Share

2. Menolak

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-21 15:13:37

Pria tua itu terdiam, ekspresi wajahnya tampak khawatir. Meskipun ia adalah seorang pria tua, tapi kedudukan dan perannya di dunia bisnis bukanlah sembarangan.

Dan dihadapan gadis belia ini, ia seperti seorang kakek tua yang tidak ada artinya. Meminta kerelaan sang gadis agar mau mengikuti rencananya.

"Kau harus percaya padaku, Lidya. Ini adalah yang terbaik untukmu dan untuk Ardiansyah juga," ujar pria tua tersebut.

"Jangan pikir kau bisa memainkan hidupku seperti boneka di tanganmu, kakek." Lidya, menjawab dengan menggeleng.

Keduanya terdiam sejenak, Lidya menatap lelah pada secangkir kopi yang ada di genggamannya.

Gadis itu masih duduk terdiam, membiarkan berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Sebuah pilihan besar terbentang di hadapannya. Ia merasa terjebak, dihadapkan pada situasi yang tak terduga.

"Lidya, aku tahu ini tidak mudah. Tapi percayalah, ini akan membantumu menemukan kedamaian." Kakek Hendra, berbicara lagi saat melihat kebimbangan yang menghiasi wajah Lidya.

"Kek, aku tidak tahu apakah bisa melakukannya atau tidak. Tapi, apakah Ardiansyah mengetahui semua ini? Apakah dia setuju?" tanya Lidya menatap pria tua yang ada di depannya dengan mata penuh keraguan.

"Dia tahu ada masalah, tapi dia tidak mengetahui secara detail. Aku akan bicarakan dengannya, dan aku yakin dia akan setuju. Dia pasti tidak bisa menolakmu, apalagi ini juga untuk membantumu." Pria tua itu menjawab dengan menggeleng perlahan.

Lidya merasakan denyut jantungnya berdetak lebih kencang. Rasanya berdebar-debar di dada, tapi ia sendiri tidak tahu apa arti dari semua ini.

Ia adalah seorang artis yang sedang naik daun, tapi sebuah gosip membuatnya merasa jatuh dan itu pasti membuat nama baiknya yang selama ini dibangun menjadi hancur.

"Ini begitu cepat, kek. Lidya butuh waktu untuk memikirkannya dengan baik," gumamnya pelan, seakan-akan untuk dirinya sendiri.

"Tentu, nak. Kakek hanya ingin kau tahu bahwa ini adalah untuk kebaikanmu. Percayalah padaku," terang pria tua itu dengan mengangguk dan tersenyum hangat.

Setelah kakek dari Ardiansyah pergi, Lidya duduk termenung, merenungkan segala kata-kata dan rencana yang baru saja ia dengar.

Gadis itu merasa terjebak dalam pusaran peristiwa yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tapi ada banyak hal yang lebih besar di depannya nanti, dibandingkan hanya permasalahan yang sekarang.

***

Pada saat yang sama, di tempat lain, Ardiansyah duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputernya dengan serius. Dia membaca pesan yang baru saja masuk dari Kakeknya.

"Ardi, kakek sudah bicara dengan Lidya. Kakek tahu ini akan menjadi kejutan bagimu, tapi kau harus mengerti alasan di balik pernikahan ini. Kakek akan bicarakan lebih lanjut saat kita bertemu."

Ardiansyah menghela nafas panjang, menerka-nerka apa yang mungkin akan diajukan Kakeknya. Apakah dia siap dengan langkah besar yang akan diambil dalam kehidupannya? Yaitu mengikuti permintaan sang kakek, yang memintanya untuk menikah dengan Lidya.

Tapi nyatanya, Ardiansyah tidak membalas pesan tersebut. Pria gagah tersebut melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk hingga lupa dengan waktu.

Beberapa jam kemudian, Hendra Putra Kusuma mengetuk pintu ruang Ardiansyah. Ketika pintu terbuka, dia masuk dengan langkah mantap.

