Home / Romansa / Sang Janda dan Para Pria Penggoda / Chapter 3 : Tertangkap Basah

Share

Chapter 3 : Tertangkap Basah

Author: VERARI
last update Last Updated: 2022-12-02 21:52:09

"Maaf," bisiknya. Ricky tak menjawab. Masih sibuk berbicara di telepon.

Untung saja Rena tak bisa melihat dalam kegelapan. Wajah Ricky merah padam. Darahnya berdesir oleh sentuhan singkat itu.

"Mbak tadi ngomong sama aku?" tanyanya sok polos.

"Nggak, nggak kok. Kenapa mamamu?"

"Oh, mereka bakalan pulang telat. Air di depan kantornya sedikit meluap."

Rena mengintip jam di ponsel muridnya. Sudah lebih pukul sembilan malam. Waktunya anak sekolah untuk beristirahat.

"Tunggu di sini saja dulu. Tidur di kamar Mbak nggak apa-apa. Nanti Mbak bangunin kalau mamanya sudah datang atau hujannya reda."

"Nggak usah, Mbak. Nanti Mbak Rena ketakutan aku tinggalin sendirian di sini." Ricky menyeringai nakal.

Ucapannya benar. Rena hanya berbasa-basi menawarinya tidur. Sesungguhnya ia tak suka sendirian dalam gelap, hujan lebat dan berpetir pula!

Semakin malam mereka semakin sedikit bicara. Berbanding terbalik dengan hujan yang turun semakin lebat.

Kali ini Rena benar-benar menawarkan kamar untuk digunakan Ricky. Ia sudah lebih terbiasa dengan kegelapan. Dan ia tak bisa membiarkan anak didiknya kemalaman beristirahat.

"Di sofa saja, Mbak. Aku juga takut tidur gelap-gelapan. Mana handphone mati semua. Nggak ada lilin juga."

"Haha, maaf. Mbak belum belanja barang-barang."

Mereka akhirnya merebahkan diri di sofa yang saling berhadapan. Suasana sedikit canggung. Ia tak mengira akan menghabiskan malam dengan muridnya sendiri.

"Mbak, nanti kalau kita sama-sama ketiduran gimana?"

"Ya mau gimana lagi?" jawabnya malas-malasan.

Hawa dingin membuat Rena mengantuk. Hanya hitungan menit saja ia tertidur pulas.

Ricky mengamati diri Rena dari seberang. "Katanya mau bangunin. Dianya tidur sendiri," ia terkekeh.

Pemuda itu bangkit, berjinjit menuju gurunya. Kemudian menyelimutkan jaket di atas lengan gurunya.

Tangannya yang jahil menyentuh hidung sang janda. Ia terkekeh tanpa suara melihat reaksi lucu wanita itu.

"Cantik sekali," bisiknya lirih, "Kalau aku yang jadi suamimu, aku nggak akan pernah ninggalin kamu, Mbak."

Karena sentuhan Ricky tadi, Rena sebenarnya terbangun. Tapi mendengar pernyataan Ricky, ia pura-pura tidur.

***

Mobil sedan hitam terparkir di pinggir jalan. Seorang pria dengan seikat bunga mengetuk lembut pintu rumah bercat merah muda. Sembari menunggu tuan rumah, pria itu merapikan setelannya.

Tak berselang lama perempuan cantik nan anggun membukakan pintu dengan senyum menawan, "Mas Bagas!"

"Hai, gimana kabarnya?" Bagas mengulurkan bunga mawar putih padanya, "Buat menyelamati rumah baru."

Rena menghirup aroma bunga, "Cantik sekali. Makasih ya. Ayo masuk, Mas!"

Pandangan Bagas berkelana di seisi ruangan. Matanya berhenti ke sekelompok anak-anak sekolah yang tengah belajar di ruangan lainnya.

Tatapannya saling beradu dengan salah seorang anak didik teman wanitanya. Ia langsung tahu siapa pemuda itu.

Kemarin malam Rena berkeluh-kesah padanya. Ia agak terkejut mendengar anak peserta lesnya diam-diam menaruh hati padanya.

Meskipun tahu Rena cantik dan menarik di mata kebanyakan pria, ia tak menyangka seorang bocah remaja pun bisa jatuh cinta padanya.

