Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 134. Keputusan Mutlak

Share

134. Keputusan Mutlak

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-06-15 11:37:57

“Tidak,” jawab Keannu yang sama sekali tak disangka-sangka oleh William.

Keannu bahkan mengulangi lagi dengan menekankan satu kata itu, “TIDAK.”

William mengerjapkan mata, memasang ekspresi tidak mengerti, “Yang Mulia, tapi … mengapa?”

Keannu mendesah pelan, “Itu perang besar, Bill. Kau … sudah memberikan begitu banyak hal untuk istana ini dan sudah tidak terhitung berapa banyak kau mempertaruhkan nyawamu. Aku tidak mau kau harus terlibat lagi.”

Oh, sungguh William sangat tersentuh dengan kelembutan hati sang raja. Tapi sang jenderal tetap berujar lagi, “Tapi saya tidak bisa diam saja melihat satu per satu nyawa prajurit direnggut, Yang Mulia.”

Keannu terdiam. Sebuah dilema pun besar kembali menghantam dadanya.

Sebetulnya dia tahu jika William Mackenzie turun kembali ke medan perang dan memimpin, dia pasti tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Tanpa sedikitpun keraguan dia yakin bila kemenangan pasti akan diraih oleh pihak mereka

William tidak pernah kalah dalam perang satu kali pun da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    135. Kau Menang!

    “Baik, Jenderal Reece,” jawab Cliff yang tahu jenderalnya sedang bersemangat.Andrew Reece sendiri tidak tahu apakah yang membuat William Mackenzie ingin berbicara dengannya.Akan tetapi, apapun itu, hal itu tidak menutupi rasa bahagianya akhirnya sang jenderal yang telah lama menghilang itu kembali mau menampakkan dirinya. Bahkan, sang jenderal besar masuk ke istana melalui cara yang resmi. Sungguh dia tak sabar untuk menyapa orang yang telah berjasa banyak bagi karirnya itu. Hanya dalam beberapa detik saja, panggilan dari Cliff itu pun mendapatkan jawaban. Cliff segera menyerahkan tablet untuk digunakan berkomunikasi pada Andrew. Andrew begitu sangat gugup tapi tak bisa menutupi rasa senangnya. Ketika dia menatap layar, dia benar-benar melihat wajah sang jenderal yang sangat dia hafal. William terlihat menua tapi Andrew masih bisa melihat garis-garis wajahnya yang tak berubah.“Jenderal Reece,” sapa William dengan senyum tipis.Andrew Reece seketika merasa kikuk. Dipanggil “Jend

    Last Updated : 2024-06-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    136. Dia Putraku!

    William pun akhirnya menjawab, “Kau … bilang bahwa putraku sangat luar biasa, bukan?”“I-iya, Jenderal,” sahut Andrew tergagap.William mengangguk kecil, “Kalau begitu dia pasti akan bisa mengatasi apapun yang menghadangnya.”“Ta-tapi, Jenderal … ini medan perang besar dan dia masih menjadi calon prajurit. Bagaimana jika dia menemukan lawan yang tangguh?” balas Andrew yang sebenarnya sulit dia katakan.William mendesah pelan. “Reece, dia putraku. PUTRAKU. Aku tahu kemampuannya. Dia pasti punya seribu cara untuk bertahan. Dia tidak akan mudah … mati.”Sebuah kata terakhir itu diucapkan begitu pelan, tapi Andrew tahu bila sang jenderal perang terkuat itu sedang cemas. Akan tetapi, dia tahu bagaimana posisinya saat ini. Sebagai seorang penasihat perang, dia tidak boleh mementingkan kepentingan pribadinya sendiri. Yang dalam hal ini adalah mengutamakan keselamatan putranya.Dia tentu saja bisa meminta putranya untuk diselamatkan terlebih dulu dan dia yakin Andrew Reece pasti akan melakuk

    Last Updated : 2024-06-17
  • Sang Dewa Perang Terkuat    137. Tidak Terlalu Jauh!

