Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 133. Keadaan yang Rumit

Share

133. Keadaan yang Rumit

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 12:45:12

Sang staf pun menjawab dengan begitu terlihat ragu-ragu.

William seketika menyadari sebuah keanehan di sana hingga lelaki itu pun memilih untuk bertanya secara langsung, “Ada apa? Apa ada sesuatu hal buruk terjadi pada para calon prajurit?”

Staf itu tiba-tiba merasa bangga karena jenderal perang terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou berbicara kepadanya. Siapa yang tidak mengidolakan sosok legendaris yang saat ini sedang duduk di samping rajanya itu?

Dia adalah salah satu orang yang merupakan penggemar fanatik seorang William Mackenzie.

Dikarenakan tak mau membuat sang jenderal menunggu lama, dia pun menjawab dengan cepat, “Jenderal, memang ada sesuatu terjadi di sana. Namun, ini sedikit agak rumit.”

“Rumit? Apa yang sebenarnya terjadi?” Keannu bertanya dengan nada cemas.

“Ada adu mulut yang terjadi hingga membuat James Gardner meninggalkan kelompoknya. Lalu … lalu ….”

Staf itu berhenti berbicara lagi, dia melirik penuh rasa takut ke arah Keannu Wellington. Bagaimanapun juga,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    134. Keputusan Mutlak

    “Tidak,” jawab Keannu yang sama sekali tak disangka-sangka oleh William.Keannu bahkan mengulangi lagi dengan menekankan satu kata itu, “TIDAK.”William mengerjapkan mata, memasang ekspresi tidak mengerti, “Yang Mulia, tapi … mengapa?”Keannu mendesah pelan, “Itu perang besar, Bill. Kau … sudah memberikan begitu banyak hal untuk istana ini dan sudah tidak terhitung berapa banyak kau mempertaruhkan nyawamu. Aku tidak mau kau harus terlibat lagi.”Oh, sungguh William sangat tersentuh dengan kelembutan hati sang raja. Tapi sang jenderal tetap berujar lagi, “Tapi saya tidak bisa diam saja melihat satu per satu nyawa prajurit direnggut, Yang Mulia.”Keannu terdiam. Sebuah dilema pun besar kembali menghantam dadanya.Sebetulnya dia tahu jika William Mackenzie turun kembali ke medan perang dan memimpin, dia pasti tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Tanpa sedikitpun keraguan dia yakin bila kemenangan pasti akan diraih oleh pihak mereka William tidak pernah kalah dalam perang satu kali pun da

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    135. Kau Menang!

    “Baik, Jenderal Reece,” jawab Cliff yang tahu jenderalnya sedang bersemangat.Andrew Reece sendiri tidak tahu apakah yang membuat William Mackenzie ingin berbicara dengannya.Akan tetapi, apapun itu, hal itu tidak menutupi rasa bahagianya akhirnya sang jenderal yang telah lama menghilang itu kembali mau menampakkan dirinya. Bahkan, sang jenderal besar masuk ke istana melalui cara yang resmi. Sungguh dia tak sabar untuk menyapa orang yang telah berjasa banyak bagi karirnya itu. Hanya dalam beberapa detik saja, panggilan dari Cliff itu pun mendapatkan jawaban. Cliff segera menyerahkan tablet untuk digunakan berkomunikasi pada Andrew. Andrew begitu sangat gugup tapi tak bisa menutupi rasa senangnya. Ketika dia menatap layar, dia benar-benar melihat wajah sang jenderal yang sangat dia hafal. William terlihat menua tapi Andrew masih bisa melihat garis-garis wajahnya yang tak berubah.“Jenderal Reece,” sapa William dengan senyum tipis.Andrew Reece seketika merasa kikuk. Dipanggil “Jend

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    136. Dia Putraku!

    William pun akhirnya menjawab, “Kau … bilang bahwa putraku sangat luar biasa, bukan?”“I-iya, Jenderal,” sahut Andrew tergagap.William mengangguk kecil, “Kalau begitu dia pasti akan bisa mengatasi apapun yang menghadangnya.”“Ta-tapi, Jenderal … ini medan perang besar dan dia masih menjadi calon prajurit. Bagaimana jika dia menemukan lawan yang tangguh?” balas Andrew yang sebenarnya sulit dia katakan.William mendesah pelan. “Reece, dia putraku. PUTRAKU. Aku tahu kemampuannya. Dia pasti punya seribu cara untuk bertahan. Dia tidak akan mudah … mati.”Sebuah kata terakhir itu diucapkan begitu pelan, tapi Andrew tahu bila sang jenderal perang terkuat itu sedang cemas. Akan tetapi, dia tahu bagaimana posisinya saat ini. Sebagai seorang penasihat perang, dia tidak boleh mementingkan kepentingan pribadinya sendiri. Yang dalam hal ini adalah mengutamakan keselamatan putranya.Dia tentu saja bisa meminta putranya untuk diselamatkan terlebih dulu dan dia yakin Andrew Reece pasti akan melakuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Sang Dewa Perang Terkuat    137. Tidak Terlalu Jauh!