Bagas berinisiatif untuk membantu Rena. Seolah mereka mempunyai hubungan yang dekat. Agar remaja itu sadar posisinya. Mengingat Rena yang berhati lembut enggan untuk menyakiti pemuda itu secara langsung.

Di samping itu, mendengar cerita Rena, ia sedikit merasa cemburu. Ia lebih dulu mengenal sang janda. Dan hubungan mereka sudah jauh lebih dekat dari sebelumnya. Tapi seorang bocah ingusan seenaknya mau menyerobot kesempatan.

Tak bisa dipungkiri, Bagas memang tertarik dengan Rena. Ia suka walau hanya sekedar saling bertukar pesan. Apalagi mendengar suara wanita itu.

Rena memiliki semua kriteria yang ia cari selama ini. Hanya saja status janda sedikit mempengaruhi penilaiannya. Ia tak bisa bohong kalau mengidamkan perempuan yang masih perawan untuk menjadi pasangan hidup.

"Maaf ya, Mas. Aku sebentar lagi selesai mengajar."

"Iya, santai saja."

"Mau minum apa Mas?"

Ricky yang sedari tadi mengamati mereka tiba-tiba menghampiri guru lesnya itu, "Ada tamu, Mbak? Aku saja yang bikinin minuman. Mbak ke ruang belajar saja. Masih banyak yang harus dijelaskan."

"Oh, aku bantu boleh?" tanya Bagas.

"Nggak perlu, Pak! Saya saja cukup untuk melayani tamu." Ricky tersenyum meremehkan.

Bagas menggertakkan gigi sembari menahan emosi dalam hati, "Bocah sialan! Siapa yang kamu panggil pak?!"

"Oh, ya sudah. Aku tunggu di sini saja, Dik. Makasih ya! Pinter banget masih kecil sudah bisa bikin minuman."

Ricky hampir saja menendang lutut Bagas jika bukan karena Rena. "Sepertinya ini bapak-bapak sudah tahu siapa lawannya!" geramnya dalam hati.

"Iya dong. Zaman sekarang, anak kecil pun bisa lebih jago dari orang dewasa. Hehe. Biasa lah, Pak, anak muda punya lebih banyak stamina!" cibirnya, "Jadi harus banyak bergerak!"

Ricky keluar membawa dua cangkir kopi. Satu untuk tamu gurunya, satu lagi untuk dirinya sendiri.

Bagas sedikit heran dengan tingkah berani pemuda itu. Menyeruput kopi sendiri sebelum mempersilakan tamunya.

"Kamu nggak ikut belajar lagi, Dik?"

"Oh, saya sudah selesai, Pak." Ricky membusungkan dada.

"Wah, Adik pasti pintar ya. Tapi kok nggak pulang? Katanya sudah selesai?"

Ricky membatin, "Ah, sial! Benar katanya! Aku harus cari alasan biar bisa nungguin Mbak Rena sampai orang ini pulang."

Dan itulah yang dilakukannya. Mengerjakan tugas-tugas yang sebenarnya tak perlu diselesaikan. Sampai anak-anak lain pulang Rena masih mengizinkannya tinggal sampai tugas palsu itu selesai.

Sesekali ia melirik ke arah dua orang yang sedang asik bercakap-cakap itu. Ia tak begitu mendengar obrolan mereka berdua tapi bisa tahu kalau keduanya cukup dekat.

Mendadak hatinya panas. Kesempatannya tiba-tiba menguap begitu saja karena kehadiran pria lain.

Tadinya ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Rena. Ia sudah memikirkan kemungkinan besar Rena akan menolaknya.

Tapi ia tak bisa lagi menutupi rasa sayangnya. Ia tahu Rena wanita yang baik dan pengertian.

Bisa jadi Rena akan memberinya kesempatan. Mungkin juga mau menunggu sampai ia dewasa dan matang.

"Ricky, Mbak mau keluar dulu ya. Nanti kunci rumahnya ditaruh di bawah pot dekat pintu saja."

"Nggak usah, Mbak. Aku pulang sekarang saja." Ia menunduk lesu, cepat menyadari situasi.

