Tetapi, James Gardner yang memasang wajah datar itu kemudian lebih memikirkan hal lain. Dahinya bahkan membentuk sebuah kerutan, menandakan dirinya sedang merasa aneh akan sesuatu.Ketika sang putri sulung raja itu berjalan menjauh dari meja mereka, tanpa menunggu jawaban Riley, James segera bertanya, "Kenapa dia ingin berbicara denganmu? Dan kenapa sepertinya kalian ....""Jangan coba-coba berasumsi apapun, James!" Riley memperingatkan dirinya dengan nada tegas."Kenapa aku tidak boleh melakukannya?" dua alis tebal milik James menyatu karena keheranan.Riley tidak menjawab dan malah menghabiskan air mineralnya. Kesal karena diacuhkan James berkata lagi, "Siapa yang tidak heran kalau putri raja yang bahkan sangat jarang terlihat di acara-acara umum, sekarang malah datang ke sini untuk menemuimu.""Menemui seorang calon prajurit. Itu terlalu aneh!" tambah James.Dia masih menatap dengan penuh selidik ke arah Riley, berharap mendapatkan jawaban yang memuaskan.Akan tetapi, dengan santa
Riley membasahi bibirnya selama beberapa detik sebelum menjawab, "Yang Mulia, identitas saya memang tak mungkin disembunyikan selamanya. Tapi ... ada sesuatu hal yang membuat saya tidak bisa menjauhinya.""Apa? Dia juga memiliki kemampuan yang sama hebatnya denganmu, meski kau lebih unggul. Dia bisa jadi musuhmu kelak. Mengapa kau malah berteman dengan orang yang mungkin akan menjadi sainganmu di masa depan?" cecar Rowena sembari menggigit gigi karena gemas.Dia benar-benar heran atas tindakan Riley yang menurutnya sangat tidak hati-hati itu.Pemuda bermata hijau itu menghela napas panjang, "Ada alasan-alasan yang tidak bisa saya katakan dan tidak perlu saya katakan. Namun, yang pasti saya akan menanggung semua hal yang telah saya putuskan."Rowena menjadi lebih kesal dari pada sebelumnya. Dia hampir saja mengatakan tentang kedatangan ayahnya yang sangat mencemaskan putranya tapi dia tidak bisa melakukannya.Dia telah berjanji pada William Mackenzie sehingga mengingkari janjinya itu s
Riley segera membungkukkan badan dan hanya bisa berkata, "Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya ...."Dia terdiam sejenak, seakan mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang terjadi. Namun, tiba-tiba Keannu malah berkata lagi, "Simpan penjelasanmu! Temui aku setelah tahap seleksi selesai."Riley mengangkat perlahan wajahnya dan memperlihatkan ekspresi tenang meskipun sesungguhnya dia benar-benar bingung. "Aku harap kau memiliki jawaban yang bagus, anak muda ... kalau tidak, aku rela membuangmu meski aku harus kehilangan salah satu calon prajurit terbaik sekalipun," lanjut Keannu dengan tatapan dingin.Andai itu orang biasa, orang itu pasti tak akan berani bernapas ketika ditatap sedemikian rupa oleh rajanya. Tapi, Riley dididik oleh ayah dan ibunya untuk menjadi pria yang berani dan tak kenal rasa takut, maka hal itu tak berlaku untuknya.Riley tidak takut, melainkan hanya bingung. Sedangkan, Keannu terlihat keheranan melihat sikap anak muda itu yang masih terli
"Sialan! Siapa yang mau menyerahkan nyawa? Apa kau pikir aku bodoh?" balas Riley dengan gigi bergemeletuk akibat rasa kesal yang mulai muncul. James tertawa renyah, "Kawanku yang baik, kau memang sangat-sangat bodoh. Ayolah, kau bisa saja bermain-main dengan gadis manapun. Tapi, mengapa kau malah memilih seorang putri raja?" "Itu tidak sesuai ... maksudku aku tidak pernah menduga hal ini akan terjadi," ucap Riley membela diri. Oh, ini mulai terasa rumit baginya. Riley baru menyadari hal itu sepenuhnya. Sayangnya, dia tidak bisa menghindar dari hukuman yang mungkin akan dia terima dari sang raja. James menggelengkan kepala, tak berdaya melihat kebodohan temannya itu, "Memang kau tidak tahu bagaimana Raja Keannu begitu sangat berlebihan melindungi putrinya? Kau lupa kalau ... hm, aku yakin kau pasti tahu rumor-rumor yang beredar." Riley mengusap wajahnya dan sekali lagi berkata, "Hentikan! Aku tahu aku sudah salah melangkah. Daripada kau terus menerus mengejekku, tidakkah kau mau se