    Sebelum dua prajurit itu menjawab, Greg Sehel sudah mendekati mereka dan mencengkram bahu salah satu dari mereka sembari berujar dengan sorot mata cemas luar biasa, “Katakan, di mana mereka? Kenapa mereka tak kembali bersama kalian berdua?”Ryan, teman baik Ben yang merupakan pemimpin kelompok itu pun menjawab dengan penuh rasa takut, “Kami sudah menemukan mereka, Komandan. Mereka ada di belakang.”Ryan menunjuk ke arah belakang. Sedangkan Morphy, prajurit senior kelas dua yang bersamanya pun menambahkan dengan takut-takut, “Mereka mungkin berjalan agak lebih lambat, Komandan.”Kelegaan seketika menghampiri Greg. Pria itu pun perlahan melepaskan cengkraman tangannya dari bahu Ryan. Dengan cepat Greg berjalan ke arah belakang, menunggu kedatangan para prajurit itu dengan tidak sabar.Sementara Ryan saling lempar pandang penuh kebingungan dengan Morphy melihat reaksi sang komandan yang menurut mereka sangat mengejutkan.Apa mungkin karena prajurit yang hilang itu adalah calon menantu r

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    138. Aku Masih Hidup!

    Riley menggertakkan gigi melihat temannya kembali terluka dan segera mencari daerah perlindungan.Pemuda itu masih tetap melakukan perlawanan sembari meneliti tempat yang bisa digunakan untuk mereka untuk bersembunyi sementara waktu.“Di sana!” tunjuk Riley pelan pada akhirnya.Shin dan Ben pun mengerti. Shin memapah James, sementara Ben dan Riley memastikan tak ada prajurit yang mengetahui ke mana arah mereka pergi.Begitu bisa melepaskan diri dari para prajurit musuh dan masuk ke dalam sebuah goa di dekat pohon, Shin membaringkan James pada dinding goa. Dengan cepat dia langsung memeriksa luka pemuda itu. Ben sendiri masih mengawasi area luar dan membiarkan Riley menjaga membantu Shin.“Apa lukanya cukup parah?” Riley bertanya dengan tenggorokan tercekat. Dia melihat James hanya menutup mata, tapi Riley menebak saat ini James sedang menahan sakit. Riley pun tahu James pasti tidak akan menunjukkan ekspresi kesakitannya pada dirinya sehingga dia pasti akan lebih memilih untuk menut

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    139. Mengapa Terburu-buru?

    Ben kembali berpikir serius dan berhati-hati mengambil keputusan. Ben sesungguhnya tidak mau mengambil resiko seperti kehilangan jejak pemuda itu lagi. Akan tetapi, saat ini mereka benar-benar tidak memiliki pilihan yang lebih baik.Dia pun mengakui kemampuan Riley Wood sangat mengagumkan. Bahkan, dia menilai di masa depan Riley mungkin bisa menjadi pemimpin prajurit yang hebat di masa depan.Hal itu sudah dibuktikannya ketika dia menemukan Riley Wood dalam keadaan masih hidup tanpa sedikit pun luka di tubuhnya. Padahal, pemuda itu sudah menghadapi begitu banyak musuh dan juga melakukan upaya penyelamatan James Gardner.Di samping itu, dalam perjalanan mereka, Riley juga telah menunjukkan kemampuan terhebatnya dalam melindungi mereka dan juga menemukan sebuah tempat persembunyiaan untuk mereka.Dia pun akhirnya berpikir jika dia menghalangi Riley pergi, sama halnya dia membiarkan pemuda itu tidak bisa mengembangkan kemampuannya. Sang pemimpin melirik ke arah James Gardner yang wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Sang Dewa Perang Terkuat    140. Pertanyaan Apa Itu?

    Beberapa orang tertawa senang. Salah satu dari para prajurit musuh itu berkata, “Kau benar, mengapa kita tidak bersenang-senang dengan anak ini terlebih dulu?”Seseorang dengan begitu berani dan tanpa rasa takut berjalan mendekati Riley dan ikut berujar, “Jadi, bagaimana, anak muda? Apa kau siap menerima nasibmu yang menyedihkan?”Gelak tawa pun terdengar seketika. Akan tetapi, dikarenakan mereka terlalu bersemangat untuk menyiksa Riley, mereka kehilangan kewaspadaan mereka.Akibatnya, dengan gerakan super cepat Riley membalikkan keadaan dengan cara menembak secara bertubi-tubi. Bahkan, pemuda itu juga berhasil mengambil dua senjata musuhnya dan membuat mereka terkapar.“Sialan!” salah satu dari mereka mengumpat karena terlalu terkejut.Hanya dalam beberapa detik saja si pemuda ingusan itu telah mengacaukan mereka. Sudah banyak dari anggota prajurit musuh yang berjatuhan dengan luka yang bervariasi.Bodohnya lagi, rupanya hampir seluruh dari para prajurit tidak mengenakan baju pelindu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    141. Coba Saja Kalau Kau Bisa!