Angan-angan positifnya terkikis sedikit demi sedikit. Saat ia melihat mobil mewah si pesaing, hatinya menciut. Butuh waktu berapa tahun ia bisa mendapatkan itu semua?

Sementara itu, Rena senang bisa berjumpa lagi dengan Bagas. Mereka menghabiskan waktu di beberapa tempat yang belum pernah Rena datangi.

"Padahal niatnya cuma mau bikin Ricky menjauh. Malah diajak ke mana-mana."

"Santai saja. Aku juga lagi penat mengurusi pekerjaan."

"Ya sudah, kita pulang sekarang saja."

Berbanding terbalik dengan dugaannya, Ricky ternyata masih menunggu di luar pagar rumah Rena. Ia menggigit kecil bibir bawahnya.

"Dia masih di sana."

"Mau kota-kota sejam lagi?"

"Nggak usah, Mas. Aku pulang saja. Terima kasih banyak ya buat hari ini."

Bagas mengunci pintu mobil. "Aku tahu kamu pasti akan menyerah. Hatimu terlalu lembut. Kamu nggak tega melihatnya, bukan?"

Rena memejamkan mata cukup lama. Merenungkan apa yang sebaiknya ia lakukan pada anak didiknya.

"Nggak, Mas. Lebih baik kalau aku menghadapinya langsung. Biarkan dia langsung mengutarakan perasaannya. Jadi aku bisa langsung tegas menolak."

Bagas berpikir sejenak, "Kamu yakin?" Rena mengangguk.

Ricky terlonjak mendengar deru mobil di depannya. Ia sebenarnya tak mau terlihat sedang menunggu. Tapi karena sedikit ketiduran ia tertangkap basah.

Benar apa yang ia pikirkan. Rena tampaknya cukup bersenang-senang malam ini. Raut wajah perempuan itu terlihat lebih bersinar-sinar dari sebelumnya.

Atau karena sudah larut malam, lantas perempuan itu terlihat lebih menarik baginya?

"Huh, Ricky? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Rena pura-pura tidak tahu.

"Cari udara segar saja. Aku pulang duluan ya!"

"Ah, ya. Selamat malam." Rena dan Bagas saling memandang sekilas.

Bagas tak lagi terlihat. Rena memungut kunci yang disembunyikan anak tetangganya itu. Ia berbalik ketika mendengar derap kaki yang semakin mendekat.

Ricky tengah berlarian ke arahnya. Wajah pemuda itu merah padam. Matanya sedikit berkaca-kaca. Entah karena mengantuk atau sedang bersedih.

Pemuda itu berkata, "Mbak, ada yang ingin aku tanyakan."

"Besok saja. Mbak sudah mengantuk," Rena berkilah.

"Sebentar saja!" Ricky bersikeras, "Bapak tadi pacar Mbak?"

Rena tak bisa berbohong, "Bukan," jawabnya singkat.

Ricky menghela nafas lega. Entah dari mana keberanian itu, ia menggenggam tangan sang janda. "Aku-"

Sebelum menyelesaikan ucapannya, beberapa peronda melewati mereka. Rena buru-buru melepas tangan pemuda itu. Namun para peronda itu sudah terlanjur melihatnya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Ya ampun, bakal diapain mereka???
goodnovel comment avatar
Hesti
terciduk cuma gandengan pdhl
goodnovel comment avatar
SigitMtq
keren mantap mantap bos
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 4 : Gosip

    "Sudah dengar belum, Bu? Katanya si mbak janda yang itu tuh, semalam berdua-duaan sama anaknya Mbak Ratri.""Masa sih? Kelihatannya kalem gitu. Yang bilang siapa?""Mas-mas ronda semalam mergokin mereka.""Aduh, Bu. Zaman sekarang muka kalem nggak tahu dalamannya gimana!""Haa, namanya juga janda. Lama nggak ada pegang, bocah pun diembat!"Gosip para tetangga sampai juga di telinga Ratri. Ibu muda itu meskipun sering bicara blak-blakan, ia tak mudah percaya omongan orang. Apalagi ia kenal dekat dengan wanita yang tengah digosipkan.Sejak les di tempat Rena, nilai anaknya semakin membaik. Sudah hampir sebulan ini ia tak mendapat laporan negatif dari sekolah. Pun Ricky lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada keluyuran dengan teman-temannya yang urakan.Namun omongan para tetangga tetap membuat telinga panas. Karena anaknya sendiri yang jadi topik utama."Sementara ini nggak usah les dulu ya." Ratri akhirnya memutuskan."Kenapa, Ma? Bentar lagi kan ujian!" Ricky memprotes, "Ja