Tidak hanya itu saja tapi Riley bahan mendengar James bertanya, "Lalu, di mana dia sekarang, Wood?" Sebelum Riley bisa menjawab, dengan wajah panik pria muda itu malah beralih ke Alen, "Smith, di mana dia?" Alen yang terkejut dengan reaksi James balik bertanya, "Memang kenapa kau bertanya?" "Jawab saja di mana dia sekarang!" ucap James dengan mengertakkan gigi. Dengan jengkel Alen menjawab, "Mungkin dia sudah di depan gerbang pintu utama. Mereka yang tidak lolos-" James sudah berdiri tanpa mendengarkan perkataan Alen sampai tuntas. Dia langsung berlari meninggalkan meja itu. Refleks, Riley dan Alen ikut bangkit dan menyusul James. Di tengah-tengah perjalanan, Alen berkomentar, "Dia berlari seperti seekor cheetah." "Dia ... lebih unggul dariku soal ini," balas Riley dengan napas terengah-engah. Riley dan James pernah berlatih bersama sehingga pemuda itu tahu kemampuan lari James yang memang mengesankan. "Kau bercanda? Dia lebih hebat?" ucap Alen tak percaya. Riley mengangg
James dan Diego seolah tidak sadar jika ada Riley. Tapi Riley cukup paham untuk membiarkan dua orang itu berbicara.Saat dia membalikkan badan, dia berpapasan dengan Alen yang baru saja naik ke dalam masuk. "Ada apa? Diego tak ada di sini?""Ada.""Lalu, mengapa kau malah turun, Riley?" tanya Alen dengan napas yang masih tak beraturan.Pemuda itu sampai memegang dadanya untuk menenangkan diri. Riley menunjuk dua orang yang terlihat masih berpelukan. Alen langsung mengernyit, "Hei, apa yang mereka lakukan?"Riley menjawab, "Berbicara. Ayo, kita turun!""Hah? Kenapa? Aku juga ingin berbicara dengan Diego. Aku tak berlari sampai kehabisan napas begini untuk mengejar James. Aku tidak-"Pemuda itu sudah tak bisa melanjutkan ucapannya karena Riley telah menyeretnya turun dari bus dengan paksa.Sementara itu, rupanya James dan Diego mendengar suara berisik Alen. Keduanya pun melepaskan diri dengan canggung.James berdeham keras, menyamarkan rasa malu lalu berkata, "Kalau kau pergi, lalu sia
Riley pun hanya bisa mendesah sebal melihat tingkah kekanakan James yang seperti biasa.Setelah James dan Alen sudah melangkah agak lebih jauh, dia berkata pada salah satu pengawal, "Saya siap pergi sekarang.""Silakan! Mari ikut kami!" ucap pengawal itu.Riley pun dibawa menuju ke istana raja merupakan istana paling besar dan luas di kerajaan itu. Luasnya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan istana anak-anaknya ataupun ratunya sekalipun.Penjagaannya juga jauh lebih ketat dibandingkan dengan bagian istana lain. Tapi, Riley menyadari bila hal itu memang perlu dilakukan. Keannu Wellington adalah seorang pemimpin kerajaan sehingga sudah sepantasnya mendapatkan perlindungan yang maksimal.Istana raja memiliki sebuah aula besar yang biasanya digunakan untuk menyambut kedatangan para tamu yang merupakan pejabat ataupun staf lainnya. Tetapi, Riley tahu bila sang raja memiliki sebuah taman yang merupakan taman favorit raja. Dia mengetahuinya dari sang ayah yang pernah beberapa kali me
Tetapi, kemurkaan Keannu ternyata tak hilang begitu saja, sehingga dia berkata dengan nada kesal, "Kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan." "Iya, Yang Mulia," balas Riley tanpa membantah ataupun membela diri. Namun, rupanya Rowena tak terima. "Ayah, dia tak bersalah." "Rowena, apa maksudmu? Dia tak bersalah bagaimana? Dia sudah berani memelukmu, kau ...." Monica sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran sang putri. "Bukan dia, Ibu," kata Rowena, sembari melirik ke arah Riley yang terlihat tenang. Sementara Keannu mendesis marah lagi, "Kau pikir aku buta sehingga aku tak bisa mengenali anak laki-laki itu, gadis kecil?" Rowena menggelengkan kepala, "Bukan begitu, Ayah. Memang benar dia. Tapi, yang aku maksud adalah ... aku ...." "Berjanjilah, jika aku mengatakan semuanya kau dan ibu tidak akan memberi hukuman kepadanya," lanjut Rowena dengan mata berkedip-kedip penuh permohonan. Monica tidak setuju dan mengibaskan tangannya bahwa jelas dia menolak permint
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang