Share

3. Serangan gosip

Author: Tompealla Kriweall
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di tengah sorotan media yang tak henti, gosip-gosip tak berdasar mulai menyerang reputasi Lidya. Ada banyak berita, baik tabloid dan media sosial dipenuhi dengan rumor-rumor yang mencoreng namanya.

Di tengah-tengah ruangan rias, seorang asisten berbisik kepada Lidya, "sorry, Lidya, gosip-gosip negatif tentang lo makin merajalela tuh, di luar sana!""

Lidya menahan napasnya sejenak, berusaha untuk tidak terpengaruh oleh kata-kata itu. Namun, gelombang gosip tak henti-hentinya membanjiri feed media sosialnya.

"Lid, mereka mulai menyebarkan berita palsu tentang hubunganmu dengan sejumlah produser. Gimana, lo mengatasinya?" tanya seorang temannya yang baru saja datang.

"Gue, nggak pernah melakukan hal-hal semacam itu. Kenapa mereka begitu kejam?" Lidya menggigit bibirnya, merasa frustasi.

Namun, tak peduli seberapa keras dia menyangkal, gosip itu seakan telah menempel erat pada identitasnya yang sekarang. Semua itu membayangi setiap langkah yang dia ambil, memunculkan keraguan di antara para penggemar dan publik pada umumnya.

Gosip-gosip negatif yang tak berdasar itu telah merusak citra Lidya sebagai seorang artis yang cantik dan kalem, membuatnya terjebak dalam pusaran kebohongan dan tuduhan yang mengancam karir dan kehidupan pribadinya.

Dalam suasana gosip yang semakin menggila di media sosial, gosip-gosip lambe turah juga menjadi ancaman yang lebih besar bagi reputasi Lidya.

"@LidyaFansClub: Jangan langsung percaya pada gosip palsu! Lidya adalah sosok yang baik dan profesional. #SupportLidya"

Beberapa penggemar memberikan dukungan dan suport untuk artis idola mereka, dengan membubuhkan hashtag - membela Lidya di media sosial.

"@TrueLidyan: Saya yakin semua ini hanyalah fitnah belaka! Lidya tidak pantas difitnah seperti ini. Tetap strong, Lidya!"

"@FanaticLidya: Sudah banyak hal positif yang Lidya lakukan! Kita tidak bisa menghakimi tanpa bukti. #BelieveInLidya"

Tapi ada juga banyak masyarakat yang langsung percaya dengan adanya gosip tersebut, lalu menyalahkan Lidya. Apalagi mereka yang memang sudah tidak suka sedari awal.

"@SkepticalView: Artis seperti Lidya harusnya lebih bertanggung jawab. Ini sudah terlalu sering terjadi! Dasar pengen viral aja!"

"@HonestOpinion: Gak bisa dipercaya lagi sama artis, apalagi dengan gosip kaya begini. Lidya mesti tanggung jawab!"

"@CuriousMinds: Apa benar ini fitnah? Atau ... ada asap pasti ada api, ya? Lidya harus klarifikasi ini! #DoubtsOnLidya"

Komentar-komentar seperti itu menjadi representasi dari pandangan yang terbagi di kalangan penggemar maupun masyarakat luas terkait gosip yang menghantui Lidya.

Hal ini terlihat dari komentar-komentar tersebut, ada yang percaya pada integritas Lidya sambil menyerukan dukungan, sementara yang lain menyalahkan dan menyuarakan kekecewaan atas situasi tersebut.

Di platform media sosial, gosip-gosip lambe turah dengan judul-judul sensasional mulai memojokkan Lidya. Tagar-tagar viral dan meme-meme yang menyerang reputasinya mengalir deras di linimasa.

"Sial bener hidup gue! Siapa yang awalnya menyebarkan gosip ini, sih?" kesal Lydia, dengan menatap layar ponselnya.

Setiap membuka ponsel, Lydia selalu merasa berdebar-debar. Apalagi hanya untuk menemukan ratusan pesan yang penuh dengan tuduhan dan cemoohan. Berbagai foto dan klaim palsu tersebar luas, menciptakan opini publik yang negatif terhadapnya.

Penggemar setianya berusaha membela, namun mereka terjebak dalam aliran informasi palsu yang terus berlanjut. Sebagian orang bahkan mulai mempertanyakan profesionalisme dan integritas Lidya sebagai seorang artis.

Di sela-sela upaya menyelamatkan reputasinya, Lidya merasa tercekik oleh serangan-serangan tak berdasar. Ia bertanya-tanya seberapa jauh dampaknya pada karirnya yang tengah meredup dan bagaimana hal ini bisa terjadi tanpa ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikannya.

"Lo tahu nggak, tentang berita terbaru Lidya? Sungguh mengkhawatirkan..." Seorang artis terkenal menghampiri yang lain di sebuah acara, berkata dengan suara rendah.

"Ya, aku mendengarnya," jawab artis lain sambil mengangguk.

"Ini sungguh mengejutkan. Padahal, Lidya selalu terlihat begitu santun di depan umum." Yang lain ikut menyahuti.

Dalam lingkungan industri hiburan, khususnya para artis, bisik-bisik di antara sesama artis juga menjadi sorotan tersendiri yang menimbulkan ketegangan dan drama.

Gosip-gosip lambe turah yang tanpa dasar ikut semakin memojokkan Lidya, merusak citra dan reputasinya di mata publik. Meskipun dia mencoba membela diri, serangan-serangan itu terus mengalir dan mempengaruhi pandangan orang-orang terhadapnya.

Di berbagai platform media sosial, komentar-komentar miring dan dukungan terbagi-bagi terkait gosip-gosip yang menghantui Lidya.

***

Dalam keheningan malam, Lidya duduk sendirian di ruangan tamu apartemennya. Pikirannya melayang pada kejadian-kejadian yang telah merubah hidupnya. Ia merasa sendirian dan terluka.

"Ahh, bagaimana aku ini?" bisiknya pada dirinya sendiri.

"Siapa yang bisa melindungiku? Aku tidak punya siapa-siapa. Orang tua telah tiada dan aku tidak punya sponsor yang bisa menjaga citraku," keluhnya dengan mata terpejam.

Tak bisa dipungkiri, Lidya berharap agar Kakek Hendra bisa menjadi bentengnya. Namun, ada keraguan yang merayap dalam hatinya terkait pernikahan yang diatur oleh sang kakek.

Ardiansyah, dengan sikapnya yang keras dan terkadang arogan, membuatnya ragu. Meskipun dulu, sewaktu kecil mereka pernah hidup bersama-sama sebagai teman bermain.

"Aku takut," gumam Lidya, menahan air mata yang hampir jatuh.

"Tapi aku harus melindungi diriku sendiri. Aku harus kuat," gumamnya lagi, menguatkan diri sendiri.

Lidya merasa terjebak di tengah kebingungan antara kebutuhan akan perlindungan dan keraguan terhadap Ardiansyah yang terkadang terkesan arogan baginya.

Meskipun demikian, ia juga merasa perlu untuk tetap kuat dan menjaga dirinya sendiri di tengah situasi yang sulit seperti sekarang ini.

Saat Lydia menatap layar ponselnya, mencoba menenangkan diri setelah melihat berita terkait dirinya yang menguras emosi, tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Pria tua yang menawarkan sebuah pernikahan dengan cucunya, yang katanya bisa melindunginya.

"Kakek Hendra," gumamnya melihat pesan tersebut.

Gadis itu masih terguncang dengan keputusan pernikahan yang diatur kakek tua itu, yang memberinya penawaran.

"Maaf, Lidya. Ardiansyah menolak tawaran kakek tentang pernikahan. Kakek mencoba meyakinkannya, tapi sepertinya dia belum siap. Kakek akan bicara dengannya lagi. Tahanlah sejenak, ya!"

Gadis itu menghela nafas berat, selesai membaca pesan tersebut. Ia tahu, cucu dari kakek tua itu tidak akan mudah menerima pernikahan yang diatur kakeknya. Apalagi menikah dengannya.

Related chapters

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    4. Sebuah alasan

    "Hahhh, syukurlah."Lidya merasa campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena Ardiansyah menolak untuk menikah dengannya. Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran karena situasi ini semakin rumit. Hatinya berdebar-debar tak menentu."Tapi, perkataan kakek Hendra juga benar. Jika aku menikah dengan Ardi, setidaknya aku bisa berlindung di bawah nama besarnya." Lidya, kembali bimbang."Hm, aku berharap kakek bisa mencari jalan keluar. Hanya kakek Hendra yang bisa aku andalkan saat ini," gumam gadis itu.Lidya duduk di balkon apartemennya, menatap gemerlap kota dari kejauhan. Perasaannya bercampur aduk."Kenapa aku merasa lega dengan penolakan Ardiansyah? Bukankah ini justru membuktikan bahwa aku tidak siap untuk pernikahan ini?" tanyanya dengan ragu."Apakah aku salah telah membayangkan sesuatu yang tak mungkin terjadi?" tanya gadis itu dalam kebingungannya.Ternyata, gadis itu juga merasa sedikit kecewa atas penolakan yang diterimanya. Ia merasa tidak pantas mendapatkan kebahagiaan dal

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    5. Terikat perjanjian

    "Lidya," ucap Ardiansyah dengan suara tegas, saat menyapa.Pria itu memasuki ruangan dengan langkah mantap, tatapannya serius saat dia duduk di depan Lidya. Sedangkan gadis tersebut merasakan tegangnya suasana, menunggu pembicaraan yang akan mereka lakukan."Aku tahu kakek Hendra ingin kita membicarakan pernikahan. Tapi, aku memiliki sebuah permohonan." Pria itu, berkata dengan sikapnya yang mendominasi."Permohonan?" Lidya memandang Ardiansyah dengan tatapan bingung."Aku ingin kita berdua berpura-pura menikah. Tapi hanya kita yang tahu bahwa ini hanyalah sandiwara. Kakekku tidak boleh tahu," ucap Ardiansyah dengan tegas, matanya menatap tajam ke arah Lidya.Lidya terkejut mendengar penjelasan yang diberikan oleh pria tersebut. Dia tidak pernah menyangka jika masalahnya justru semakin rumit seperti ini.Lidah gadis itu tiba-tiba kaku, seolah-olah susah untuk digerakkan untuk mengajukan pertanyaan guna meminta penjelasan yang lebih detail."Ber... berpura-pura menikah?" tanya Gadis it

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    6. Bulan Madu?

    "Apakah kamu tahu? Katanya ini pernikahan yang terburu-buru karena gosip-gosip tentang mempelai wanitanya," bisik salah satu tamu pada tamu yang lain."Serius? Aku pikir ini hanya desas-desus biasa saja," sahut tamu yang lain, dengan memalingkan wajah untuk melihat ke arah panggung pelaminan karena tertarik dengan perbincangan mengenai mempelai wanitanya."Tapi, sepertinya mereka berdua terlihat cukup bahagia di atas panggung, bukan? Terlepas dari semua itu." Tamu yang baru saja bergabung dalam percakapan, memberikan tanggapan.Meskipun terdapat desas-desus dan gosip-gosip seputar pernikahan mendadak Lidya dan Ardiansyah, para tamu tetap menikmati pesta resepsi dengan suasana yang meriah dan menyenangkan.Waktu itu, setelah kesepakatan bersama Lidya dengan Ardiansyah tercapai, atmosfer antara Lidya dan Ardiansyah menjadi tegang. Keduanya merasakan beban besar dari kesepakatan yang mereka buat, meskipun ini hanyalah sandiwara.Tapi pesta pernikahan juga langsung dirancang, dan semuanya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    7. Hadiah kejutan

    "Apa maksudmu? Kita baru saja menikah dan malam ini kita harus pergi berbulan madu?" tanya Lidya semakin gugup.Ardiansyah tidak menjawab. Ia hanya tersenyum misterius sembari menatap Lidya dengan tatapan tajam.Ia merasa semakin tidak nyaman dengan perasaan di dalam hatinya yang bercampur aduk. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya Ardiansyah pikirkan tentang pernikahan ini."Kita sudah berbicara tentang hal ini sebelumnya, Lidya," jawab Ardiansyah, masih dengan senyum misterius di wajahnya."Namun, aku tidak tahu persis ke mana kita akan pergi untuk berbulan madu," tambah pria dengan tampang datar tersebut.Lidya menggeleng kebingungan, ia merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini. Ia merasa tidak siap dan tidak mengerti apa yang sebenarnya akan terjadi. Ia berharap Ardiansyah akan memberikan kejelasan, tapi sayangnya, pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu hanya memberikan senyuman misterius.Ini membuat Lidya tidak ingin banyak bicara, karena hal itu menurutnya juga percu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    8. Malam Pertama 1

    "Dasar tak punya perasaan!" umpat Lidya kesal melihat pria itu mengacuhkannya.Gadis itu merasa resah. Ia baru saja mengetahui bahwa hadiah yang diberikan bukanlah hadiah dari suaminya untuk ulang tahunnya, melainkan hadiah dari kakek. Sementara Ardiansyah sendiri sudah masuk ke kamar mandi tanpa memberikan sepatah kata pun.Lidya terbaring di atas tempat tidur, ragu-ragu dengan apa yang harus dilakukannya. Ia tidak menyadari saat Ardiansyah sudah keluar dari kamar mandi dan sudah ada di sampingnya."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Ardiansyah, membuat Lidya melompat ketakutan."Ah, kau membuatku kaget," ucap Lidya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada yang salah."Kau selalu berpura-pura, Lidya. Kamu pikir aku tidak tahu tentang gayamu yang liar dan bergonta-ganti pasangan?" tuduh pria itu dengan wajah meremehkan.Lidya merasa mulai tidak nyaman dengan perkataan Ardiansyah itu, ia merasa seperti dibidikkan pistol dan diambil hak pertanggungjawaban atas hal yang tidak pern

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    9. Malam Pertama 2

    Beberapa saat kemudian, Lidya sudah keluar dari kamar mandi dengan mengunakan piyama tidur biasa. Ia berjalan dan duduk di sofa, berjauhan dengan Ardiansyah yang duduk di pinggir ranjang."Ehm, bagaimana... hari ini?" Lidya bertanya, mencoba memulai percakapan sebelum tidur."Sebagian besar terlalu berlebihan menurutku." Ardiansyah menjawab dengan suara dingin."Apa... apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?" Lidya gugup, mencoba tersenyum untuk mengatasinya.Ardiansyah menatap dengan tajam, seakan-akan memberikan peringatan bahwa semuanya hanyalah akting sesuai dengan perjanjian mereka sebelumnya.Tanpa bicara lagi, Lidya menunduk. Ia merasa sangat tidak nyaman ada dalam situasi seperti ini. Keheningan mengisi ruangan, dan keduanya saling diam, namun suasana yang canggung justru semakin terasa."Kita hanya perlu berakting sesuai perjanjian, bukan? Tidak ada yang lebih." Ardiansyah tiba-tiba bicara - mengingatkan."Mungkin kita bisa... mulai belajar lebih dekat? Seperti dulu," lir

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    10. Baper

    "Eghh, eh?"Lidya membuka matanya dan terkejut ketika merasakan ada tangan yang memeluk pinggangnya. Ia merasa seperti ada yang asing di sana.Hampir saja ia berteriak, tetapi kemudian teringat dengan sesuatu. Ini bukanlah tangan yang asing, tepatnya hanya tangan suaminya, Ardiansyah.Lidya memutar badannya untuk melihat wajah suaminya yang masih tertidur pulas. Lidya tersenyum sendiri dan bergumam sendiri."Andai semua terjadi, waktu itu ..."Dia memandangi suaminya yang terlihat sangat damai saat tidur. Darahnya mengalir dengan lebih hangat, dan Lidya mulai merasakan bahwa hatinya kembali tak karuan.Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya, melihat bagaimana teman masa kecilnya itu tertidur dengan damai disisinya, sama seperti yang dulu sering mereka lakukan sewaktu masih kecil.Pernikahan ini hanya untuk kepentingan Ardiansyah yang didesak kakeknya, dan untuk dirinya sendiri, pernikahan ini akan menutupi gosip yang menimpanya sebagai artis yang sedang naik daun."Apakah pe

    Last Updated : 2024-10-29
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    11. Hujan yang turun

    Setelah sarapan, Lidya dan Ardiansyah memutuskan untuk berjalan-jalan di taman villa mereka. Suasana di sana begitu tenang dan menenangkan."Kamu tau, aku sering membayangkan tentang kehidupan kita kalau dulu aku tidak pergi ke Belanda." Ardiansyah berbicara tiba-tiba, membuat Lidya terkejut.Lidya menoleh ke arah suaminya dan tersenyum. "Ya, meski begitu, aku merasa tidak menyesal dengan apa yang terjadi saat ini.""Haha, sungguh, kamu selalu bisa membuatku merasa seperti di masa kecil lagi." Ardiansyah menggandeng tangan Lidya pelan.Mereka berjalan beberapa saat, sambil bercanda dan tertawa bersama. Melupakan kejadian tadi dan sandiwara pernikahan mereka. Namun, tiba-tiba hujan turun dengan lebat dan membuat mereka berlari ke paviliun di dekat kolam renang villa.Setelah menunggu sesaat, mereka berdua bisa merasa sedikit lega karena hujan mulai reda. Namun, tiba-tiba Lidya mengguncang-guncang badannya dan menggerakkan tangannya ke atas."Akhh, dinginnya!" teriak Lidya pelan."Hei,

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    120. Liburan Asyik

    Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    119. Lika-liku Kehidupan

    "Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    118. Diantara Mereka

    Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan

DMCA.com Protection Status