    Last Updated : 2022-12-04
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 5 : Suami Tetangga

    Rena segera melepaskan tangannya. Ia sendiri terkejut dengan gerakan spontan yang membuat orang salah paham."Maaf, Mas. Saya nggak bermaksud...""Nggak apa-apa.""Tunggu sebentar ya.""Iya, Mbak. Nggak usah terburu-buru. Santai saja."Rena melesat masuk ke ruangan lain. Sibuk memindahkan sesuatu di kantong plastik.Sementara Andi dibuat semakin penasaran. Tingkahnya kini mirip seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta."Kira-kira mau disuruh ngapain ya?" wajah dan telinga Andi memerah seperti kepiting rebus membayangkan hal yang tak pantas.Ia ingin melihat apa yang sedang dikerjakan Rena yang meninggalkannya cukup lama. Tetapi ia memutuskan untuk bersabar. Suami Ratri itu kembali senyum malu-malu melihat kemunculan Rena."Ini ada sedikit masakan buat Mbak Ratri." Rena menyerahkan bungkusan berisi makanan. "Saya sendiri yang masak. Semoga Mbak Ratri cepat sembuh."Rena dapat melihat raut wajah Andi yang penuh kekecewaan."Oh, iya. Terima kasih."Ketika Rena menyerahkan bungkusan

    Last Updated : 2022-12-05
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 6 : Lamaran

    "Rena!"Untuk pertama kali Rena lega mendengar suara itu. Andi berlari kencang ke arahnya sembari melempar barang bawaannya di tengah jalan.Pria tadi terkejut mendengar teriakan Andi lalu spontan merenggangkan dekapan. Rena sontak mendorong pria itu ke belakang sampai mereka berdua jatuh terjengkang.Andi sudah semakin dekat. Pria itu mendorong Rena dan melarikan diri secepat kilat."Berhenti!"Andi tak lagi mengejarnya. Ia memilih untuk membantu Rena bangkit dengan nafas terengah-engah."Mbak Rena, ada yang luka?""Ng- nggak ada," Rena mengusap pipinya yang basah, "Terima kasih sekali," kali ini ia mengatakannya dengan setulus hati."Kenapa Mbak Rena pulang sendiri? Untung saya cepat datang!""Ta- tadi-""Sudah, mari saya antar pulang. Saya ambil barang saya dulu di belakang.""Sa- saya ikut, Mas," Rena mencubit pleat kemeja Andi.Rena masih sangat ketakutan. Tangannya gemetaran hebat. Wanita itu tak menolak ketika Andi menggand

    Last Updated : 2022-12-06
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 7 : Pengusiran

    Rena tercengang dengan perubahan sikap Andi yang mendadak. Bisa-bisanya pria yang mengaku ingin menolong kini berbalik menuduh."Mas Andi ngomong apa barusan?"Ayah Ricky itu membenarkan kancing kemejanya yang baik-baik saja, "Mbak Rena, saya sudah bilang kalau saya ini punya istri!"Sang janda melotot padanya lalu memalingkan muka ke arah Lastri yang kian mendekat, "Ini nggak benar, Bu! Bu Lastri pasti juga lihat Mas Andi yang mendorong saya, bukan?"Lastri jelas-jelas menyaksikan keduanya sedang berpelukan tadi. Sebelum ia memergoki mereka. Entah siapa yang memulai ia tak melihatnya.Namun satu hal yang ia tahu selama bertetangga lima belas tahun dengan keluarga Ratri, Andi tidak pernah berbohong. Pria kantoran itu terkenal rajin beribadah, selalu membantu orang yang kesulitan dan tidak pernah sekali pun melirik wanita lain. Setidaknya di kompleks mereka."Bu, saya hanya ingin memberi Mbak Rena makanan untuk balasan waktu lalu Mbak Rena memberi istri s

