Share

Chapter 6 : Lamaran

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-06 23:02:09

"Rena!"

Untuk pertama kali Rena lega mendengar suara itu. Andi berlari kencang ke arahnya sembari melempar barang bawaannya di tengah jalan.

Pria tadi terkejut mendengar teriakan Andi lalu spontan merenggangkan dekapan. Rena sontak mendorong pria itu ke belakang sampai mereka berdua jatuh terjengkang.

Andi sudah semakin dekat. Pria itu mendorong Rena dan melarikan diri secepat kilat.

"Berhenti!"

Andi tak lagi mengejarnya. Ia memilih untuk membantu Rena bangkit dengan nafas terengah-engah.

"Mbak Rena, ada yang luka?"

"Ng- nggak ada," Rena mengusap pipinya yang basah, "Terima kasih sekali," kali ini ia mengatakannya dengan setulus hati.

"Kenapa Mbak Rena pulang sendiri? Untung saya cepat datang!"

"Ta- tadi-"

"Sudah, mari saya antar pulang. Saya ambil barang saya dulu di belakang."

"Sa- saya ikut, Mas," Rena mencubit pleat kemeja Andi.

Rena masih sangat ketakutan. Tangannya gemetaran hebat. Wanita itu tak menolak ketika Andi menggandengnya.

"Mbak Rena lihat wajah orang yang tadi?"

"Nggak Mas."

***

Meskipun Ricky sudah tidak lagi menemui Rena, gosip para tetangga semakin menjadi. Ditambah lagi dengan peristiwa semalam. Banyak yang menyaksikan Rena jalan bergandengan tangan dengan suami orang.

Meskipun sudah menjelaskan kejadian yang dialaminya sampai lapor polisi pun orang-orang tetap berpikir itu semua hanya akal-akalan sang janda. Omongan orang-orang jadi lebih berkembang dan banyak bumbu-bumbu yang tidak benar.

Sampai-sampai anak didik Rena terkena dampaknya. Yang kebetulan murid les Rena semua juga laki-laki.

Tomi, salah satu anak didiknya mengadu, "Tadi saya ditanyai tetangga Mbak Rena."

"Tanya apa?"

"Mbak Rena di sini ngajarin apa saja? Pelajaran sekolah saja atau ada hal lainnya?"

"Iya aku juga ditanya seperti itu!" sahut Anton.

"Lalu apa yang kalian katakan?"

"Ya aku jawab saja seadanya. Kan memang cuma diajarin pelajaran sekolah. Mau diajarin apa lagi?" jawab Tomi dengan wajah polos.

Rena memijat pelipisnya. Pusing menghadapi cercaan orang-orang. Bahkan si pemilik rumah tadi sempat datang dan membahas masalah yang sama.

Pak Ridwan mengira Rena sengaja hanya menerima remaja-remaja pria. Menanggapi buah bibir masyarakat sekitar, pak RW sekaligus pemilik rumah itu meminta Rena untuk menghentikan aktivitas mengajar sampai gosip mereda.

"Lalu bagaimana saya mencari nafkah?" tanya Rena waktu itu, "Orang tua mereka sudah membayar biaya les penuh. Dan saya juga bukan perempuan yang seperti bapak sangka! Nggak mungkin saya menggoda anak-anak remaja! Masa saya harus mengembalikan semua uang dan berhenti mengajar hanya karena gosip yang nggak benar?"

Pak Ridwan tak bisa menjawab. Ia tahu apa yang dikatakan Rena benar. Tidak bijaksana kalau ia menghalangi orang mencari nafkah.

Lagi pula semalam Rena baru saja terkena musibah. Tapi ia juga tak mau menanggung kesalahan jika suatu saat Rena terbukti menggoda para pria itu.

Setelah berpikir panjang akhirnya Pak Ridwan berkata, "Kalau begitu Mbak Rena cari anak didik perempuan saja. Biar orang-orang nggak curiga."

Kembali ke masa sekarang. Orang tua peserta les datang menjemput secara bersamaan. Firasat Rena tak bagus tatkala para wali mengajaknya bicara tanpa anak-anak.