"Ardi, kakek perlu bicara denganmu," ucap Hendra - wajahnya serius.

"Ada apa, Kakek?" tanya Ardiansyah menatap kakeknya dengan keheranan.

"Tentang Lidya, Ardi." Hendra duduk di sofa di dekat jendela, menatap ke luar seolah-olah mencari kata-kata yang tepat.

"Lidya?" Ardiansyah mengepalkan tangannya perlahan, ingat dengan pesan yang tadi ia abaikan.

Hendra menatap wajah cucunya dengan kening berkerut, berharap mendapatkan jawaban dari sana. Tapi nyatanya, wajah cucunya itu kembali datar setelah tadi menyebutkan nama gadis yang dibicarakannya.

Pria tua itu menghela nafas panjang, melihat bagaimana cucunya yang seakan-akan tidak tertarik dengan pembahasan mereka kali ini.

Hal ini bukanlah untuk yang pertama kalinya mereka berdiskusi, tapi sudah beberapa kali mereka membicarakan tentang Lidya sejak gosip tentang gadis itu merebak di berbagai media sosial dan televisi.

"Iya, Lidya," kata Hendra, suaranya tenang tapi penuh urgensi.

"Ada apa lagi dengannya?" tahta Ardiansyah menanggapi.

"Aku sudah bicara dengannya. Pernikahan ini adalah langkah yang tepat bagi kalian berdua."

Wajah Ardiansyah mendongak ke arah sang kakek, sebab tadi ia masih bersibaku dengan keyboard laptopnya yang ada di atas meja.

Pria muda itu menghela nafas panjang saat kembali mendengar perkataan tersebut. Apalagi menyangkut masalah pernikahan dan gadis itu.

Meskipun dulunya ia dan gadis itu tumbuh bersama, tapi beberapa tahun terakhir ini mereka seperti menjadi masing-masing orang asing yang tidak saling mengenal setelah Si Gadis menjadi artis.

"Langkah yang tepat?" Ardiansyah terdiam sejenak, mencoba menahan kekagetannya.

"Kakek, apa yang sedang terjadi?" tanyanya kemudian.

"Kau tahu bagaimana keadaan Lidya akhir-akhir ini, bukan? Ini akan memberinya perlindungan, Ardi. Dan juga akan membantumu," terang sang kakek memberikan jawaban.

Hendro menatap cucunya dengan penuh kasih. Berharap cucunya itu mau mengabulkan permintaannya.

Ardiansyah terdiam, mencoba mencerna segala informasi yang baru saja dia dengar. Meskipun sedikit banyak dia sudah mengetahui permasalahan gadis yang mereka bicarakan, tapi ia tidak suka ikut campur dengan lebih mendetail.

"Tapi, Kakek, apakah Lidya setuju dengan ini?" tanyanya ragu.

"Dia masih mempertimbangkan. Tapi aku akan membantumu memperoleh persetujuannya. Ini untuk kebaikan kalian berdua." Pria tua itu menggeleng, dengan sedikit rasa putus asa.

Hendra melihat keraguan yang menghiasi wajah Ardiansyah, tapi ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan cucunya. Hanya saja, iya berharap semuanya akan baik-baik saja.

"Ardi, kakek mengerti perasaanmu. Tapi ini adalah kesempatan untukmu, demi membalas budi, bagi bisnis keluarga dan masa depanmu." Pria tua itu memberikan penjelasan.

"Dia artis, Kakek," ujar Ardiansyah dengan suara rendah, mencoba menekankan ketidaksetujuannya.

"Aku tidak terbiasa dengan kehidupan semacam itu. Dan lebih dari itu, aku tidak mencintai Lidya." Suara pria muda itu, terdengar tegas.

Hendro mendekati Ardiansyah, menempatkan tangannya di pundak cucunya. Dia mengerti maksud dari pernyataan cucunya. Itulah sebabnya, ia memberikan banyak nasehat bahwa apa yang dilakukannya ini bukan hanya soal cinta.