    Last Updated : 2022-12-07
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 8 : Pengakuan

    "Saya boleh bicara?" tanya Rena dengan sikap tenang."Silakan." Pak Ridwan kemudian menghentikan protes warga."Kalau warga di sini nggak nyaman dengan keberadaan saya, maka saya akan segera angkat kaki. Tapi yang perlu kalian ingat, saya sama sekali nggak ada niat buat menggoda suami atau anak-anak kalian!"Rena bangkit dan menatap orang-orang di sekelilingnya. "Kalau suami ibu-ibu tergoda dengan perempuan lain, jangan hanya salahkan perempuannya. Tapi salahkan juga para suami yang nggak bisa menjaga hasrat dan pikiran!"Ucapannya hanya dibalas dengan seringai sinis dan merendahkan. Rena dapat menyaksikan beberapa wanita mengumpat dengan matanya."Atau mungkin ada yang salah dengan sikap ibu-ibu jika suaminya tergoda perempuan lain. Benar bukan, Mbak Ratri?" Rena mengembalikan ucapan Ratri dulu.Mulut Ratri terkatup rapat. Ekspresinya mengeras ketika sadar ia tak bisa menanggapi ucapan Rena.Sesungguhnya Rena ingin tetap diam. Tapi ia tak terima jik

    Last Updated : 2022-12-08
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 9 : Calon Istri

    Kilatan petir menerangi jalan. Kini terlihat jelas wajah sosok pria yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.Ketukan pintu samar terdengar. Rena segera beranjak menemui pria itu."Astaga! Mas Bagas bikin aku ketakutan setengah mati!""Kejutan!" Bagas tertawa renyah."Kenapa hujan-hujanan? Kok tadi nggak kasih tahu mau datang?""Tadi waktu teleponan, aku sudah di dekat sini sama teman kantor. Sekarang mobilku dia bawa buat ambil barang. Boleh nunggu di sini sebentar?""Masuk, Mas. Ya ampun, basah gitu bajunya.""Boleh pinjam baju?" Bagas menyeringai, "Nggak, bercanda! Hahaha.""Aku nggak punya baju yang muat buat Mas Bagas. Coba aku pinjam ke tetangga dulu ya.""Nggak usah, bentar lagi temanku juga datang."Rena tak memedulikan jawaban Bagas dan bergegas mengambil payung yang dibawa Bagas tadi ke rumah Pak Ridwan. Setelah tiga ketukan, Bu Tiara, istri Pak Ridwan membukakan pintu."Pak Rid-"Rahang Bu Tiara mengeras dan matanya me

    Last Updated : 2022-12-09
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 10 : Batas Kesabaran

    Rena masih terpinga-pinga, lidahnya kelu. Ia tak pernah berpikir pernah melakukan kesalahan fatal pada Bu Tiara. Tapi kenapa ibu pemilik rumah itu tiba-tiba menamparnya?Tiara menautkan alisnya, "Ini rumahku! Kamu bilang apa tadi? Aku seenaknya menerobos rumahmu? Kamu itu cuma numpang di sini! Aku punya hak untuk membuang barang dan mengusirmu!""Hah! Saya membayar sewa rumah ini sekaligus, Bu! Tunai! Kalau Ibu mau mengusir saya seenaknya, seenggaknya Ibu kasih pengembalian dari uang yang sudah saya bayarkan!""A- apa..."Rena mengerutkan wajah. Ekspresi ibu RW di depannya saat ini tampak terkejut. Ia jadi bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah pak Ridwan tidak pernah memberi tahu istrinya jika ia sudah membayar penuh uang sewa rumah?"Nggak usah bohong! Aku cuma terima uang dua juta saja. Dan itu untuk sewa sebulan ini. Sekarang kamu bisa pergi!" Tiara menunjuk-nunjuk tepat di wajah Rena."Sudah untung kita bantu beres-beres barang. Mbak Rena tinggal baw

    Last Updated : 2022-12-10
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 11 : Jadi Saksi

