Dalam beberapa detik Jody Gardner terlihat membatu begitu mendengar ucapan dari Bill.Kalimat itu diucapkan dengan suara yang begitu dingin dan menusuk sampai-sampai rasanya dia hampir menggigil karenanya.Jody bahkan merasa tenggorokannya terasa kering hingga begitu sakit sampai tak bisa menelan ludah.Aneh.Dia merasa ketakutan hanya dengan mendengar suara itu.Dia pun mulai bertanya-tanya, di mana asalnya rasa takut yang begitu mencekam dirinya ini? Rasanya tidak pernah dia merasa begitu takut selama ini seumur hidupnya.Akan tetapi, saat dia mulai teringat akan sesuatu, matanya pun terbelalak karena terlalu terkejut.William Mackenzie.Satu-satunya orang yang mampu membuatnya bergidik ngeri dan tunduk terhadap perintahnya.Hanya jenderal besar itu yang bisa membuatnya tak bisa berkutik.Jody pun memutar pandangan dan menatap mata yang sedang menatapnya dengan tajam itu."Kau ... tidak mungkin," ucap Jody dengan suara serak.Suaranya memang telah kembali tetapi tidak dengan kebera
"Kau ... pasti sedang mabuk, sampai-sampai kau berbicara seperti ini," ucap Andrew tiba-tiba.Sean ingin sekali membantah, tapi dia terdiam sejenak.Andrew berujar, "Asal kau tahu saja, tidak semua orang bisa menjadi seorang prajurit. Bukankah kau juga tahu bagaimana sulitnya tes yang kau lalui untuk sampai ke tahap ini, Sean?""Bagaimana bisa kau berkata seolah sekarang kau tidak menginginkan kehidupan menjadi seorang prajurit? Apa kau sudah gila?" lanjut Andrew.Sean terbungkam seketika. Laki-laki muda itu pun menunduk dalam, seakan baru saja ditampar dengan begitu keras. Sementara Howard dan Mark terlihat disadarkan dengan guyuran air dingin."Bukankah kalian beberapa waktu yang lalu baru mengatakan telah merasa begitu bahagia karena sudah berada di dalam pasukan Jenderal Mackenzie?" tanya Andrew yang terlihat telah kehilangan kesabaran.Dia menatap ketiga orang itu secara bergantian dan akhirnya berkata, "Kalau saja Jenderal Mackenzie mendengarkan perkataan kalian tadi, dia pasti
Tubuh Jody Gardner terasa memberat dan mungkin dia akan berubah menjadi batu setelah mendengar ucapan sang raja.Laki-laki tiba-tiba saja kehilangan suaranya dan tak sanggup memecahkan satu kata pun.Keannu Wellington yang melihat keterkejutan di mata Sang Jenderal Perang pun kemudian hanya berkata, "Kau tak perlu terkejut seperti itu, Jenderal."Apa dia sudah gila? Mana mungkin aku tidak terkejut setelah mendengar fakta yang sangat mengejutkan itu? Jody Gardner hanya bisa membatin.Bagaimana dia bisa mengetahui semua itu? Seingatnya, semua prajurit yang terlibat dalam kejadian itu sudah tidak ada.Semua prajurit itu telah gugur dalam perang lain dan jika pun ada yang masih hidup tak ada yang masih berada di dalam istana.Rasa-rasanya tidak mungkin rajanya bisa menemukan orang-orang itu."Kau pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa tahu mengenai hal ini," ucap Keannu dengan begitu santainya.Jody Gardner bersusah payah untuk meneguk ludahnya tetapi masih belum bisa berbicara.Dia pun
