam saja, sedangkan papa tahu semua perbuatan burukmu." Mata David berkaca-kaca. "Papa merasa gagal sebagai seorang ayah. Maafkan papa, Bill."Mulut Billy sedikit terbuka, hampir mengucap sesuatu. Tapi David lebih cepat memotongnya."Papa tahu perbuatanmu dan Aurora demi untuk mendapatkan keinginan kalian. Tapi ini nggak benar, Billy. Belum ada sejarahnya seorang pria di keluarga kita menjadi suami kedua."Billy terkekeh-kekeh. "Aku hampir tergoda dengan usulmu, Pa.""Maaf, mengecewakan, Om. Tapi saya nggak akan pernah rela membagi istri saya dengan lelaki lain," tegas Joshua."Lalu..."Rena segera memotongnya, "Mari kita selesaikan makanannya dulu. Setelah ini baru bicara."Tiga puluh menit kemudian, di atas meja makan hanya tersisa minuman. Tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan.Suara khas bayi milik Ethan dari dalam kereta dorong bayi memecah keheningan. Joshua menirukan suara anaknya. Lagi-lagi sibuk memeriksa gigi Ethan dan tak m

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 100 : Bertemu Ayah Kandung

    Joshua mencengkeram kemudi dengan erat ketika melihat istrinya memeluk pria lain. Meskipun tahu siapa Billy bagi istrinya."Ah, bikin nggak tenang."Joshua membanting pintu mobil dengan kencang. Ia pun berjalan menghampiri mereka berdua yang tak sadar oleh kehadirannya.Setelah mendengar pengakuan Billy dan Rena, Joshua mundur teratur agar tak ketahuan mencuri dengar. Ia menyesal sudah marah-marah dan curiga berlebihan."Mereka lagi shooting sinetron? Mantan pacarku tercinta ternyata anak kandung Papaku?" Joshua terkekeh oleh leluconnya sendiri."Itu sama sekali nggak lucu, Josh! Istrimu sedang sedih!" Ia membentak dirinya sendiri.Sementara itu, Rena tengah menyeka air mata Billy. "Sudah, jangan menangis lagi.""Apa yang kamu inginkan sekarang, Rena?""Maksudmu? Tentang apa?""Mamaku. Dia yang sudah...""Aku nggak tahu, Bill. Aku marah sekali waktu tahu ibuku meninggal karena mamamu. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya dan memanggilnya ibu." Rena kembali terisak."Katanya janga

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 99 : Kakak Adik

    Tangan Rena bergetar hebat dan hampir menjatuhkan satu ikat kertas di tangannya. Joshua sigap menggenggam kedua tangan istrinya."I- ini... I -ini pasti salah. Nggak mungkin mereka orang tuaku, Josh!""Shhh, shhh... Mau dibaca dulu keterangan di belakangnya? Haruskah aku yang membacakannya untukmu?"Rena mengangguk.Joshua mengambil kertas itu dengan posisi duduk yang masih sama. Membalik foto pernikahan Aurora dan David, lalu mulai membaca isi dalam dokumen itu."Nama ayah kandungmu David Ethan dan nama ibumu Widya Cahyani."Rena membungkam mulut dengan kedua tangannya sendiri. "Apa ibuku...." Rena terisak."25 tahun yang lalu, David melayangkan gugatan perceraian kepada Aurora. Karena David mengetahui perselingkuhan Aurora dengan..." Joshua tiba-tiba mengumpat."Dengan siapa, Josh?""Aditya Wijaya, ayah Gladis."Rena menatap sang suami tak percaya."Sejak itu, David sering tak pulang. Dia bahkan membeli rumah sendiri. Dan selama satu tahun, David diam-diam berhubungan dengan Widya,

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 98 : Orang Tua Rena

    Di ruang keluarga Gavin, para anggota keluarga masih berbincang-bincang. Kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tak terduga."Aurora Volker! Bagaimana dia bisa masuk ke sini?!" Teriak James."Aku nggak pernah mengundangmu ke rumahku, Nyonya Volker," kata Peter."Aku yang menyuruhnya datang!" Seruan Oliver membuat semua orang terdiam. "Ikut aku, Nyonya Volker."Aurora membuntuti Oliver ke arah ruang kerja Peter. Wanita itu sama sekali tak memandang satu pun anggota keluarga Gavin yang lain. Jika bukan karena Oliver memiliki kartunya, mana sudi ia menginjakkan kaki di tempat ini."Langsung saja, katakan apa yang ingin Anda sampaikan," kata Aurora dengan sikap menantang."Kamu memang Volker sejati. Nggak terlihat gentar walaupun dalam hati ketakutan." Oliver terkekeh-kekeh."Aku sibuk, Tuan Besar Gavin. Kalau hanya mau basa basi, bilang saja ke sekretarisku.""Baik, baik." Oliver duduk berhadapan dengan Aurora. "Aku sudah memberi tahu Billy Volker tentang rahasiamu.""