    "Berdebar-debar apanya! Sudah, cepat pulang sana!""Iya, iya sebentar, Mbak. Habisin minuman dulu."Rena segera menghubungi taksi agar Ricky tak lagi mencari-cari alasan. Seperti tadi saat ia menemukan Ricky meringkuk di bagian belakang mobil pikap pengangkut."Ngapain kamu di sini!" Rena setengah berteriak saking terkejutnya, begitu pula si sopir yang tak tahu menahu.Ricky menyeringai canggung. Ia berkata, "Di rumah, setiap kali bertemu Mama dan Papa ribut terus, Mbak.""Kamu cuma mau ngikutin aku, kan? Sudah pamit sama orang rumah?" Rena menyipitkan mata.Ricky menggeleng. Katanya, sejak malam itu Ratri sering pergi membawa Ari. Sedangkan Andi kembali seperti dulu. Kerap pulang malam dan semakin jarang di rumah.Dari ceritanya pula, akhirnya Rena tahu kalau saat Andi tiba-tiba datang melamarnya, Ricky diam-diam membuntuti ayahnya dan merekam semua pembicaraan mereka."Sebenarnya aku nggak tega harus mengungkap semua. Tapi Mama juga berhak tahu. Dan

    Last Updated : 2022-12-11

Latest chapter

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 103 : Akhir yang ...

    "Nggak... Itu nggak mungkin.""Apanya yang nggak mungkin? Kenapa kamu ke sini?""Aku pikir ada masalah karena Billy meliburkan semua orang. Ternyata bukan hanya masalah. Tetapi masalah besar!" Kilatan di mata Aurora berubah. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu situasi."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" Billy muncul dari pintu."Kamu juga ada di sini? Jangan bilang... Kamu nggak mengejar Rena lagi karena...." Aurora kehilangan kata-kata."Apa yang mau Mama katakan?""Nggak, itu nggak mungkin." Aurora menggeleng-geleng tak percaya.Ingatan Aurora kembali ke malam itu. Ketika ia menemui Widya untuk mengatakan jika ia telah memenangkan David.Widya tengah menunggu di seberang jalan stasiun yang saat itu belum begitu ramai. Wanita itu terkejut melihatnya alih-alih David yang telah lama dinanti."Mau apa kamu ke sini, Aurora?""Untuk membayar kesalahan suamiku padamu.""Apa maksudmu?""David nggak akan pernah kembali padamu, Widya. Dia nggak akan mau meninggalkan semua fasilitas yang ia milik

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 102 : Piknik Keluarga

    Rena gemetaran dalam dekapan Joshua di sampingnya. Ia takut menunggu reaksi ayah kandungnya.David hanya membuka mulut tak begitu percaya kata-kata Billy. Kemudian Billy menyodorkan hasil tes DNA yang diberikan Oliver saat di pulau waktu itu.Semua orang bisa tahu, Billy lah yang meremas-remas kertas itu sampai kusut dan sobek di beberapa bagian. Untungnya, hasil tes DNA masih bisa terbaca.Probabilitas David Ethan sebagai ayah biologis dari Renata Cahyani adalah 99,999%."A-apakah ini nyata?" David berdiri sambil memandangi Rena."Si tua Oliver itu yang melakukan tes DNA diam-diam. Nggak tahu dapat sampel dari mana."Air mata David kembali meleleh. "Kamu... Rena... Kamu anakku dan Widya? Oh Tuhan, ini pasti keajaiban!" David bersimpuh seperti orang yang sedang berdoa.Reaksi David membuat hati Rena bergejolak. Ia menyembunyikan wajah ke dalam jaket suaminya. Ada rasa senang sekaligus malu."Jadi... Bayi ini cucuku?""Iya, Pa. Tadinya dia akan menjadi anak tiriku, ternyata malah jadi