Apa yang dilakukan pria tua itu adalah untuk kebaikan sang cucu, yang sampai detik ini tidak ada tanda-tanda untuk mengakhiri masa lajangnya. Apalagi di luar sana terdengar santer gosip tentang cucunya yang memiliki perilaku menyimpang.

Pria tua itu tentu saja tidak mau jika gosip tersebut adalah sebuah kenyataan, sebab cucunya ini adalah keturunan satu-satunya yang ia miliki setelah anak dan menantunya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan.

"Ini tentang keberanian menghadapi tantangan dan melihat di luar ekspektasi keluarga. Aku yakin, seiring berjalannya waktu, kalian akan menemukan cinta yang tulus satu sama lain." Pria tua itu memberikan wejangan.

"Maaf, Kakek. Aku tidak bisa melangkah dalam pernikahan yang tidak ada cinta di dalamnya," jawab Ardiansyah dengan menggeleng tegas.

"Baiklah, Ardi. Kakek mengerti. Kakek hanya ingin yang terbaik untukmu. Tetapi tolong, pertimbangkanlah dengan baik."

Pria tua itu mengangguk paham, meski ada rasa kekecewaan di matanya. Setelahnya, pria tua itu pamit meninggalkan ruang kerja cucunya.

Dengan membuang nafas yang berat, Ardiansyah merasa kecewa atas keputusasaannya sendiri. Dia tahu, keputusannya tidak akan diterima dengan baik oleh Kakek Hendra, tetapi hatinya memilih untuk mengikuti keinginannya sendiri. Atau, ia akan terjebak dalam pusaran permainan yang tidak pernah tahu di mana ujungnya.

Bab terkait

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    3. Serangan gosip

    Di tengah sorotan media yang tak henti, gosip-gosip tak berdasar mulai menyerang reputasi Lidya. Ada banyak berita, baik tabloid dan media sosial dipenuhi dengan rumor-rumor yang mencoreng namanya.Di tengah-tengah ruangan rias, seorang asisten berbisik kepada Lidya, "sorry, Lidya, gosip-gosip negatif tentang lo makin merajalela tuh, di luar sana!""Lidya menahan napasnya sejenak, berusaha untuk tidak terpengaruh oleh kata-kata itu. Namun, gelombang gosip tak henti-hentinya membanjiri feed media sosialnya."Lid, mereka mulai menyebarkan berita palsu tentang hubunganmu dengan sejumlah produser. Gimana, lo mengatasinya?" tanya seorang temannya yang baru saja datang."Gue, nggak pernah melakukan hal-hal semacam itu. Kenapa mereka begitu kejam?" Lidya menggigit bibirnya, merasa frustasi.Namun, tak peduli seberapa keras dia menyangkal, gosip itu seakan telah menempel erat pada identitasnya yang sekarang. Semua itu membayangi setiap langkah yang dia ambil, memunculkan keraguan di antara pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    4. Sebuah alasan

    "Hahhh, syukurlah."Lidya merasa campur aduk. Di satu sisi, ia merasa lega karena Ardiansyah menolak untuk menikah dengannya. Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran karena situasi ini semakin rumit. Hatinya berdebar-debar tak menentu."Tapi, perkataan kakek Hendra juga benar. Jika aku menikah dengan Ardi, setidaknya aku bisa berlindung di bawah nama besarnya." Lidya, kembali bimbang."Hm, aku berharap kakek bisa mencari jalan keluar. Hanya kakek Hendra yang bisa aku andalkan saat ini," gumam gadis itu.Lidya duduk di balkon apartemennya, menatap gemerlap kota dari kejauhan. Perasaannya bercampur aduk."Kenapa aku merasa lega dengan penolakan Ardiansyah? Bukankah ini justru membuktikan bahwa aku tidak siap untuk pernikahan ini?" tanyanya dengan ragu."Apakah aku salah telah membayangkan sesuatu yang tak mungkin terjadi?" tanya gadis itu dalam kebingungannya.Ternyata, gadis itu juga merasa sedikit kecewa atas penolakan yang diterimanya. Ia merasa tidak pantas mendapatkan kebahagiaan dal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    5. Terikat perjanjian