Salah satu dari mereka mewakili bicara. "Mbak Rena, kami sudah mendengar semua. Kami ingin berhenti menitipkan anak-anak kami belajar di sini. Kami khawatir kalau omongan mereka berdampak pada psikologis anak-anak kami."

"Kami nggak akan minta pengembalian penuh. Hanya setengahnya saja."

***

Rena tak kuasa menahan tangis yang sudah lama dibendung. Meratapi nasib buruk yang terus menghampiri.

Apa kesalahan yang sudah ia lakukan sampai harus menanggung sesuatu yang tidak pernah ia lakukan?

Belum lama ini Rena bahagia karena bisa mengajar lagi. Bahkan sampai mencari-cari pekerjaan sebagai guru.

Jelas kepayahan karena pekerjaan yang dicari berbeda dengan jurusan. Namun Rena bersyukur masih bisa membuka les privat.

Akhirnya Rena menemukan impian. Tapi semua berakhir begitu saja hanya karena orang-orang memojokkan dirinya. Tidak ada satu pun yang mencoba percaya.

Seandainya saja ia belum menikah, tak mungkin mendapat perlakuan yang sama. Seumpama ia masih menikah pun mana mungkin ada yang berani membuat gosip menjijikan seperti itu.

Baru sekarang Rena menyadari beratnya menjadi seorang janda. Berjuang hidup sendirian tanpa ada yang membela.

Dilecehkan orang pun malah dituduh yang sebaliknya. Tak ada seseorang yang bisa diajak bicara.

Tentu saja Rena dulu punya banyak teman. Lebih tepatnya semua temannya juga mengenal Dhani. Dan sejak mereka bercerai tidak ada satu pun yang membalas pesannya meskipun hanya lewat sapaan. Entah apa yang sudah Dhani katakan pada mereka.

"Permisi."

Seseorang mengetuk pintu rumahnya. Rena enggan beranjak dari ranjang. Tapi orang di luar terus memanggilnya.

Rena menarik nafas panjang tatkala melihat bayangan Andi di balik gorden tipis. Memang benar ia berhutang budi padanya malam itu. Tapi saat ini Rena benar-benar tak mau meladeninya.

"Mbak Rena."

Andi menemukan sosok sang janda. Mau tak mau Rena membukakan pintu untuknya.

"Ada perlu apa, Mas?"

"Saya bawain sedikit kue." Andi menyerahkan sekantong penuh makanan.

"Maaf Mas saya sedang nggak nafsu makan. Buat Ricky sama Ari saja. Saya juga lagi sibuk beres-beres rumah sekarang."

Andi meletakkan makanan itu di meja, "Saya mau bicara hal yang penting dengan Mbak Rena."

Rena mengerutkan kening, "Bicara apa, Mas?"

"Saya belum lama ini dengar rapat ibu-ibu di rumah saya mengenai Mbak Rena."

"Ada masalah apa ya sampai rapat segala? Kenapa saya yang bersangkutan nggak diberi tahu?"

"Saya juga nggak paham kenapa mereka nggak memberi kabar Mbak Rena. Yang jelas saya benar-benar khawatir. Makanya saya sudah membulatkan tekad untuk membantu Mbak Rena."

"Membantu?"

"Saya sudah berpikir masak-masak mau bicara seperti ini. Bagaimana kalau Mbak Rena jadi istri saya saja?"

"I- istri? Apa maksudnya Mas Andi?" Rena terkejut sekaligus marah. Tidak ada sebab yang jelas tiba-tiba suami tetangganya ingin meminang.

"Demi kebaikan Mbak Rena juga. Orang-orang mulai resah karena gosip-gosip tentang Mbak Rena. Belum lagi kasus anak-anak les yang katanya digoda Mbak Rena," terang Andi, "Maksudnya saya bukan percaya omongan mereka! Tapi semua orang sudah menganggap buruk Mbak Rena. Saya hanya ingin membantu."

Rena segera menutup mulutnya yang terngaga, "Lantas Mas Andi mau menolong saya dengan menjadikan saya istri kedua?"

"Benar." Andi kini mendekati Rena. "Biar nggak ada fitnah lagi. Saya berjanji akan membuat Mbak Rena bahagia."