Jody Gardner pun segera membalikkan badan dan memberi hormat kepada sang ratu bersama dengan pengikutnya. "Ampun, Yang Mulia Ratu," ucap Jody sambil menundukkan kepala, seolah tak berani menatap ke arah sang ratu. Monica Wilhelm pun berkata dengan pelan, "Jadi, siapa orang yang sedang kau bicarakan dengan begitu bersemangat tadi, Jenderal Gardner?" Jody Gardner menelan ludahnya dengan gugup tapi dia tetap menjawab, "Yang Mulia, Anda hanya salah paham saja." Monica terlihat tertawa sinis saat mendengar jawaban Jody. "Apa kau pikir aku ini tuli, Jenderal Gardner?" tanya sang ratu. Steven seketika membelalakkan mata dan dirinya pun ikut berlutut memohon ampun. "Mohon ampun, Yang Mulia. Saya tidak bermaksud berbicara seperti itu," ucap Jody. Monica berkata, "Ah, baiklah jika kau tidak mau akan terus terang kepadamu. Aku saja yang akan bicara." Jody mengerutkan keningnya sementara Steven terlihat begitu terkejut dengan perkataan sang ratu. "Jenderal Gardner, kalau tidak salah kala
Hari berikutnya, di rumah milik keluarga kecil William Mackenzie, Cassandra Wood sedang menekuk wajahnya begitu mendengarkan pengakuan suaminya."Jadi, selama ini kau menyembunyikan itu dariku, Bill?" tanya Cassandra yang untuk ketiga kalinya.Bill pun dengan berulang kali menjawab, "Aku hanya belum menceritakan hal itu kepadamu, Cassie."Cassandra kembali mendengus keras. "Astaga, tidak bisa dipercaya. Mac milikmu. Bagaimana bisa?"Bill menghela napas panjang, sudah menduga bila istrinya tidak akan mudah percaya kepadanya."Aku memulainya sejak aku masih muda, Cassie. Berikut beberapa perusahaanku yang lain. Semua ada di daftar itu," jelas Bill sambil menunjuk sebuah map besar yang berisi tentang seluruh aset yang Bill miliki.Cassandra menoleh ke arah suaminya, "Ternyata aku memang benar-benar tidak mengenalmu. Hanya sedikit saja yang aku tahu tentangmu."Wanita itu terlihat terganggu dengan hal itu. "Lantas, apa lagi yang masih kau sembunyikan dariku? Apa nanti kau akan kembali me
Howard tak berani menjawab dan malah hanya berani menundukkan pandangannya. Sean dan Mark sendiri juga tak memiliki keberanian untuk membalasnya. Tapi, Bill bertanya sekali lagi, "Berapa jumlah pasukan yang masih kita miliki?"Howard menelan ludah, memilih segera menjawab, "Seratus satu, Jenderal."Bill terdiam."Seratus satu tersebut sudah termasuk Andrew Reece, Jenderal," ucap Sean.Bill mengangguk, "Mereka yang bertahan apakah mereka yang tahu mengenai identitasku?""Benar, Jenderal," jawab Howard.Bill manggut-manggut, "Bagus kalau begitu."Sean melotot syok, "Bagus, Jenderal?""Ya, sangat bagus." Bill memperlihatkan ekspresi wajahnya yang memang terlihat puas.Howard pun memilih bertanya, "Apa yang bagus, Jenderal? Kita hanya tinggal memiliki seratus prajurit. Bagaimana kita akan bertempur nanti?"Bill mendesah lelah, memandang ke arah ketiga anak buahnya itu. "Apa kalian lupa bila jumlah pasukan itu bukan segalanya?" ucap Bill."Yang tidak kalah penting adalah kemampuan dan ju
"Untuk itu, saya tidak bisa menjelasaknnya lebih lanjut, Yang Mulia," ucap Bill.Keannu mendengus keras, sadar bila tak mungkin dirinya bisa memaksa jenderal besar itu sehingga dia pun kemudian hanya bisa berkata, "Baiklah, kalau begitu Jenderal Mackenzie. Terserah kau saja. Kalau kau ingin membongkar identitasmu sendiri tak masalah."Mendengar jawaban itu, Bill pun segera berjkata, "Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia."Keannu mengangguk dan membiarkan William Mackenzie meninggalkannya.Dua hari kemudian, sesuai dengan permintaan Bill, Keannu pun menggelar pesta resmi di dalam halaman aula istana di siang hari. Semua orang pun mulai bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya sedang terjadi."Aku tidak tahu, memangnya ada perayaan apa?" tanya salah satu pelayan yang mempersiapkan pesta itu."Entahlah. Aku tidak mendengar ada sesuatu yang baik yang terjadi, tapi siapa yang tahu?""Sudahlah, kita ini hanya pelayan yang tidak berhak bertanya. Bukankah lebih baik, kita segera s