    "Lidya," ucap Ardiansyah dengan suara tegas, saat menyapa.Pria itu memasuki ruangan dengan langkah mantap, tatapannya serius saat dia duduk di depan Lidya. Sedangkan gadis tersebut merasakan tegangnya suasana, menunggu pembicaraan yang akan mereka lakukan."Aku tahu kakek Hendra ingin kita membicarakan pernikahan. Tapi, aku memiliki sebuah permohonan." Pria itu, berkata dengan sikapnya yang mendominasi."Permohonan?" Lidya memandang Ardiansyah dengan tatapan bingung."Aku ingin kita berdua berpura-pura menikah. Tapi hanya kita yang tahu bahwa ini hanyalah sandiwara. Kakekku tidak boleh tahu," ucap Ardiansyah dengan tegas, matanya menatap tajam ke arah Lidya.Lidya terkejut mendengar penjelasan yang diberikan oleh pria tersebut. Dia tidak pernah menyangka jika masalahnya justru semakin rumit seperti ini.Lidah gadis itu tiba-tiba kaku, seolah-olah susah untuk digerakkan untuk mengajukan pertanyaan guna meminta penjelasan yang lebih detail."Ber... berpura-pura menikah?" tanya Gadis it

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    6. Bulan Madu?

    "Apakah kamu tahu? Katanya ini pernikahan yang terburu-buru karena gosip-gosip tentang mempelai wanitanya," bisik salah satu tamu pada tamu yang lain."Serius? Aku pikir ini hanya desas-desus biasa saja," sahut tamu yang lain, dengan memalingkan wajah untuk melihat ke arah panggung pelaminan karena tertarik dengan perbincangan mengenai mempelai wanitanya."Tapi, sepertinya mereka berdua terlihat cukup bahagia di atas panggung, bukan? Terlepas dari semua itu." Tamu yang baru saja bergabung dalam percakapan, memberikan tanggapan.Meskipun terdapat desas-desus dan gosip-gosip seputar pernikahan mendadak Lidya dan Ardiansyah, para tamu tetap menikmati pesta resepsi dengan suasana yang meriah dan menyenangkan.Waktu itu, setelah kesepakatan bersama Lidya dengan Ardiansyah tercapai, atmosfer antara Lidya dan Ardiansyah menjadi tegang. Keduanya merasakan beban besar dari kesepakatan yang mereka buat, meskipun ini hanyalah sandiwara.Tapi pesta pernikahan juga langsung dirancang, dan semuanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    7. Hadiah kejutan

    "Apa maksudmu? Kita baru saja menikah dan malam ini kita harus pergi berbulan madu?" tanya Lidya semakin gugup.Ardiansyah tidak menjawab. Ia hanya tersenyum misterius sembari menatap Lidya dengan tatapan tajam.Ia merasa semakin tidak nyaman dengan perasaan di dalam hatinya yang bercampur aduk. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya Ardiansyah pikirkan tentang pernikahan ini."Kita sudah berbicara tentang hal ini sebelumnya, Lidya," jawab Ardiansyah, masih dengan senyum misterius di wajahnya."Namun, aku tidak tahu persis ke mana kita akan pergi untuk berbulan madu," tambah pria dengan tampang datar tersebut.Lidya menggeleng kebingungan, ia merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini. Ia merasa tidak siap dan tidak mengerti apa yang sebenarnya akan terjadi. Ia berharap Ardiansyah akan memberikan kejelasan, tapi sayangnya, pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu hanya memberikan senyuman misterius.Ini membuat Lidya tidak ingin banyak bicara, karena hal itu menurutnya juga percu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    8. Malam Pertama 1

