Share

67. Bukan Sekedar Teror

last update Last Updated: 2024-01-12 18:33:06
"Sus, ada apa sebenarnya? Kenapa suster tampak cemas?" tanya Ardiansyah, mencoba untuk mencari tahu.

Sejak memanggilnya, Ardiansyah melihat wajah perawat jaga yang terlihat cemas dan tergesa-gesa sehingga ini membuatnya juga ikut merasa khawatir. Ia mulai curiga dengan merasakan adanya sesuatu yang tidak beres dan mungkin saja ada kejadian yang tidak diharapkan.

"Maaf, Pak. Saya hanya sedang mencari dokter agar dapat mengecek kondisi istri Pak Ardi," jawab perawat dengan suara yang terdengar gugup.

Ardiansyah menyipitkan matanya - semakin curiga. Dia mulai merasakan detak jantungnya berdegup kencang - khawatir dengan keadaan sang istri.

Tanpa menunggu jawaban dari perawat tersebut, Ardiansyah segera membuka pintu ruangan dengan cepat. Dan ternyata, di dalam ruangan rawat inap istrinya ada seorang pria berpakaian putih yang sedang berbicara dengan istrinya. Kemungkinan pria itu adalah seorang dokter - yang tadi dicari perawat.

Tapi melihat Lidya yang terlihat cemas dan ketakutan - semen
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    68. Pusing

    "Ard, aku ..."Ardiansyah langsung memeluk istrinya yang masih merasa ketakutan. Meskipun semuanya sudah berlalu dan diatasi pihak km rumah sakit.Sekarang, Lidya kembali berbaring setelah lebih tenang, sementara Ardiansyah tetap duduk di sisi ranjang - menggenggam tangan istrinya."Kamu tenang, ya? Sudah sudah membaik," kata Ardiansyah, mencoba untuk menenangkan istrinya.Lidya tersenyum tipis dengan menganggukkan kepalanya, tapi tetap saja terlihat ketakutan setelah kejadian tadi. Dan itu gambar jelas di wajahnya."Jangan khawatir lagi, sayang. Semuanya sudah berakhir," ucap Ardiansyah untuk memberikan semangat pada istrinya."Tapi, aku takut Ard. Apakah ini semacam teror?" Lidya justru memiliki pemikiran lain tentang kejadian yang dialami - negatif thinking.Wanita itu tidak bisa menghilangkan perasaan cemas di dalam pikirannya, dari apa yang baru saja terjadi. Ia masih merasa takut dan khawatir jika ini akan terjadi lagi ke kemudian hari.Tapi Ardiansyah tentunya tidak ingin istr

    Last Updated : 2024-01-14
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    69. Memutuskan

    "Tapi kenapa, sayang? Hm ..." Ardiansyah bertanya dengan lembut lalu mengusap lembut wajah istrinya."Lihatlah kondisimu sekarang, Ard! Gara-gara aku sakit, kamu tidak merawat dirimu sendiri. Aku hanya menjadi beban dan merepotkan kamu sejak," jawab Lidya dengan suara parau menahan tangisnya."Apa-apaan kamu, sayang? Hai, aku tidak pernah merasa kamu merepotkan atau menjadi bebanku. Kita ini suami istri yang memang sudah seharusnya saling mendukung dan itu yang terpenting," jawab Ardiansyah, mencoba meyakinkan istrinya yang dalam keadaan labil.Namun Lidya tetap merasa bersalah dan khawatir. Ia merasa bahwa kejadian seperti ini tidak seharusnya terjadi jika dirinya lebih kuat dan sehat sehingga ia juga bisa terus hamil.Tangisan Lidya justru semakin kencang mengingat kembali tentang keadaannya yang baru saja lewat. Kehilangan calon bayinya, operasi kista dan kini ditambah dengan kondisi kakek Hendra yang tidak sehat.Wanita itu merasa sangat bersalah dan menyesal karena semua ini terj

