"Ard, aku ..."Ardiansyah langsung memeluk istrinya yang masih merasa ketakutan. Meskipun semuanya sudah berlalu dan diatasi pihak km rumah sakit.Sekarang, Lidya kembali berbaring setelah lebih tenang, sementara Ardiansyah tetap duduk di sisi ranjang - menggenggam tangan istrinya."Kamu tenang, ya? Sudah sudah membaik," kata Ardiansyah, mencoba untuk menenangkan istrinya.Lidya tersenyum tipis dengan menganggukkan kepalanya, tapi tetap saja terlihat ketakutan setelah kejadian tadi. Dan itu gambar jelas di wajahnya."Jangan khawatir lagi, sayang. Semuanya sudah berakhir," ucap Ardiansyah untuk memberikan semangat pada istrinya."Tapi, aku takut Ard. Apakah ini semacam teror?" Lidya justru memiliki pemikiran lain tentang kejadian yang dialami - negatif thinking.Wanita itu tidak bisa menghilangkan perasaan cemas di dalam pikirannya, dari apa yang baru saja terjadi. Ia masih merasa takut dan khawatir jika ini akan terjadi lagi ke kemudian hari.Tapi Ardiansyah tentunya tidak ingin istr
"Tapi kenapa, sayang? Hm ..." Ardiansyah bertanya dengan lembut lalu mengusap lembut wajah istrinya."Lihatlah kondisimu sekarang, Ard! Gara-gara aku sakit, kamu tidak merawat dirimu sendiri. Aku hanya menjadi beban dan merepotkan kamu sejak," jawab Lidya dengan suara parau menahan tangisnya."Apa-apaan kamu, sayang? Hai, aku tidak pernah merasa kamu merepotkan atau menjadi bebanku. Kita ini suami istri yang memang sudah seharusnya saling mendukung dan itu yang terpenting," jawab Ardiansyah, mencoba meyakinkan istrinya yang dalam keadaan labil.Namun Lidya tetap merasa bersalah dan khawatir. Ia merasa bahwa kejadian seperti ini tidak seharusnya terjadi jika dirinya lebih kuat dan sehat sehingga ia juga bisa terus hamil.Tangisan Lidya justru semakin kencang mengingat kembali tentang keadaannya yang baru saja lewat. Kehilangan calon bayinya, operasi kista dan kini ditambah dengan kondisi kakek Hendra yang tidak sehat.Wanita itu merasa sangat bersalah dan menyesal karena semua ini terj
"Bagaimana bisa?" tanya Ardiansyah setelah membaca pesan tersebut.Lidya, yang baru saja merasakan kebahagiaan dan kelegaan karena kakeknya membaik, merasa kebingungan melihat suaminya yang terlihat sedang panik."Ada apa, Ard? Kenapa kamu terlihat panik begitu?" tanya Lidya - ikutan cemas."Aku tidak tahu, tapi ternyata orang yang pernah masuk ke ruangan rawat inapmu kemarin itu, dia bunuh diri di sel tahanan," kata Ardiansyah dengan wajah tegang."A-pa?" Lidya merasakan nafasnya yang terasa sesak dan jantungnya juga berdegup dengan kencang. Ia langsung ingat pada saat-saat itu, dan rasanya mengerikan ketika seseorang masuk ke kamar rawat inapnya di rumah sakit dan mencoba melakukan sesuatu yang tidak pantas padanya dengan berpura-pura menjadi dokter.Tapi sekarang orang itu justru bunuh diri di dalam tahanan, sedangkan kasusnya belum juga diselesaikan secara penuh.Apa maksudnya ini? Dan kenapa Ardiansyah terlihat begitu khawatir?"Mungkin kita harus bicara dengan seseorang yang bi
"Emh ... Ard, kamu ingat apa yang terjadi pada kita saat pertama kali datang ke villa ini?" tanya Lidya dengan suara lembut tapi wajahnya juga memerah.Ardiansyah mengangkat alisnya, tampak bingung dengan pertanyaan istrinya barusan. Namun, ketika Lidya baru saja memberikan menjelaskan sedikit saja, ia langsung paham hingga ikutan tersenyum sambil menggelengkan kepala."Tentu saja aku ingat, sayang. Saat itu kamu terlihat begitu tegang dan malu-malu ketika kamu menyadari bahwa ini villa milikku," tutur Ardiansyah - ingat dengan respon istrinya."Apalagi dengan semua isi paper bag yang ada di kamar, hahaha ..." imbuh Ardiansyah menggoda istrinya - lagi. Wajah Lidya semakin memerah karena diingatkan kembali pada waktu itu. Ia merasa sangat takut dengan pernikahan mereka yang sudah tidak benar sedari awal, hanya karena ingin melindungi nama baiknya sebagai seorang artis yang terkena gosip murahan.Lidya juga ingat bahwa ia tempat menolak tawaran kakek Hendra untuk menikah dengan cucunya