    Sebelum dua prajurit itu menjawab, Greg Sehel sudah mendekati mereka dan mencengkram bahu salah satu dari mereka sembari berujar dengan sorot mata cemas luar biasa, “Katakan, di mana mereka? Kenapa mereka tak kembali bersama kalian berdua?”Ryan, teman baik Ben yang merupakan pemimpin kelompok itu pun menjawab dengan penuh rasa takut, “Kami sudah menemukan mereka, Komandan. Mereka ada di belakang.”Ryan menunjuk ke arah belakang. Sedangkan Morphy, prajurit senior kelas dua yang bersamanya pun menambahkan dengan takut-takut, “Mereka mungkin berjalan agak lebih lambat, Komandan.”Kelegaan seketika menghampiri Greg. Pria itu pun perlahan melepaskan cengkraman tangannya dari bahu Ryan. Dengan cepat Greg berjalan ke arah belakang, menunggu kedatangan para prajurit itu dengan tidak sabar.Sementara Ryan saling lempar pandang penuh kebingungan dengan Morphy melihat reaksi sang komandan yang menurut mereka sangat mengejutkan.Apa mungkin karena prajurit yang hilang itu adalah calon menantu r

    Last Updated : 2024-06-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    138. Aku Masih Hidup!

    Riley menggertakkan gigi melihat temannya kembali terluka dan segera mencari daerah perlindungan.Pemuda itu masih tetap melakukan perlawanan sembari meneliti tempat yang bisa digunakan untuk mereka untuk bersembunyi sementara waktu.“Di sana!” tunjuk Riley pelan pada akhirnya.Shin dan Ben pun mengerti. Shin memapah James, sementara Ben dan Riley memastikan tak ada prajurit yang mengetahui ke mana arah mereka pergi.Begitu bisa melepaskan diri dari para prajurit musuh dan masuk ke dalam sebuah goa di dekat pohon, Shin membaringkan James pada dinding goa. Dengan cepat dia langsung memeriksa luka pemuda itu. Ben sendiri masih mengawasi area luar dan membiarkan Riley menjaga membantu Shin.“Apa lukanya cukup parah?” Riley bertanya dengan tenggorokan tercekat. Dia melihat James hanya menutup mata, tapi Riley menebak saat ini James sedang menahan sakit. Riley pun tahu James pasti tidak akan menunjukkan ekspresi kesakitannya pada dirinya sehingga dia pasti akan lebih memilih untuk menut

    Last Updated : 2024-06-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    139. Mengapa Terburu-buru?

    Ben kembali berpikir serius dan berhati-hati mengambil keputusan. Ben sesungguhnya tidak mau mengambil resiko seperti kehilangan jejak pemuda itu lagi. Akan tetapi, saat ini mereka benar-benar tidak memiliki pilihan yang lebih baik.Dia pun mengakui kemampuan Riley Wood sangat mengagumkan. Bahkan, dia menilai di masa depan Riley mungkin bisa menjadi pemimpin prajurit yang hebat di masa depan.Hal itu sudah dibuktikannya ketika dia menemukan Riley Wood dalam keadaan masih hidup tanpa sedikit pun luka di tubuhnya. Padahal, pemuda itu sudah menghadapi begitu banyak musuh dan juga melakukan upaya penyelamatan James Gardner.Di samping itu, dalam perjalanan mereka, Riley juga telah menunjukkan kemampuan terhebatnya dalam melindungi mereka dan juga menemukan sebuah tempat persembunyiaan untuk mereka.Dia pun akhirnya berpikir jika dia menghalangi Riley pergi, sama halnya dia membiarkan pemuda itu tidak bisa mengembangkan kemampuannya. Sang pemimpin melirik ke arah James Gardner yang wajah

    Last Updated : 2024-06-20
  • Sang Dewa Perang Terkuat    140. Pertanyaan Apa Itu?