    Last Updated : 2024-01-15
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    70. Secepatnya

    "Bagaimana bisa?" tanya Ardiansyah setelah membaca pesan tersebut.Lidya, yang baru saja merasakan kebahagiaan dan kelegaan karena kakeknya membaik, merasa kebingungan melihat suaminya yang terlihat sedang panik."Ada apa, Ard? Kenapa kamu terlihat panik begitu?" tanya Lidya - ikutan cemas."Aku tidak tahu, tapi ternyata orang yang pernah masuk ke ruangan rawat inapmu kemarin itu, dia bunuh diri di sel tahanan," kata Ardiansyah dengan wajah tegang."A-pa?" Lidya merasakan nafasnya yang terasa sesak dan jantungnya juga berdegup dengan kencang. Ia langsung ingat pada saat-saat itu, dan rasanya mengerikan ketika seseorang masuk ke kamar rawat inapnya di rumah sakit dan mencoba melakukan sesuatu yang tidak pantas padanya dengan berpura-pura menjadi dokter.Tapi sekarang orang itu justru bunuh diri di dalam tahanan, sedangkan kasusnya belum juga diselesaikan secara penuh.Apa maksudnya ini? Dan kenapa Ardiansyah terlihat begitu khawatir?"Mungkin kita harus bicara dengan seseorang yang bi

    Last Updated : 2024-01-16
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    71. Mencari Ketenangan

    "Emh ... Ard, kamu ingat apa yang terjadi pada kita saat pertama kali datang ke villa ini?" tanya Lidya dengan suara lembut tapi wajahnya juga memerah.Ardiansyah mengangkat alisnya, tampak bingung dengan pertanyaan istrinya barusan. Namun, ketika Lidya baru saja memberikan menjelaskan sedikit saja, ia langsung paham hingga ikutan tersenyum sambil menggelengkan kepala."Tentu saja aku ingat, sayang. Saat itu kamu terlihat begitu tegang dan malu-malu ketika kamu menyadari bahwa ini villa milikku," tutur Ardiansyah - ingat dengan respon istrinya."Apalagi dengan semua isi paper bag yang ada di kamar, hahaha ..." imbuh Ardiansyah menggoda istrinya - lagi. Wajah Lidya semakin memerah karena diingatkan kembali pada waktu itu. Ia merasa sangat takut dengan pernikahan mereka yang sudah tidak benar sedari awal, hanya karena ingin melindungi nama baiknya sebagai seorang artis yang terkena gosip murahan.Lidya juga ingat bahwa ia tempat menolak tawaran kakek Hendra untuk menikah dengan cucunya

    Last Updated : 2024-01-17
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    72. Masalah lainnya

    "Aku mengerti, sayang. Aku akan selalu mendukungmu dan bersama-sama kita akan menghadapi segala hal," ucap Ardiansyah memberikan dukungan pada Lidya, kemudian mengecup kening istrinya dengan penuh cinta."Terima kasih, Ard."Lidya merasa tenang mendengar kata-kata yang diucapkan oleh suaminya. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami seperti Ardiansyah yang selalu ada untuknya dan mendukung setiap keputusannya. Mereka berpelukan dengan erat, merasakan kehangatan kasih sayang, dukungan dan apresiasi yang luar biasa satu sama lain di saat-saat yang sulit seperti ini.Beberapa jam kemudian, kakek Hendra terbangun dari tidurnya. Lidya dan Ardiansyah segera mendekatinya, bertanya pada kakek Hendra tentang keadaannya."Kakek tidak apa-apa, tenanglah kalian berdua."Kakek Hendra mengangguk, meminta kedua cucunya untuk tetap tenang dan tidak mengkhawatirkan kondisinya.Akhirnya, mereka bertiga berbincang-bincang tentang segala hal - tentang masa lalu, masa depan, dan hal-hal yang tidak bisa

    Last Updated : 2024-01-18
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    73. Kembali Digosipkan