    Riley tetap memasang ekspresi tenang dan membalas, “Mengapa kau bertanya soal salah satu jenderal perang dari kerajaan kami?”Sang prajurit musuh itu mendadak tersenyum miring, “Karena kau memiliki banyak kemiripan dengan dia, anak muda. Katakan padaku! Apa kau saudaranya? Atau kau … mungkin putranya?”Mendengar pertanyaan itu, Riley pun langsung mencoba menggali ingatannya mengenai semua informasi yang telah dia baca dalam buku tentang kerajaan itu sebelum dia berangkat ke medan perang.Ketika dia mencoba mengingat-ingat semuanya, dia mendapatkan sebuah nama yang berhasil dia ingat.“Kau … Bradley Martin?” Riley bertanya dengan dahi mengerut, ingin memastikan bila dia tidak salah menebak.“Seorang komandan yang dikalahkan oleh Jenderal Mackenzie,” tambah Riley.Bradley pun tercengang. Pria itu terdiam selama beberapa saat dan kemudian kembali tersenyum mengerikan. “Yah, kau benar. Dia memang mengalahkan aku dan gara-gara strategi liciknya itu kerajaanku sampai harus menyerah pada Ans

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    61. Berlebihan

    Dengan bahu lemas Rowena mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Xylan yang memang benar menurutnya.Xylan tercengang, tidak percaya. Memang ada orang seperti itu? Jenderal perang bukanlah jabatan yang sembarangan. Mana mungkin ada orang yang rela memberikan jabatan penting itu untuk orang lain? Itu tidak masuk akal, Xylan membatin dengan kening terlipat.Rowena memperhatikan reaksi adik laki-lakinya itu dan kemudian dia pun mendesah pelan. Wanita muda itu berkata, “Iya, aku tahu orang tak akan mudah percaya kalau ada orang seperti Riley. Namun, … setiap orang yang mengenal Riley dengan sangat baik sudah pasti berpikir bahwa hal yang dilakukan oleh Riley itu bukanlah hal besar untuknya.” “Dia bukanlah orang yang gila jabatan penting dan dia tidak akan segan-segan untuk mengorbankan dirinya, termasuk jabatan dan bahkan nyawanya sekalipun untuk orang lain,” Rowena menambahkan, memperkuat argumen yang dia yakini memang benar.Xylan masih terlihat tidak yakin dan malah sepenuhnya meragu

  • Sang Dewa Perang Terkuat    60. Tujuan Riley

    Diperlakukan seperti seorang anak kecil oleh Rowena, tentu saja Xylan tidak mau menerimanya. Dia itu seorang raja. Dia tidak ingin wibawanya jatuh di hadapan semua orang hanya karena masih dianggap seperti bocah oleh kakak perempuannya itu.Secara cepat dia menoleh ke arah sekelilingnya guna melihat apakah ada orang yang melihat sang kakak menyentuh rambut bagian kepala belakangnya. Akan tetapi, dia menghela napas lega ketika tidak ada yang melihatnya.Ah, aku sudah menjadi raja. Siapapun tidak akan berani melihat ke arahku jika aku tidak memberi mereka izin, Xylan berkata dalam hati. Pria muda itu menggelengkan kepala, merasa terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak terlalu penting.“Bukan. Bukan aku tidak percaya kepadamu, Rowena. Masalahnya adalah … itu ….”Oh, Xylan kehilangan kata-kata. Dia kesulitan merangkai kata-kata, takut bila perkataannya bisa menyinggung sang kakak.Tetapi, dia melihat Rowena terdiam, seolah memang menunggu lanjutan ucapannya sehingga dia pun berujar, “Beg

  • Sang Dewa Perang Terkuat    59. Kau Tidak Percaya?

    Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    58. Penumpang Cerewet

    Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en

  • Sang Dewa Perang Terkuat    57. Satu Hari Cukup?

    “Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    56. Katakanlah, Yang Mulia!

    “Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh

  • Sang Dewa Perang Terkuat    55. Tidak Kecewa?

    Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,

  • Sang Dewa Perang Terkuat    54. Raja Terbaik?

    Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    53. Demi Kebaikan

    Philip Crawford pun menjawab, “Yang Mulia, Anda telah melakukan kesalahan besar.”Semua orang menahan napas mendengar jawaban yang sangat berani yang dikatakan oleh Philip.Bahkan, Ashton Rowles tampak terkejut setengah mati hingga lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.“Astaga! Apa Perdana Menteri sudah hilang akal?” gumam seorang menteri yang berdiri tidak jauh dari Ashton.Seorang temannya yang juga merupakan menteri pun membalas, “Dia memang sudah gila.”“Aku rasa dia berani membantah raja karena dia tidak rela kehilangan jabatannya,” sahut menteri lain.Seorang staf kementerian kehutanan mengangguk, “Anda semua benar, menteri. Sepertinya Perdana Menteri Crawford tidak bisa menerima keputusan raja.”“Itu sudah jelas. Hanya saja … kalau aku menjadi Perdana Menteri, aku akan melakukan hal yang sama,” kata seorang staf kementerian yang lain.Menteri Sosial menanggapi, “Mengapa?”Orang itu mengangkat bahu, “Masalahnya adalah … dia digantikan oleh seorang yang memiliki kriteria jauh

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status