Share

Bab 80: Rayuan Maut Panji Asmara Bangun

Suasana terang bulan begitu indah menerangi Bedahulu, pun kerlap-kerlip bintang bertaburan di langit. Ketika itu, Larasari sedang berdiri di teras pendapa sembari menatap kosong. Sunyi dan sepinya malam seolah-seolah telah menyatu dalam kehampaan hatinya yang bagai pemakaman.

Perlahan Larasati mengarahkan tangan ke langit. Andai saja bisa, dia ingin menggapai bulan untuk menerangi jiwanya yang gelap. Semenjak Jaka Lelana memilih Dyah Puspitasari, Larasati hilang semangat hidup. Dia tak ubahnya mayat hidup, tanpa rasa, tanpa cinta, tanpa warna.

Tangisnya tanpa air mata, cukup diam membisu menikmati sakitnya patah hati serta menahan perihnya luka. Dalam sekejap semua mimpi indah bersama Jaka Lelana sirna dari angan-angannya, berganti dengan kekacauan tak berujung.

Pada saat Larasati larut dalam lamunan, Panji Asmara Bangun menghentikan di belakang wanita tersebut, kemudian tersenyum menyikapi.

"Apa bulan memang begitu menarik bagi para wanita hingga mereka ingin meraihnya?" ledek sang P
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status