    "Mbak Lidya, ada gosip terbaru yang menyerang Mbak. Coba cek akun gosip artis terkini ya, Mbak!" Natali mengirim pesan teks via wa pada Lidya."Gosip?"Lidya mengerutkan keningnya membaca pesan dari Natali, mengenai gosip terbaru yang tidak dia ketahui sebelumnya. Apalagi selama beberapa waktu terakhir ini, Lidya memang istirahat total - karena waktu itu harus operasi juga istirahat pasca operasi.Untuk beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan Lidya, ia telah meminta maaf dan meminta pada pihak terkait agar mencari artis pengganti. Sedangkan ia juga membayar pinalti yang ada - sesuai dengan perjanjian kontrak yang telah disepakati sebelumnya.Dengan cepat Lidya membuka akun gosip yang dimaksud oleh Natali, terkait berita yang kemungkinan besar menyangkut tentang dirinya juga."Apa? Ini gila!" seru Lidya - terkejut."Apa ini maksudnya, si Beno?" kesal Lidya, membaca berita yang tidak ada benarnya sama sekali.Di kolom komentar, pada gosip tersebut, banyak sekali tanggapan dari netize

    Last Updated : 2024-01-19
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    74. Belajar Lebih Dewasa

    Beberapa waktu berlalu dan gosip-gosip tersebut bukannya semakin mereda malah semakin naik. Namun, Lidya tetap bungkam dan tidak memberikan tanggapan apapun.Ia juga masih merasa khawatir karena hingga kini belum mendapatkan kepastian dari pihak kepolisian mengenai teror yang dialaminya. Semua yang terjadi terasa sangat janggal dan tidak ada yang benar sama sekali.Karena tidak sabar, Lidya akhirnya menghubungi suaminya untuk bertanya."Sudahkah kau mendapatkan informasi tentang teror yang terjadi beberapa waktu lalu, sayang?" tanya Lidya dengan nada cemas."Sudah, Lid. Dan ternyata semuanya bermula dari kecurigaan sesaat dan berlarut-larut karena orang yang kita tidak kenal. Dia adalah pelaku utama yang mencoba memberikan tekanan pada kita dengan berbagai cara," jawab suaminya dengan lesu."Maksudnya?" tanya Lidya - lagi.Meskipun demikian, Lidya tetap merasa lega dan bersyukur bahwa pelaku teror telah ditemukan. Namun ia merasa tidak suka dengan cara seseorang yang begitu jahat dan

    Last Updated : 2024-01-21
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    75. Permasalahan Datang Lagi

    Setelah menyelesaikan permasalah pribadi mereka, Ardiansyah dan Lidya kembali menghadapi masalah yang lebih besar ketika kantor suaminya menerima tekanan dari pihak lain untuk menjual perusahaan mereka yang ada di Pekalongan.Ardiansyah merasa bahwa ini adalah sebuah ancaman, dan ia berusaha untuk menahan tekanan itu sendirian. Tetapi Lidya tetap khawatir dan mencoba membujuk suaminya untuk mengungkapkan masalah tersebut kepadanya agar ia bisa ikut berpikir."Aku tidak ingin kamu ikut terlibat dalam masalah ini, Lid. Aku bisa menanganinya sendiri," ujar Ardiansyah ketika Lidya mencoba bertanya agar bisa membantunya."Tapi, kamu tidak bisa melakukannya sendiri. Aku di sini untuk membantumu, kita harus menyelesaikan ini bersama-sama," sahut Lidya, mencoba meyakinkan suaminya."Mungkin kamu benar, sayang. Tapi aku masih belum tahu bagaimana caranya," ucap Ardiansyah yang belum menemukan cara penyelesaian.Akhirnya Lidya ikut berpikir setelah mendapat penjelasan dari suaminya, kemudian me

    Last Updated : 2024-01-21

Latest chapter

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    120. Liburan Asyik

    Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    119. Lika-liku Kehidupan

    "Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    118. Diantara Mereka

    Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan

DMCA.com Protection Status