"Mas Andi sadar atas apa yang barusan diucapkan, bukan?" Rena masih tak mau percaya ucapan pria itu.

"Seratus persen sadar!" jawab Andi sungguh-sungguh.

"Mbak Ratri tahu ini semua, Mas?" tanya Rena curiga.

"I- iya tahu!" Andi tergagap, "Nanti, nanti juga pasti tahu kalau Mbak Rena setuju."

Rena memijit pelipisnya. Bagaimana mungkin ia menikah dengan suami orang? Memikirkan saja tidak pernah!

"Maaf Mas, saya mau istirahat dulu. Saya anggap Mas Andi nggak pernah bicara seperti ini. Saya nggak akan bilang ke Mbak Ratri. Silakan kembali ke rumah!"

"Mbak Rena, saya sungguh-sungguh!" Andi mencoba meraih tangan Rena namun wanita itu cepat menghindar.

Rena membuka pintu rumah. Menyuruh Andi segera angkat kaki. Tapi bukannya menurut Andi malah semakin mendekati Rena. Memojokkannya sampai menempel di pintu.

"Saya tahu Mbak Rena juga menyukai saya. Mbak Rena nggak perlu membohongi diri sendiri!" Andi mencengkeram kedua lengan Rena.

"Apa maksudnya Mas?" Rena mencoba melepaskan diri namun tenaga Andi dua kali lebih kuat darinya.

"Saya tahu Mbak Rena juga suka sama saya! Nggak usah munafik Mbak! Ingat waktu saya pertama kali berkunjung. Mbak Rena suruh saya nunggu karena ingin saya mendatangi Mbak Rena duluan, bukan? Karena saya diam saja, Mbak Rena lantas beralasan memberikan makanan buat Ratri!"

"Apa-apaan sih Mas Andi! Saya nggak ngerti apa yang Mas Andi katakan sekarang! Mas Andi tolong menjauh dari saya!"

"Kemarin malam juga Mbak Rena dengan senang hati menggenggam tangan ini." Andi menyapu pipi Rena dengan jemarinya.

Andi tak ingin hanya diam saja mendengar penolakan yang tak masuk akal itu. Ia yakin betul Rena memiliki perasaan spesial untuknya. Karena itu ia memberanikan diri melamar Rena untuk dijadikan istri kedua.

Semakin Rena berontak semakin kuat pula Andi memeluknya. Ia sudah kehilangan akal sehat. Aroma tubuh sang janda begitu menggoda.

"Nggak usah jual mahal! Aku akan ceraikan Ratri kalau perlu!"

"Apa-apaan ini!" Lastri berteriak dari kejauhan. Ibu setengah baya itu buru-buru menghampiri mereka.

Andi yang tersadar mendorong Rena menjauh, "Kamu! Berani-beraninya menggoda saya!"

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Ternyata Andi pengecut...
goodnovel comment avatar
Usman
up Thor...
goodnovel comment avatar
mey lestari
psikopattt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 7 : Pengusiran

    Rena tercengang dengan perubahan sikap Andi yang mendadak. Bisa-bisanya pria yang mengaku ingin menolong kini berbalik menuduh."Mas Andi ngomong apa barusan?"Ayah Ricky itu membenarkan kancing kemejanya yang baik-baik saja, "Mbak Rena, saya sudah bilang kalau saya ini punya istri!"Sang janda melotot padanya lalu memalingkan muka ke arah Lastri yang kian mendekat, "Ini nggak benar, Bu! Bu Lastri pasti juga lihat Mas Andi yang mendorong saya, bukan?"Lastri jelas-jelas menyaksikan keduanya sedang berpelukan tadi. Sebelum ia memergoki mereka. Entah siapa yang memulai ia tak melihatnya.Namun satu hal yang ia tahu selama bertetangga lima belas tahun dengan keluarga Ratri, Andi tidak pernah berbohong. Pria kantoran itu terkenal rajin beribadah, selalu membantu orang yang kesulitan dan tidak pernah sekali pun melirik wanita lain. Setidaknya di kompleks mereka."Bu, saya hanya ingin memberi Mbak Rena makanan untuk balasan waktu lalu Mbak Rena memberi istri s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 8 : Pengakuan