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 101 : Rahasia Aurora

    "Papa menyesal selama ini hanya diam saja, sedangkan papa tahu semua perbuatan burukmu." Mata David berkaca-kaca. "Papa merasa gagal sebagai seorang ayah. Maafkan papa, Bill."Mulut Billy sedikit terbuka, hampir mengucap sesuatu. Tapi David lebih cepat memotongnya."Papa tahu perbuatanmu dan Aurora demi untuk mendapatkan keinginan kalian. Tapi ini nggak benar, Billy. Belum ada sejarahnya seorang pria di keluarga kita menjadi suami kedua."Billy terkekeh-kekeh. "Aku hampir tergoda dengan usulmu, Pa.""Maaf, mengecewakan, Om. Tapi saya nggak akan pernah rela membagi istri saya dengan lelaki lain," tegas Joshua."Lalu..."Rena segera memotongnya, "Mari kita selesaikan makanannya dulu. Setelah ini baru bicara."Tiga puluh menit kemudian, di atas meja makan hanya tersisa minuman. Tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan.Suara khas bayi milik Ethan dari dalam kereta dorong bayi memecah keheningan. Joshua menirukan suara anaknya. Lagi-lagi sibuk memeriksa gigi Ethan dan tak m

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 100 : Bertemu Ayah Kandung

    Joshua mencengkeram kemudi dengan erat ketika melihat istrinya memeluk pria lain. Meskipun tahu siapa Billy bagi istrinya."Ah, bikin nggak tenang."Joshua membanting pintu mobil dengan kencang. Ia pun berjalan menghampiri mereka berdua yang tak sadar oleh kehadirannya.Setelah mendengar pengakuan Billy dan Rena, Joshua mundur teratur agar tak ketahuan mencuri dengar. Ia menyesal sudah marah-marah dan curiga berlebihan."Mereka lagi shooting sinetron? Mantan pacarku tercinta ternyata anak kandung Papaku?" Joshua terkekeh oleh leluconnya sendiri."Itu sama sekali nggak lucu, Josh! Istrimu sedang sedih!" Ia membentak dirinya sendiri.Sementara itu, Rena tengah menyeka air mata Billy. "Sudah, jangan menangis lagi.""Apa yang kamu inginkan sekarang, Rena?""Maksudmu? Tentang apa?""Mamaku. Dia yang sudah...""Aku nggak tahu, Bill. Aku marah sekali waktu tahu ibuku meninggal karena mamamu. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya dan memanggilnya ibu." Rena kembali terisak."Katanya janga

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 99 : Kakak Adik

    Tangan Rena bergetar hebat dan hampir menjatuhkan satu ikat kertas di tangannya. Joshua sigap menggenggam kedua tangan istrinya."I- ini... I -ini pasti salah. Nggak mungkin mereka orang tuaku, Josh!""Shhh, shhh... Mau dibaca dulu keterangan di belakangnya? Haruskah aku yang membacakannya untukmu?"Rena mengangguk.Joshua mengambil kertas itu dengan posisi duduk yang masih sama. Membalik foto pernikahan Aurora dan David, lalu mulai membaca isi dalam dokumen itu."Nama ayah kandungmu David Ethan dan nama ibumu Widya Cahyani."Rena membungkam mulut dengan kedua tangannya sendiri. "Apa ibuku...." Rena terisak."25 tahun yang lalu, David melayangkan gugatan perceraian kepada Aurora. Karena David mengetahui perselingkuhan Aurora dengan..." Joshua tiba-tiba mengumpat."Dengan siapa, Josh?""Aditya Wijaya, ayah Gladis."Rena menatap sang suami tak percaya."Sejak itu, David sering tak pulang. Dia bahkan membeli rumah sendiri. Dan selama satu tahun, David diam-diam berhubungan dengan Widya,

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 98 : Orang Tua Rena

    Di ruang keluarga Gavin, para anggota keluarga masih berbincang-bincang. Kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tak terduga."Aurora Volker! Bagaimana dia bisa masuk ke sini?!" Teriak James."Aku nggak pernah mengundangmu ke rumahku, Nyonya Volker," kata Peter."Aku yang menyuruhnya datang!" Seruan Oliver membuat semua orang terdiam. "Ikut aku, Nyonya Volker."Aurora membuntuti Oliver ke arah ruang kerja Peter. Wanita itu sama sekali tak memandang satu pun anggota keluarga Gavin yang lain. Jika bukan karena Oliver memiliki kartunya, mana sudi ia menginjakkan kaki di tempat ini."Langsung saja, katakan apa yang ingin Anda sampaikan," kata Aurora dengan sikap menantang."Kamu memang Volker sejati. Nggak terlihat gentar walaupun dalam hati ketakutan." Oliver terkekeh-kekeh."Aku sibuk, Tuan Besar Gavin. Kalau hanya mau basa basi, bilang saja ke sekretarisku.""Baik, baik." Oliver duduk berhadapan dengan Aurora. "Aku sudah memberi tahu Billy Volker tentang rahasiamu.""