Tapi selanjutnya suara-suara pun mulai terdengar di sana."Jenderal Mackenzie?""Jenderal terkuat dan terbaik yang pernah kita miliki dulu?" "Tapi di mana beliau sekarang kenapa aku tidak melihatnya?"Seseorang yang lainnya kemudian menggelengkan kepalanya, "Aku tidak melihat orang yang memakai baju zirah milik Sang Jenderal.""Oh, tapi kalau memang perayaan ini dimaksud untuk menyambut kedatangan kembali Jenderal Mackenzie, jelas aja itu masuk akal.""Aku tahu, tapi masalahnya sekarang aku tak melihat adanya tanda-tanda kehadiran beliau," ucap seorang pengawal lainnya.Keannu Wellington yang menunggu orang-orang itu tak lagi berbicara pun kemudian dengan tak sabar mengetuk meja untuk membuat semuanya menjadi lebih terkendali.Saat semua penghuni istana itu mulai terdiam dan menunggu apa yang mungkin akan disampaikan raja mereka, Keannu Wellington pun berdiri dan mulai berjalan ke arah tengah.Monica Wilhelm yang telah mengetahui semuanya itu pun kini sedang luar biasa kesal kepada s
Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun den
Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i
“Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru
Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji
Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing
Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r
Reiner mengedipkan mata mendengar perkataan temannya tersebut. Lelaki itu pun menggelengkan kepala dengan tegas, “Masalah militer di istana? Kau gila? Masalah seperti apa?”“Tidak ada masalah perebutan kekuasaan di istana, James. Pangeran Xylan dan Putri Rowena memiliki hubungan yang sangat baik,” Reiner menjelaskan dengan alis terangkat akibat sangat heran.Belum sempat James menjawab penjelasan Reiner, Ben sudah buru-buru ikut berkata, “Reiner benar. Mereka berdua tidak pernah memiliki masalah. Tidak mungkin mereka bertengkar.”“Tentu saja. Bahkan, Putri Rowena selalu mendukung Pangeran Xylan. Sangat mustahil memperebutkan sebuah tahta. Lagipula, Putri Rowena pastilah masih sangat sedih karena Riley belum ditemukan. Mana mungkin dia memikirkan-”“CUKUP!” James tiba-tiba memotong perkataan Reiner yang sangat panjang itu.Reiner hendak meneruskan perkataannya, tapi rupanya James sedang agak kesal sehingga dia tidak memperdulikan niat Reiner tersebut dan malah lanjut berkata, “Astaga!
“Tidak mungkin,” kata Ben dengan nada tegas.Reiner juga menanggapi, “Mereka tidak mungkin membunuh Riley.”Ben menambahkan kembali, “Jika mereka membunuh Riley, aku yakin mereka sudah mengumumkannya. Atau … setidaknya mereka akan melakukan sesuatu seperti membuat kita bingung dengan keberadaan Riley.”Melihat James terlihat frustasi, Reiner berkata lagi, “Dia pasti masih hidup. Hanya saja kita belum menemukannya.”“Benar. Dia mungkin dipindahkan ke tempat rahasia mereka,” kata Ben.Raut wajah James merileks daripada sebelumnya saat mendengar kalimat-kalimat menenangkan kedua temannya itu. Dia sedikit jauh lebih lega.James lalu menganggukkan kepala, “Kalau begitu, kita harus mencari tahu lebih banyak.”“Iya, kita akan melakukannya. Jangan khawatir!” kata Reiner.Ben berujar dengan penuh nada yakin, “Kita pasti menemukan Riley, James.”James memilih untuk percaya dan kembali melakukan pencarian dengan lebih menyeluruh. Sayangnya, meskipun para prajurit Kerajaan Ans De Lou telah mengi