    "Saya boleh bicara?" tanya Rena dengan sikap tenang."Silakan." Pak Ridwan kemudian menghentikan protes warga."Kalau warga di sini nggak nyaman dengan keberadaan saya, maka saya akan segera angkat kaki. Tapi yang perlu kalian ingat, saya sama sekali nggak ada niat buat menggoda suami atau anak-anak kalian!"Rena bangkit dan menatap orang-orang di sekelilingnya. "Kalau suami ibu-ibu tergoda dengan perempuan lain, jangan hanya salahkan perempuannya. Tapi salahkan juga para suami yang nggak bisa menjaga hasrat dan pikiran!"Ucapannya hanya dibalas dengan seringai sinis dan merendahkan. Rena dapat menyaksikan beberapa wanita mengumpat dengan matanya."Atau mungkin ada yang salah dengan sikap ibu-ibu jika suaminya tergoda perempuan lain. Benar bukan, Mbak Ratri?" Rena mengembalikan ucapan Ratri dulu.Mulut Ratri terkatup rapat. Ekspresinya mengeras ketika sadar ia tak bisa menanggapi ucapan Rena.Sesungguhnya Rena ingin tetap diam. Tapi ia tak terima jik

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 9 : Calon Istri

    Kilatan petir menerangi jalan. Kini terlihat jelas wajah sosok pria yang sedang melambaikan tangan ke arahnya.Ketukan pintu samar terdengar. Rena segera beranjak menemui pria itu."Astaga! Mas Bagas bikin aku ketakutan setengah mati!""Kejutan!" Bagas tertawa renyah."Kenapa hujan-hujanan? Kok tadi nggak kasih tahu mau datang?""Tadi waktu teleponan, aku sudah di dekat sini sama teman kantor. Sekarang mobilku dia bawa buat ambil barang. Boleh nunggu di sini sebentar?""Masuk, Mas. Ya ampun, basah gitu bajunya.""Boleh pinjam baju?" Bagas menyeringai, "Nggak, bercanda! Hahaha.""Aku nggak punya baju yang muat buat Mas Bagas. Coba aku pinjam ke tetangga dulu ya.""Nggak usah, bentar lagi temanku juga datang."Rena tak memedulikan jawaban Bagas dan bergegas mengambil payung yang dibawa Bagas tadi ke rumah Pak Ridwan. Setelah tiga ketukan, Bu Tiara, istri Pak Ridwan membukakan pintu."Pak Rid-"Rahang Bu Tiara mengeras dan matanya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 10 : Batas Kesabaran

    Rena masih terpinga-pinga, lidahnya kelu. Ia tak pernah berpikir pernah melakukan kesalahan fatal pada Bu Tiara. Tapi kenapa ibu pemilik rumah itu tiba-tiba menamparnya?Tiara menautkan alisnya, "Ini rumahku! Kamu bilang apa tadi? Aku seenaknya menerobos rumahmu? Kamu itu cuma numpang di sini! Aku punya hak untuk membuang barang dan mengusirmu!""Hah! Saya membayar sewa rumah ini sekaligus, Bu! Tunai! Kalau Ibu mau mengusir saya seenaknya, seenggaknya Ibu kasih pengembalian dari uang yang sudah saya bayarkan!""A- apa..."Rena mengerutkan wajah. Ekspresi ibu RW di depannya saat ini tampak terkejut. Ia jadi bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah pak Ridwan tidak pernah memberi tahu istrinya jika ia sudah membayar penuh uang sewa rumah?"Nggak usah bohong! Aku cuma terima uang dua juta saja. Dan itu untuk sewa sebulan ini. Sekarang kamu bisa pergi!" Tiara menunjuk-nunjuk tepat di wajah Rena."Sudah untung kita bantu beres-beres barang. Mbak Rena tinggal baw