    "Dasar tak punya perasaan!" umpat Lidya kesal melihat pria itu mengacuhkannya.Gadis itu merasa resah. Ia baru saja mengetahui bahwa hadiah yang diberikan bukanlah hadiah dari suaminya untuk ulang tahunnya, melainkan hadiah dari kakek. Sementara Ardiansyah sendiri sudah masuk ke kamar mandi tanpa memberikan sepatah kata pun.Lidya terbaring di atas tempat tidur, ragu-ragu dengan apa yang harus dilakukannya. Ia tidak menyadari saat Ardiansyah sudah keluar dari kamar mandi dan sudah ada di sampingnya."Apa yang kamu pikirkan?" tanya Ardiansyah, membuat Lidya melompat ketakutan."Ah, kau membuatku kaget," ucap Lidya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada yang salah."Kau selalu berpura-pura, Lidya. Kamu pikir aku tidak tahu tentang gayamu yang liar dan bergonta-ganti pasangan?" tuduh pria itu dengan wajah meremehkan.Lidya merasa mulai tidak nyaman dengan perkataan Ardiansyah itu, ia merasa seperti dibidikkan pistol dan diambil hak pertanggungjawaban atas hal yang tidak pern

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    9. Malam Pertama 2

    Beberapa saat kemudian, Lidya sudah keluar dari kamar mandi dengan mengunakan piyama tidur biasa. Ia berjalan dan duduk di sofa, berjauhan dengan Ardiansyah yang duduk di pinggir ranjang."Ehm, bagaimana... hari ini?" Lidya bertanya, mencoba memulai percakapan sebelum tidur."Sebagian besar terlalu berlebihan menurutku." Ardiansyah menjawab dengan suara dingin."Apa... apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?" Lidya gugup, mencoba tersenyum untuk mengatasinya.Ardiansyah menatap dengan tajam, seakan-akan memberikan peringatan bahwa semuanya hanyalah akting sesuai dengan perjanjian mereka sebelumnya.Tanpa bicara lagi, Lidya menunduk. Ia merasa sangat tidak nyaman ada dalam situasi seperti ini. Keheningan mengisi ruangan, dan keduanya saling diam, namun suasana yang canggung justru semakin terasa."Kita hanya perlu berakting sesuai perjanjian, bukan? Tidak ada yang lebih." Ardiansyah tiba-tiba bicara - mengingatkan."Mungkin kita bisa... mulai belajar lebih dekat? Seperti dulu," lir

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-07
  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    10. Baper

    "Eghh, eh?"Lidya membuka matanya dan terkejut ketika merasakan ada tangan yang memeluk pinggangnya. Ia merasa seperti ada yang asing di sana.Hampir saja ia berteriak, tetapi kemudian teringat dengan sesuatu. Ini bukanlah tangan yang asing, tepatnya hanya tangan suaminya, Ardiansyah.Lidya memutar badannya untuk melihat wajah suaminya yang masih tertidur pulas. Lidya tersenyum sendiri dan bergumam sendiri."Andai semua terjadi, waktu itu ..."Dia memandangi suaminya yang terlihat sangat damai saat tidur. Darahnya mengalir dengan lebih hangat, dan Lidya mulai merasakan bahwa hatinya kembali tak karuan.Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya, melihat bagaimana teman masa kecilnya itu tertidur dengan damai disisinya, sama seperti yang dulu sering mereka lakukan sewaktu masih kecil.Pernikahan ini hanya untuk kepentingan Ardiansyah yang didesak kakeknya, dan untuk dirinya sendiri, pernikahan ini akan menutupi gosip yang menimpanya sebagai artis yang sedang naik daun."Apakah pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08

Bab terbaru

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    120. Liburan Asyik

    Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    119. Lika-liku Kehidupan

    "Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    118. Diantara Mereka

    Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan

DMCA.com Protection Status