Share

118. Dasar Bodoh!

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Colin menelan ludah, tak berani membalas ucapan Riley. Terlebih lagi, suara Riley terdengar menakutkan di telinganya.

Namun, hal itu tidak terjadi pada Kenneth. Pria itu malah mengangkat dagu dengan tatapan seolah menantang dan membalas, “Itu salahnya sendiri. Kami tidak pernah menyuruhnya pergi. Dia sendiri yang mau pergi.”

Colin begitu syok saat mengetahui teman baiknya ternyata malah berani melawan Riley.

“BRENGSEK! Kalau kalian berdua tidak memprovokasinya, dia tidak akan mungkin pergi ke sana,” umpat Riley dengan kekesalan yang sudah tidak bisa dia tahan.

Kenneth sadar pemuda itu begitu marah terhadapnya, tapi dia tetap tidak mau mengakuinya dan berkata lagi, “Dia saja yang bodoh. Mengapa dia harus terpancing dengan kata-kata kami? Dia yang tidak bisa mengontrol emosinya sendiri, kenapa malah menyalahkan kami?”

Riley mengepalkan tangan, hendak mengangkat tangannya dan memukul Kenneth dengan kekuatan penuh. Akan tetapi, tepat sebelum tangan kuatnya itu menyentuh rahang Kenneth, s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    119. Di mana Dia?

    "Itu jauh lebih baik, para komandan bisa menghabisi kita kalau mereka tahu kita kehilangan satu calon prujurit," sahut yang lain."Hei, kita tidak kehilangan dia, Ben. Kita hanya belum menemukan dia,” sahut seorang prajurit senior bernama Ryan.Ben mendesah malas, “Itu sama saja. Sudahlah, ayo kita kembali ke sana.”Setelah sepakat, para prajurit yang mencari James pun kembali ke tempat di mana mereka meminta para calon prajurit dan teman-teman rekan prajurit lain masih menunggu.Seorang pemuda yang paling mencolok, Riley Wood, yang diketahui sedang menjalin hubungan dengan putri raja pun berjalan mendekat, “Maaf, apa James tidak ingin kembali?”Ben menggelengkan kepala, “Bukan dia tidak mau kembali, tapi kamu yang belum menemukannya.”Riley tersentak, “Maksudnya kalian tidak bisa menemukannya?”“Iya. Ini hutan liar, kami tidak menguasai daerah ini.” Ben menjelaskan.Colin yang telah berdamai dengan Riley itu seketika meremas tangannya, benar-benar semakin takut.“Lalu, apa kalian aka

  • Sang Dewa Perang Terkuat    120. Dia Tak Ada!

    “Ryan, di mana dia?” Ben bertanya dengan mulai sedikit agak cemas.Ryan yang sedari tadi menjadi salah satu pengawal senior yang bertugas di bagian belakang pun segera celingukan mencari keberadaan Riley.Wajahnya seketika memucat kala dia tak menemukan keberadaan pemuda itu, “Sial. Dia tak ada, Ben.”“Apa yang dia lakukan?”“Kenapa calon prajurit baru ini tak ada yang benar? Yang satu menghilang di depan mata kita dan satu lagi pergi diam-diam!”“Mereka suka membuat kita dalam masalah ya?” gumam prajurit senior yang lain juga. Wajah telah memerah karena marah.Ben tak bisa meluapkan emosinya saat ini. Dia sadar bila tak ada gunanya melampiaskan kekesalannya. Dia malah bisa mendapatkan jauh lebih masalah jika melakukan hal itu.Ben yang sangat gusar itu pun akhirnya berkata, “Ayo, kita cari mereka!”Ryan dan beberapa pengawal senior mengeluh. Tetapi, mereka tak mungkin bisa menolak. Ben yang tahu teman-temannya itu tampak terbebani pun berkata, “Kita harus segera menemukan anak itu d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    121. Level Dua?

    Alen seketika berlari ke arah barisan di mana para prajurit staf medis berada. Dia ikut berbaris bersama dengan teman-temannya yang lain.Selain itu, semua prajurit di sana, baik prajurit senior dan calon prajurit terlihat berbaris di tempat yang berbeda.Hal itu untuk memudahkan para prajurit dengan jabatan tinggi seperti komandan memeriksa para prajurit mereka.Greg Sehel berputar dan menyapu arah pandangannya ke arah para calon prajurit yang berbaris di bagian kanan. Pria itu mengerutkan kening, “Kenapa aku tidak melihat dua anggota calon prajurit dari kelompok ini?”Salah satu prajurit senior yang mendapatkan tugas menelan ludah sebelum menjawab, “Komandan, dua calon prajurit dari kelompok ini menghilang.”Mata Greg Sehel terlihat melotot seakan hampir loncat dari tempatnya, “Apa? Menghilang? Bagaimana hal itu bisa terjadi?”Napas sang komandan mulai memburu seperti seakan menahan rasa amarah, “Katakan padaku! Bagaimana kalian bisa kehilangan mereka berdua?”“Riley Wood dan James

  • Sang Dewa Perang Terkuat    122. Aku Tidak Takut!

    Seorang temannya menjawab dengan sambil merintih kesakitan, “Dia memang tidak membunuh kita, tapi dia … melumpuhkan kita.”“Apa dia berniat membuat kita tersiksa dan mati secara perlahan?” sambung temannya yang lain.Sang ketua kelompok itu tertatih-tatih mencoba bangkit meskipun kakinya begitu kesakitan. Dia menjawab, “Kalau dia menyiksa kita, setidaknya dia pasti akan menembak di bagian yang menyakitkan. Lihatlah luka kalian semua!”“Dia … hanya mencoba membuat kita tak bisa memegang senjata atau … berjalan. Itu artinya dia memang benar-benar tidak ingin membunuh kita,” lanjut sang ketua.Seseorang malah mengumpat, “Bajingan! Kenapa dia melakukan itu? Apa dia pikir kita ini bukan lawannya?”Sang ketua menggeleng dengan susah payah, tenaganya telah terkuras habis karena menahan rasa sakit, “Aku tidak tahu niatnya apa. Tapi … yang pasti dia tidak membunuh kita. Motifnya apa, aku tak peduli.”“Lebih baik, cari cara menghubungi komandan! Cepat! Kita masih dibiarkan hidup, tapi … kalau k

  • Sang Dewa Perang Terkuat    123. Hentikan Seranganmu!