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 11 : Jadi Saksi

    "Berdebar-debar apanya! Sudah, cepat pulang sana!""Iya, iya sebentar, Mbak. Habisin minuman dulu."Rena segera menghubungi taksi agar Ricky tak lagi mencari-cari alasan. Seperti tadi saat ia menemukan Ricky meringkuk di bagian belakang mobil pikap pengangkut."Ngapain kamu di sini!" Rena setengah berteriak saking terkejutnya, begitu pula si sopir yang tak tahu menahu.Ricky menyeringai canggung. Ia berkata, "Di rumah, setiap kali bertemu Mama dan Papa ribut terus, Mbak.""Kamu cuma mau ngikutin aku, kan? Sudah pamit sama orang rumah?" Rena menyipitkan mata.Ricky menggeleng. Katanya, sejak malam itu Ratri sering pergi membawa Ari. Sedangkan Andi kembali seperti dulu. Kerap pulang malam dan semakin jarang di rumah.Dari ceritanya pula, akhirnya Rena tahu kalau saat Andi tiba-tiba datang melamarnya, Ricky diam-diam membuntuti ayahnya dan merekam semua pembicaraan mereka."Sebenarnya aku nggak tega harus mengungkap semua. Tapi Mama juga berhak tahu. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 12 : Rencana Rahasia

    "Semalam kamu..." Tomi ragu melanjutkan kalimatnya."Semalam saya kenapa, Pak?" Rena pura-pura tak tahu."Aku dengar semalam kamu masuk ke ruangan ini. Apa yang kamu lakukan?"Rena bernafas lega. Meskipun memasang wajah polos namun dalam hati ia takut setengah mati. Lebih tepatnya ia malu sekaligus khawatir karena mengetahui perselingkuhan sang direktur. Tepat di depan matanya. Sekaligus menyaksikan adegan intim malam itu."Saya agak malu mau bilang. Sebenarnya semalam saya ketakutan jalan sendiri di lorong. Kebetulan sampai di depan kantor Pak Tomi. Jadi saya buru-buru masuk untuk menenangkan diri."Pertanyaan-pertanyaan terus mengalir di benak Rena. Mengapa Tomi tak menanggapi? Apa sang direktur percaya dengan kebohongannya?Tomi tenggelam dalam pikirannya sendiri. Pandangannya lurus ke arah Rena tapi netranya tampak kosong."Pak?" Rena memiringkan kepala."Ah, oh, ya. Aku kira ada perlu apa. Ya sudah, Rena bisa kembali sekarang.""Nggak ada barang yang hilang, bukan? Saya khawatir

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 13 : Hubungan Gelap

    "Aku nggak sengaja dengar obrolan Rino dan anak-anak lain. Besok mereka mau bikin pesta untuk menyambutmu.""Terus? Bukankah bagus, kita semua bisa jauh lebih akrab.""Kamu tahu restoran di atap hotel depan sana? Dia bilang mau menaruh sesuatu di minumanmu. Pikir sendiri apa yang mau mereka perbuat padamu," ujar Ambar."Masa sih mereka setega itu? Kelihatannya mereka orang-orang baik."Ambar memutar bola mata. "Terserah mau percaya atau nggak. Yang penting aku sudah bilang padamu." Rena tak menjawab."Keputusan ada di tanganmu sendiri. Toh aku juga nggak tahu kamu bakalan khawatir atau malah senang. Secara banyak cewek yang kemungkinan besar nggak keberatan dijebak oleh cowok-cowok tampan dan populer itu," imbuhnya dengan nada ketus.Dan Rena menyaksikan sendiri, serbuk putih halus belum terlarut di dasar gelas. Ia tak tahu kapan dan siapa yang menaruh obat itu.Tampaknya para pria yang dimaksud Ambar sudah terbiasa dengan situasi yang serupa. Andai saja

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 14 : Orang Ketiga

    "Ikut denganku sekarang," perintah Siska dengan nada dingin.Rena mengekor Siska ragu-ragu. Beberapa orang menatap sambil bisik-bisik. Sementara pikirannya berkecamuk pada tulisan dalam kertas nota hotel.Seseorang telah menggunakan namanya. Dan Rena tahu pasti siapa orang itu."Aprilia. Tapi kenapa dia harus memakai namaku? Apa dia nggak suka denganku? Atau dia tahu aku melihat mereka malam itu?" Pertanyaan-pertanyaan terus muncul dalam benaknya.Ia melirik ke arah Aprilia sekilas. Lagi-lagi wanita itu bersikap seolah tak ada yang salah. Rena mengepalkan tangan ketika melihat Aprila malah tertawa dengan temannya."Duduk." Rena menuruti ucapan Siska.Sebelumnya ia sudah bertekad untuk berubah. Kali ini pun sama.Rena buka suara, "Saya nggak tahu kenapa ada nama saya di nota hotel yang Bu Siska bawa. Tapi itu bukan saya. Dan saya tahu siapa orang yang sudah menggunakan nama saya."Rahang Siska mengeras. Sorot matanya tak menandakan kepercayaan pada ucapan Rena."Kamu mau mencari kambing

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15

Bab terbaru

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 103 : Akhir yang ...

    "Nggak... Itu nggak mungkin.""Apanya yang nggak mungkin? Kenapa kamu ke sini?""Aku pikir ada masalah karena Billy meliburkan semua orang. Ternyata bukan hanya masalah. Tetapi masalah besar!" Kilatan di mata Aurora berubah. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu situasi."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" Billy muncul dari pintu."Kamu juga ada di sini? Jangan bilang... Kamu nggak mengejar Rena lagi karena...." Aurora kehilangan kata-kata."Apa yang mau Mama katakan?""Nggak, itu nggak mungkin." Aurora menggeleng-geleng tak percaya.Ingatan Aurora kembali ke malam itu. Ketika ia menemui Widya untuk mengatakan jika ia telah memenangkan David.Widya tengah menunggu di seberang jalan stasiun yang saat itu belum begitu ramai. Wanita itu terkejut melihatnya alih-alih David yang telah lama dinanti."Mau apa kamu ke sini, Aurora?""Untuk membayar kesalahan suamiku padamu.""Apa maksudmu?""David nggak akan pernah kembali padamu, Widya. Dia nggak akan mau meninggalkan semua fasilitas yang ia milik

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 102 : Piknik Keluarga

    Rena gemetaran dalam dekapan Joshua di sampingnya. Ia takut menunggu reaksi ayah kandungnya.David hanya membuka mulut tak begitu percaya kata-kata Billy. Kemudian Billy menyodorkan hasil tes DNA yang diberikan Oliver saat di pulau waktu itu.Semua orang bisa tahu, Billy lah yang meremas-remas kertas itu sampai kusut dan sobek di beberapa bagian. Untungnya, hasil tes DNA masih bisa terbaca.Probabilitas David Ethan sebagai ayah biologis dari Renata Cahyani adalah 99,999%."A-apakah ini nyata?" David berdiri sambil memandangi Rena."Si tua Oliver itu yang melakukan tes DNA diam-diam. Nggak tahu dapat sampel dari mana."Air mata David kembali meleleh. "Kamu... Rena... Kamu anakku dan Widya? Oh Tuhan, ini pasti keajaiban!" David bersimpuh seperti orang yang sedang berdoa.Reaksi David membuat hati Rena bergejolak. Ia menyembunyikan wajah ke dalam jaket suaminya. Ada rasa senang sekaligus malu."Jadi... Bayi ini cucuku?""Iya, Pa. Tadinya dia akan menjadi anak tiriku, ternyata malah jadi

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 101 : Rahasia Aurora

    "Papa menyesal selama ini hanya diam saja, sedangkan papa tahu semua perbuatan burukmu." Mata David berkaca-kaca. "Papa merasa gagal sebagai seorang ayah. Maafkan papa, Bill."Mulut Billy sedikit terbuka, hampir mengucap sesuatu. Tapi David lebih cepat memotongnya."Papa tahu perbuatanmu dan Aurora demi untuk mendapatkan keinginan kalian. Tapi ini nggak benar, Billy. Belum ada sejarahnya seorang pria di keluarga kita menjadi suami kedua."Billy terkekeh-kekeh. "Aku hampir tergoda dengan usulmu, Pa.""Maaf, mengecewakan, Om. Tapi saya nggak akan pernah rela membagi istri saya dengan lelaki lain," tegas Joshua."Lalu..."Rena segera memotongnya, "Mari kita selesaikan makanannya dulu. Setelah ini baru bicara."Tiga puluh menit kemudian, di atas meja makan hanya tersisa minuman. Tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan.Suara khas bayi milik Ethan dari dalam kereta dorong bayi memecah keheningan. Joshua menirukan suara anaknya. Lagi-lagi sibuk memeriksa gigi Ethan dan tak m