    Beberapa orang tertawa senang. Salah satu dari para prajurit musuh itu berkata, “Kau benar, mengapa kita tidak bersenang-senang dengan anak ini terlebih dulu?”Seseorang dengan begitu berani dan tanpa rasa takut berjalan mendekati Riley dan ikut berujar, “Jadi, bagaimana, anak muda? Apa kau siap menerima nasibmu yang menyedihkan?”Gelak tawa pun terdengar seketika. Akan tetapi, dikarenakan mereka terlalu bersemangat untuk menyiksa Riley, mereka kehilangan kewaspadaan mereka.Akibatnya, dengan gerakan super cepat Riley membalikkan keadaan dengan cara menembak secara bertubi-tubi. Bahkan, pemuda itu juga berhasil mengambil dua senjata musuhnya dan membuat mereka terkapar.“Sialan!” salah satu dari mereka mengumpat karena terlalu terkejut.Hanya dalam beberapa detik saja si pemuda ingusan itu telah mengacaukan mereka. Sudah banyak dari anggota prajurit musuh yang berjatuhan dengan luka yang bervariasi.Bodohnya lagi, rupanya hampir seluruh dari para prajurit tidak mengenakan baju pelindu

    Last Updated : 2024-06-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    141. Coba Saja Kalau Kau Bisa!

    Riley tetap memasang ekspresi tenang dan membalas, “Mengapa kau bertanya soal salah satu jenderal perang dari kerajaan kami?”Sang prajurit musuh itu mendadak tersenyum miring, “Karena kau memiliki banyak kemiripan dengan dia, anak muda. Katakan padaku! Apa kau saudaranya? Atau kau … mungkin putranya?”Mendengar pertanyaan itu, Riley pun langsung mencoba menggali ingatannya mengenai semua informasi yang telah dia baca dalam buku tentang kerajaan itu sebelum dia berangkat ke medan perang.Ketika dia mencoba mengingat-ingat semuanya, dia mendapatkan sebuah nama yang berhasil dia ingat.“Kau … Bradley Martin?” Riley bertanya dengan dahi mengerut, ingin memastikan bila dia tidak salah menebak.“Seorang komandan yang dikalahkan oleh Jenderal Mackenzie,” tambah Riley.Bradley pun tercengang. Pria itu terdiam selama beberapa saat dan kemudian kembali tersenyum mengerikan. “Yah, kau benar. Dia memang mengalahkan aku dan gara-gara strategi liciknya itu kerajaanku sampai harus menyerah pada Ans

    Last Updated : 2024-06-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    142. Kapan Dia Akan Menyerah?

    Sementara itu, Riley masih bergerak dengan begitu sangat lincah dan tidak terlihat tertekan sedikitpun. Hal itu bisa dirasakan oleh Bradley melalui tembakan-tembakan Riley yang tidak terlalu berjarak lama.“Anak muda itu sudah gila! Bagaimana dia bisa bersabar seperti itu?”Pria itu menggelengkan kepala, “Kalau aku jadi dia, aku pasti sudah membunuh musuhku. Mengapa dia tetap bertahan menyerang dengan cara seperti itu?”Dan lagi, dia pun heran dengan penglihatan Riley. Bradley menilai pemuda itu seolah memiliki mata seekor kucing yang memiliki penglihatan yang jelas di dalam gelapnya malam.Akan tetapi, dia salah besar. Riley justru merasa sedikit agak ceroboh jika bertempur dalam gelap.“Astaga! Kapan dia akan menyerah?” gumam pemuda itu sudah mulai frustasi. Dia bisa saja menembak jantung Bradley dengan tepat. Selama pertempuran yang telah berlangsung beberapa menit itu, dia hanya menghafal bagaimana cara Bradley bergerak dan itu cukup berhasil.Perkiraannya cukup tetap. Bradley b

    Last Updated : 2024-06-23

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    92. Sampai Kapan?

    Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di

  • Sang Dewa Perang Terkuat    91. Sebuah Kesalahan

    Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    90. Tuduhan James

    Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    89. Dia Sudah Tahu?

    James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye

  • Sang Dewa Perang Terkuat    88. Tidak Akan Terkejar, James!

    Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    87. Rencana Putri Rowena

    Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    86. Butik Veren

    Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb

  • Sang Dewa Perang Terkuat    85. Keanehan Lain

    Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    84. Katakan, Rei!

    Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status