    Sang prajurit Kerajaan Fermoza itu memperlihatkan besi panas tepat di depan mata James Gardner dengan harapan pemuda yang dia perkirakan masih berusia sekitar awal dua puluh tahunan itu akan menyerah lantaran ketakutan.Sayangnya, apa yang dia inginkan tidak terjadi. Dia melihat prajurit muda dari Kerajaan Ans De Lou itu menatapnya tanpa secuil pun rasa takut dan malah berkata, “Silakan saja kau lakukan itu. Aku akan tetap menutup mulutku rapat-rapat.”Prajurit itu pun membelalakkan mata karena terkejut melihat keberanian pemuda itu. Dia pun membalas, “Oh, jadi kau tidak keberatan jika aku melubangi jantungmu itu? Tidak masalah kalau kau mati secara perlahan?”Masih tidak terlihat takut, James menjawab, “Tidak ada satu pun orang yang aku takuti di dunia ini, kecuali … ibuku.”Prajurit musuh itu pun tertawa mengejek, “Ah, begitu. Lalu, bagaimana jika ibumu melihat mayatmu yang mati dengan mengerikan?”Dia menatap James dengan senyuman miring, tapi James tetap teguh pada pendiriannya da

  • Sang Dewa Perang Terkuat    124. Kau Menertawakan Kami?

    James Gardner tertawa renyah, senang melihat kepanikan yang terjadi di antara pasukan musuh yang kini tak berdaya itu.Si pasukan yang tersisa itu langsung tersinggung, “Kau menertawakan kami?”James di sela-sela tawanya itu menjawab, “Tentu saja. Siapa lagi yang bisa membuatku tertawa?”James melirik sebuah nama yang terpasang di bagian kanan seragam tempur pria itu. Edwin Grace. “Brengsek. Kau tertawa di saat nyawamu ada di tanganku, kau pikir dia akan berhasil menyelamatkanmu?” ucap Edwin.James menyeringai, “Dasar bodoh! Kau itu sadar atau tidak? Orang itu sudah berhasil membuat teman-temanmu tersungkur. Kalau aku jadi kau, aku pasti akan menyelamatkan diriku sendiri.”“Aku bukan pengecut,” balas Edwin sembari mengedarkan mata, mengawasi setiap sudut hutan. Dia tak mau si penyerang itu melihatnya lengah dan akhirnya juga menyerangnya.James ingin membuka mulut lagi untuk membalas, tapi Edwin berteriak lagi, “Kalau kau tidak keluar, temanmu ini akan mati.”James menggigit gigi da

  • Sang Dewa Perang Terkuat    125. Lelah?

    James tidak tersinggung dan malah terkekeh, “Aku hanya lelah.”“Lelah? Kau bodoh atau bagaimana?” balas Riley, semakin jengkel."Aku lelah karena hinaan itu," kata James dengan nada lirih.James meringis kala kakinya yang tulangnya patah itu membentur batu saat mereka berjalan melewati bebatuan.Riley sontak menoleh dan melirik ke arah kaki James yang tak berdarah tapi terlihat menggantung. Tanpa memeriksa kaki itu saja, Riley sudah bisa menduga bila kaki kanan James itu sudah patah.James bukan orang lemah yang akan mengeluh jika dia sakit. Pria itu akan berlagak kuat dan tak menderita apapun. Namun, melihat James tak menyembunyikan rasa sakitnya itu dari dirinya, Riley dengan cepat beranggapan bila l

  • Sang Dewa Perang Terkuat    126. Lupakan Saja!

    “Hei, jangan diam saja! Kau membuatku bosan,” kata James sembari mendengus kesal.Riley tetap beradu pandang dengan James yang masih menaikkan alis, menunggu penjelasan.Apakah karena rasa bersalah? Tapi, mengapa?Riley juga tidak tahu bagaimana dia menjawabnya. Dia sendiri tak bisa memahami tindakannya itu. Pemuda yang kakinya sedang terluka itu memang telah tumbuh dari bayi tanpa kehadiran ayahnya. Meskipun semua itu berkaitan dengan ayahnya, tapi tetap saja semua yang menimpa James itu bukan kesalahan ayahnya.Jika sudah begitu, bukankah seharusnya dia tidak perlu memiliki rasa bersalah pada pemuda itu?Lalu, mengapa dia melakukan hal ini? Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya dia melakukan hal yang paling berbahaya di dalam hidupnya. Hal yang dia lakukan kali ini tidak seperti melanggar peraturan istana yang hanya akan berakhir dengan sebuah hukuman, tapi tentu saja tak sampai harus mengorbankan nyawanya.Akan tetapi, saat ini dia benar-benar mempertaruhkan nyawanya di wila

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    2. Bagaimana Jika Saya Menolak?

    James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    260. Akhir

    Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    259. Ini Salahku!

    Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    258. Berita Buruk

    Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk

  • Sang Dewa Perang Terkuat    257. Ah, Jadi Begitu!

    James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    256. Bicaralah Padaku!

    Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs

  • Sang Dewa Perang Terkuat    255. Itu Sudah Terlalu Lama!

    Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang

DMCA.com Protection Status