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 100 : Bertemu Ayah Kandung

    Joshua mencengkeram kemudi dengan erat ketika melihat istrinya memeluk pria lain. Meskipun tahu siapa Billy bagi istrinya."Ah, bikin nggak tenang."Joshua membanting pintu mobil dengan kencang. Ia pun berjalan menghampiri mereka berdua yang tak sadar oleh kehadirannya.Setelah mendengar pengakuan Billy dan Rena, Joshua mundur teratur agar tak ketahuan mencuri dengar. Ia menyesal sudah marah-marah dan curiga berlebihan."Mereka lagi shooting sinetron? Mantan pacarku tercinta ternyata anak kandung Papaku?" Joshua terkekeh oleh leluconnya sendiri."Itu sama sekali nggak lucu, Josh! Istrimu sedang sedih!" Ia membentak dirinya sendiri.Sementara itu, Rena tengah menyeka air mata Billy. "Sudah, jangan menangis lagi.""Apa yang kamu inginkan sekarang, Rena?""Maksudmu? Tentang apa?""Mamaku. Dia yang sudah...""Aku nggak tahu, Bill. Aku marah sekali waktu tahu ibuku meninggal karena mamamu. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya dan memanggilnya ibu." Rena kembali terisak."Katanya janga

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 99 : Kakak Adik

    Tangan Rena bergetar hebat dan hampir menjatuhkan satu ikat kertas di tangannya. Joshua sigap menggenggam kedua tangan istrinya."I- ini... I -ini pasti salah. Nggak mungkin mereka orang tuaku, Josh!""Shhh, shhh... Mau dibaca dulu keterangan di belakangnya? Haruskah aku yang membacakannya untukmu?"Rena mengangguk.Joshua mengambil kertas itu dengan posisi duduk yang masih sama. Membalik foto pernikahan Aurora dan David, lalu mulai membaca isi dalam dokumen itu."Nama ayah kandungmu David Ethan dan nama ibumu Widya Cahyani."Rena membungkam mulut dengan kedua tangannya sendiri. "Apa ibuku...." Rena terisak."25 tahun yang lalu, David melayangkan gugatan perceraian kepada Aurora. Karena David mengetahui perselingkuhan Aurora dengan..." Joshua tiba-tiba mengumpat."Dengan siapa, Josh?""Aditya Wijaya, ayah Gladis."Rena menatap sang suami tak percaya."Sejak itu, David sering tak pulang. Dia bahkan membeli rumah sendiri. Dan selama satu tahun, David diam-diam berhubungan dengan Widya,

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 98 : Orang Tua Rena

    Di ruang keluarga Gavin, para anggota keluarga masih berbincang-bincang. Kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tak terduga."Aurora Volker! Bagaimana dia bisa masuk ke sini?!" Teriak James."Aku nggak pernah mengundangmu ke rumahku, Nyonya Volker," kata Peter."Aku yang menyuruhnya datang!" Seruan Oliver membuat semua orang terdiam. "Ikut aku, Nyonya Volker."Aurora membuntuti Oliver ke arah ruang kerja Peter. Wanita itu sama sekali tak memandang satu pun anggota keluarga Gavin yang lain. Jika bukan karena Oliver memiliki kartunya, mana sudi ia menginjakkan kaki di tempat ini."Langsung saja, katakan apa yang ingin Anda sampaikan," kata Aurora dengan sikap menantang."Kamu memang Volker sejati. Nggak terlihat gentar walaupun dalam hati ketakutan." Oliver terkekeh-kekeh."Aku sibuk, Tuan Besar Gavin. Kalau hanya mau basa basi, bilang saja ke sekretarisku.""Baik, baik." Oliver duduk berhadapan dengan Aurora. "Aku sudah memberi tahu Billy Volker tentang rahasiamu.""