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 97 : Pria Sejati

    Meskipun hari mulai gelap, para tamu masih memenuhi hotel. Tempat acara diperluas sampai ke dalam karena semakin banyak tamu yang datang. Sebab beberapa orang mendapat undangan di jam yang berbeda.Di sebuah layar di dalam hotel, rekaman Joshua dan Rena tadi diputar berulang-ulang. Orang yang baru datang pun bisa tahu acara yang sesungguhnya bukan hanya ulang tahun perusahaan.Rena dan Joshua duduk di sofa paling depan. Memberi salam dan berjabat tangan dengan para tamu silih berganti. Seperti pengantin baru pada umumnya.Kelompok yang pernah bertemu Rena di bar dulu ikut bergabung. Berfoto-foto lalu mengobrol seru."Ya ampun, aku nggak pernah menyangka kamu mau sama dia, Ren!""Iya, astaga! Kasihan sekali hidupmu!""Kalian mau dipecat, hah?!" Sentak Joshua.Para pria dan wanita itu cukup dekat dan terbiasa bersikap kurang ajar pada atasannya di luar kantor. Tapi mereka cukup sopan dan tahu posisi masing-masing saat bekerja.Mereka terus saja menggoda Joshua sampai wajah suami Rena it

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 96 : Nyonya Gavin

    Seminggu berlalu, pesta pun tiba. Hari ini tepat satu tahun ulang tahun pernikahan Rena dan Joshua. Sekaligus merayakan kelahiran Ethan meskipun telah 3 bulan berlalu.Acara diselenggarakan di halaman belakang Hotel Gavin sore ini. Para tamu undangan telah memenuhi area hotel.Oliver dan para tetua Gavin yang memasuki area diiringi tepuk tangan para undangan. Banyak karyawan yang belum tahu sosok Oliver Gavin itu. Sebab Oliver jarang sekali keluar pulau."Wah, kakeknya Pak Josh tampan sekali," ujar Cynthia."Betul... betul... Aku mau tuh jadi istri kedua," tukas wanita lainnya."Itu Alexa ada di belakang mereka. Dengar-dengar acara ini juga untuk merayakan pesta cucunya. Jangan-jangan beneran tuh Pak Josh mau menikah dengan Alexa."Sabrina mengerutkan kening tak suka. "Aku nggak pernah dengar tuh. Lagi pula di undangan cuma merayakan hari jadi Gavin Corp saja. Jangan banyak gosip kalian!""Eciee, yang tiap hari masakin calon suami," goda Ririn, teman Sabrina.Karyawati di Gavin Corp t

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 95 : Masak Garam

    "Kamu mau bilang dia istrimu?""Siapa lagi kalau bukan dia?""Jangan gila, Josh! Tadi bilang kalau kamu tahu aku mau ke sini, bukan?""Aku bilang, mungkin tahu tujuanmu ke sini. Mana aku tahu kamu mau datang.""Nggak, nggak. Aku yakin kamu tahu. Lalu kamu mau membuatku cemburu dengan pura-pura tidur dengan perempuan ini, bukan?"Joshua menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia sudah berusaha menjelaskan sebaik mungkin tapi lawan bicaranya tak juga mengerti."Jawab, Josh!""Kamu tunggu di luar saja. Aku mau pakai baju dulu."Alexa menangis tapi Ethan menangis lebih keras. "B- bayi siapa itu?""Itu anakku, Lexa."Rena membuai tempat tidur Ethan tapi ia terus menangis keras. Disusui pun tak mau.Rena bisa melihat Alexa terus menangis sambil menatap dirinya. Ia pun menuju ke arahnya. Memamerkan muka Ethan agar Alexa tahu bahwa Joshua tak bohong. Alexa menyumpal mulutnya ketika menatap Ethan."Gendong dia, Josh. Aku pusing," perintah Rena."Sebentar, Mamah. Aku pakai baju dulu." Joshua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status