"Aku mengerti, sayang. Aku akan selalu mendukungmu dan bersama-sama kita akan menghadapi segala hal," ucap Ardiansyah memberikan dukungan pada Lidya, kemudian mengecup kening istrinya dengan penuh cinta."Terima kasih, Ard."Lidya merasa tenang mendengar kata-kata yang diucapkan oleh suaminya. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Ardiansyah yang selalu ada untuknya dan mendukung setiap keputusannya. Mereka berpelukan dengan erat, merasakan kehangatan kasih sayang, dukungan dan apresiasi yang luar biasa satu sama lain di saat-saat yang sulit seperti ini.Beberapa jam kemudian, kakek Hendra terbangun dari tidurnya. Lidya dan Ardiansyah segera mendekatinya, bertanya pada kakek Hendra tentang keadaannya."Kakek tidak apa-apa, tenanglah kalian berdua."Kakek Hendra mengangguk, meminta kedua cucunya untuk tetap tenang dan tidak mengkhawatirkan kondisinya.Akhirnya, mereka bertiga berbincang-bincang tentang segala hal - tentang masa lalu, masa depan, dan hal-hal yang tidak bisa
"Mbak Lidya, ada gosip terbaru yang menyerang Mbak. Coba cek akun gosip artis terkini ya, Mbak!" Natali mengirim pesan teks via wa pada Lidya."Gosip?"Lidya mengerutkan keningnya membaca pesan dari Natali, mengenai gosip terbaru yang tidak dia ketahui sebelumnya. Apalagi selama beberapa waktu terakhir ini, Lidya memang istirahat total - karena waktu itu harus operasi juga istirahat pasca operasi.Untuk beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan Lidya, ia telah meminta maaf dan meminta pada pihak terkait agar mencari artis pengganti. Sedangkan ia juga membayar pinalti yang ada - sesuai dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati sebelumnya.Dengan cepat Lidya membuka akun gosip yang dimaksud oleh Natali, terkait berita yang kemungkinan besar menyangkut tentang dirinya juga."Apa? Ini gila!" seru Lidya - terkejut."Apa ini maksudnya, si Beno?" kesal Lidya, membaca berita yang tidak ada benarnya sama sekali.Di kolom komentar, pada gosip tersebut, banyak sekali tanggapan dari netize
Beberapa waktu berlalu dan gosip-gosip tersebut bukannya semakin mereda malah semakin naik. Namun, Lidya tetap bungkam dan tidak memberikan tanggapan apapun.Ia juga masih merasa khawatir karena hingga kini belum mendapatkan kepastian dari pihak kepolisian mengenai teror yang dialaminya. Semua yang terjadi terasa sangat janggal dan tidak ada yang benar sama sekali.Karena tidak sabar, Lidya akhirnya menghubungi suaminya untuk bertanya."Sudahkah kau mendapatkan informasi tentang teror yang terjadi beberapa waktu lalu, sayang?" tanya Lidya dengan nada cemas."Sudah, Lid. Dan ternyata semuanya bermula dari kecurigaan sesaat dan berlarut-larut karena orang yang kita tidak kenal. Dia adalah pelaku utama yang mencoba memberikan tekanan pada kita dengan berbagai cara," jawab suaminya dengan lesu."Maksudnya?" tanya Lidya - lagi.Meskipun demikian, Lidya tetap merasa lega dan bersyukur bahwa pelaku teror telah ditemukan. Namun ia merasa tidak suka dengan cara seseorang yang begitu jahat dan
Setelah menyelesaikan permasalah pribadi mereka, Ardiansyah dan Lidya kembali menghadapi masalah yang lebih besar ketika kantor suaminya menerima tekanan dari pihak lain untuk menjual perusahaan mereka yang ada di Pekalongan.Ardiansyah merasa bahwa ini adalah sebuah ancaman, dan ia berusaha untuk menahan tekanan itu sendirian. Tetapi Lidya tetap khawatir dan mencoba membujuk suaminya untuk mengungkapkan masalah tersebut kepadanya agar ia bisa ikut berpikir."Aku tidak ingin kamu ikut terlibat dalam masalah ini, Lid. Aku bisa menanganinya sendiri," ujar Ardiansyah ketika Lidya mencoba bertanya agar bisa membantunya."Tapi, kamu tidak bisa melakukannya sendiri. Aku di sini untuk membantumu, kita harus menyelesaikan ini bersama-sama," sahut Lidya, mencoba meyakinkan suaminya."Mungkin kamu benar, sayang. Tapi aku masih belum tahu bagaimana caranya," ucap Ardiansyah yang belum menemukan cara penyelesaian.Akhirnya Lidya ikut berpikir setelah mendapat penjelasan dari suaminya, kemudian me