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 97 : Pria Sejati

    Meskipun hari mulai gelap, para tamu masih memenuhi hotel. Tempat acara diperluas sampai ke dalam karena semakin banyak tamu yang datang. Sebab beberapa orang mendapat undangan di jam yang berbeda.Di sebuah layar di dalam hotel, rekaman Joshua dan Rena tadi diputar berulang-ulang. Orang yang baru datang pun bisa tahu acara yang sesungguhnya bukan hanya ulang tahun perusahaan.Rena dan Joshua duduk di sofa paling depan. Memberi salam dan berjabat tangan dengan para tamu silih berganti. Seperti pengantin baru pada umumnya.Kelompok yang pernah bertemu Rena di bar dulu ikut bergabung. Berfoto-foto lalu mengobrol seru."Ya ampun, aku nggak pernah menyangka kamu mau sama dia, Ren!""Iya, astaga! Kasihan sekali hidupmu!""Kalian mau dipecat, hah?!" Sentak Joshua.Para pria dan wanita itu cukup dekat dan terbiasa bersikap kurang ajar pada atasannya di luar kantor. Tapi mereka cukup sopan dan tahu posisi masing-masing saat bekerja.Mereka terus saja menggoda Joshua sampai wajah suami Rena it

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 96 : Nyonya Gavin

    Seminggu berlalu, pesta pun tiba. Hari ini tepat satu tahun ulang tahun pernikahan Rena dan Joshua. Sekaligus merayakan kelahiran Ethan meskipun telah 3 bulan berlalu.Acara diselenggarakan di halaman belakang Hotel Gavin sore ini. Para tamu undangan telah memenuhi area hotel.Oliver dan para tetua Gavin yang memasuki area diiringi tepuk tangan para undangan. Banyak karyawan yang belum tahu sosok Oliver Gavin itu. Sebab Oliver jarang sekali keluar pulau."Wah, kakeknya Pak Josh tampan sekali," ujar Cynthia."Betul... betul... Aku mau tuh jadi istri kedua," tukas wanita lainnya."Itu Alexa ada di belakang mereka. Dengar-dengar acara ini juga untuk merayakan pesta cucunya. Jangan-jangan beneran tuh Pak Josh mau menikah dengan Alexa."Sabrina mengerutkan kening tak suka. "Aku nggak pernah dengar tuh. Lagi pula di undangan cuma merayakan hari jadi Gavin Corp saja. Jangan banyak gosip kalian!""Eciee, yang tiap hari masakin calon suami," goda Ririn, teman Sabrina.Karyawati di Gavin Corp t

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 95 : Masak Garam

    "Kamu mau bilang dia istrimu?""Siapa lagi kalau bukan dia?""Jangan gila, Josh! Tadi bilang kalau kamu tahu aku mau ke sini, bukan?""Aku bilang, mungkin tahu tujuanmu ke sini. Mana aku tahu kamu mau datang.""Nggak, nggak. Aku yakin kamu tahu. Lalu kamu mau membuatku cemburu dengan pura-pura tidur dengan perempuan ini, bukan?"Joshua menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Ia sudah berusaha menjelaskan sebaik mungkin tapi lawan bicaranya tak juga mengerti."Jawab, Josh!""Kamu tunggu di luar saja. Aku mau pakai baju dulu."Alexa menangis tapi Ethan menangis lebih keras. "B- bayi siapa itu?""Itu anakku, Lexa."Rena membuai tempat tidur Ethan tapi ia terus menangis keras. Disusui pun tak mau.Rena bisa melihat Alexa terus menangis sambil menatap dirinya. Ia pun menuju ke arahnya. Memamerkan muka Ethan agar Alexa tahu bahwa Joshua tak bohong. Alexa menyumpal mulutnya ketika menatap Ethan."Gendong dia, Josh. Aku pusing," perintah Rena."Sebentar, Mamah. Aku pakai baju dulu." Joshua

DMCA.com Protection Status