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 97 : Pria Sejati

    Meskipun hari mulai gelap, para tamu masih memenuhi hotel. Tempat acara diperluas sampai ke dalam karena semakin banyak tamu yang datang. Sebab beberapa orang mendapat undangan di jam yang berbeda.Di sebuah layar di dalam hotel, rekaman Joshua dan Rena tadi diputar berulang-ulang. Orang yang baru datang pun bisa tahu acara yang sesungguhnya bukan hanya ulang tahun perusahaan.Rena dan Joshua duduk di sofa paling depan. Memberi salam dan berjabat tangan dengan para tamu silih berganti. Seperti pengantin baru pada umumnya.Kelompok yang pernah bertemu Rena di bar dulu ikut bergabung. Berfoto-foto lalu mengobrol seru."Ya ampun, aku nggak pernah menyangka kamu mau sama dia, Ren!""Iya, astaga! Kasihan sekali hidupmu!""Kalian mau dipecat, hah?!" Sentak Joshua.Para pria dan wanita itu cukup dekat dan terbiasa bersikap kurang ajar pada atasannya di luar kantor. Tapi mereka cukup sopan dan tahu posisi masing-masing saat bekerja.Mereka terus saja menggoda Joshua sampai wajah suami Rena it

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 96 : Nyonya Gavin

    Seminggu berlalu, pesta pun tiba. Hari ini tepat satu tahun ulang tahun pernikahan Rena dan Joshua. Sekaligus merayakan kelahiran Ethan meskipun telah 3 bulan berlalu.Acara diselenggarakan di halaman belakang Hotel Gavin sore ini. Para tamu undangan telah memenuhi area hotel.Oliver dan para tetua Gavin yang memasuki area diiringi tepuk tangan para undangan. Banyak karyawan yang belum tahu sosok Oliver Gavin itu. Sebab Oliver jarang sekali keluar pulau."Wah, kakeknya Pak Josh tampan sekali," ujar Cynthia."Betul... betul... Aku mau tuh jadi istri kedua," tukas wanita lainnya."Itu Alexa ada di belakang mereka. Dengar-dengar acara ini juga untuk merayakan pesta cucunya. Jangan-jangan beneran tuh Pak Josh mau menikah dengan Alexa."Sabrina mengerutkan kening tak suka. "Aku nggak pernah dengar tuh. Lagi pula di undangan cuma merayakan hari jadi Gavin Corp saja. Jangan banyak gosip kalian!""Eciee, yang tiap hari masakin calon suami," goda Ririn, teman Sabrina.Karyawati di Gavin Corp t

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 95 : Masak Garam

    "Kamu mau bilang dia istrimu?""Siapa lagi kalau bukan dia?""Jangan gila, Josh! Tadi bilang kalau kamu tahu aku mau ke sini, bukan?""Aku bilang, mungkin tahu tujuanmu ke sini. Mana aku tahu kamu mau datang.""Nggak, nggak. Aku yakin kamu tahu. Lalu kamu mau membuatku cemburu dengan pura-pura tidur dengan perempuan ini, bukan?"Joshua menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia sudah berusaha menjelaskan sebaik mungkin tapi lawan bicaranya tak juga mengerti."Jawab, Josh!""Kamu tunggu di luar saja. Aku mau pakai baju dulu."Alexa menangis tapi Ethan menangis lebih keras. "B- bayi siapa itu?""Itu anakku, Lexa."Rena membuai tempat tidur Ethan tapi ia terus menangis keras. Disusui pun tak mau.Rena bisa melihat Alexa terus menangis sambil menatap dirinya. Ia pun menuju ke arahnya. Memamerkan muka Ethan agar Alexa tahu bahwa Joshua tak bohong. Alexa menyumpal mulutnya ketika menatap Ethan."Gendong dia, Josh. Aku pusing," perintah Rena."Sebentar, Mamah. Aku pakai baju dulu." Joshua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status