Ibunya Lidya meninggal dunia saat ia berusia tiga tahunan. Setelah itu ayahnya merawat Lidya kecil sendirian hingga sering membawanya ke rumah besar keluarga Kusuma - keluarga Ardiansyah, sebab ayahnya Lidya adalah supir pribadi keluarga tersebut. Hal itu ia lakukan jika tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk menjaga Lidya - biasanya Lidya dititipkan tetangga.
Tapi lama kelamaan, Ardiansyah merasa memiliki teman bermain jika ada Lidya di rumahnya sehingga meminta pada ayahnya Lidya untuk sering membawa Lidya ke rumah tersebut untuk menjadi teman bermainnya. Lama kelamaan, Ardiansyah justru seperti memiliki adik sehingga meminta pada papanya agar Lidya dan ayahnya ikut tinggal di rumah mereka.Permintaan Ardiansyah dikabulkan sehingga ia merasa senang bisa bermain dengan Lidya dari pagi hingga malam kecuali dia sedang pergi sekolah. Itulah awal kedekatan mereka pada waktu kecil dulu."Cup cup, sudah. Jangan khawatir, ya! Kamu pasti akan menjadi ibu yang"Ardi, aku tidak bisa. Kontrak ini sudah ditandatangani lama sebelum pernikahan kita terjadi. Aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku." Lidya menatap Ardiansyah serius saat suaminya meminta untuk mengubah jadwal syutingnya."Tapi Lidya, ini bulan madu kita. Aku ingin kita melakukan sesuatu yang spesial bersama-sama." Ardiansyah memandangnya dengan kesedihan di matanya. "Kamu tahu betapa pentingnya karier ini bagiku. Aku tidak bisa membatalkan syuting ini dan merusak reputasi ku sebagai seorang selebriti," jawab Lidya tegas.Mereka berdebat tentang kepergian bulan madu yang seharusnya dilakukan dua hari ke depan, terpaksa ditunda karena Lidya memang ada jadwal syuting.Lidya sendiri melupakan jadwal syutingnya tersebut karena sibuknya persiapan pernikahan dan memikirkan tentang gosip-gosipnya. Ia juga baru diingatkan kembali oleh manajernya satu jam yang lalu.Jadi beginilah jadinya, mereka berselisih karena waktu yang berbenturan an
Keesokan harinya, Lidya sudah mengantar Ardiansyah ke bandara kemudian kembali ke lokasi syuting. Ia bergabung bersama rekan-rekannya. Saat sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke set, ia dikejutkan oleh suara orang yang memanggilnya dari balik pintu."Lidya, aku perlu bicara denganmu," ucap orang itu dengan suara rendah.Lidya menoleh ke arah suara itu dan melihat seseorang yang mengenakan masker dan topi baseball. Ia merasa agak aneh dan takut, tapi berusaha tenang dan menghadapinya."Kamu siapa?" tanya Lidya curiga."Aku tidak bisa memberitahumu siapa aku karena aku tak ingin dikenali. Tapi aku ingin berbicara denganmu tentang Ardiansyah," ujar orang tersebut."Apa ada yang salah dengan Ardiansyah?" tanya Lidya dengan keras.Lidya merasa sedikit tidak nyaman karena orang yang berbicara dengannya sepertinya sedikit aneh dan dia juga tidak mengenalinya. Tapi dia tetap fokus untuk mendengar apa yang ingin dia sampaikan orang ter
Setelah beberapa jam, matahari mulai terbenam dan mereka memutuskan untuk berkemas dan meninggalkan pantai. Namun, ketika mereka berjalan menuju mobil mereka, melalui jalan setapak yang menyelimuti pesisir pantai, mereka melihat pria itu muncul kembali."Dia mengikuti kita," bisik Lidya, merasa semakin cemas."Ayo kita berjalan lebih cepat," kata Ardiansyah mengambil tindakan.Namun, setiap kali mereka mempercepat langkah, pria misterius itu lebih cepat lagi mengejarnya. Hingga, Lidya dengan terpaksa menghentikan langkah.Lidya semakin ketakutan meskipun suaminya berusaha untuk tetap tenang dan memenangkannya. Tapi Lidya berpikir bahwa pria misterius tersebut adalah orang yang sama yang menguntit di lokasi syuting beberapa waktu lalu."Mungkin kita harus bertanya padanya, mengapa dia mengikuti kita?" ujar Ardiansyah sambil mendekati pria misterius itu."Tidak perlu, Ard. Ayo kita pergi dari sini," kata Lidya yang sudah tidak taha
"Sudahlah, jangan mendekatiku lagi. Aku sudah memberi tahu mu, aku mencintai suamiku," kata Lidya dengan suara lemah."Aku akan mendapatkanmu suatu hari nanti, Lidya. Akan datang hari ketika kamu akan menyadari bahwa aku adalah satu-satunya yang bisa membuatmu bahagia," ujar pria itu sebelum pergi.Setelah pria itu pergi, Lidya merasa sangat grogi dan takut. Dia memikirkan apa yang baru saja terjadi dan bertanya-tanya apakah dia akan selamat. Dia bersyukur bahwa dirinya masih hidup, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara melindungi dirinya dari pria tersebut.Tapi saat ingatannya kembali pada kejadian yang menyakitkan sebelumnya, ia teringat dengan keadaan Ardiansyah yang terluka."Ardi? Di mana kamu, Ard? Bagaimana keadaanmu sekarang?" Lidya panik karena tidak mengetahui nasib suaminya.Lidya merasa putus asa dan bingung dengan keadaannya. Dia merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit hingga tiba-tiba pria misterius itu kembali ke ru
"Lepas!" teriak Lidya - menggeleng."Hahaha ... nikmati saja, tak akan ada yang mendengar teriakanmu. Jadi, percuma!" pria itu tertawa mengejek.Namun, tiba-tiba ada suara keras dari luar, membuat pria misterius itu melompat dari atas tubuh Lidya dan melihat keluar. Ternyata, ada beberapa orang yang mendobrak pintu.Ternyata orang-orang itu adalah anggota polisi, dan di dibelakang polisi-polisi itu ada Ardiansyah yang sedang memegangi perutnya yang terluka."Hah, sial!" bentak pria itu marah."Ardi ..."Lidya merasa lega dan bahagia ketika Ardiansyah akhirnya tiba di sana dan membantu melepaskan dirinya dari situasi yang sangat berbahaya. Dia ingin mengucapkan terima kasih pada Ardiansyah, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk berbicara.Ardiansyah tampak sangat khawatir dan panik saat melihat kondisi Lidya yang lemah dan pucat, apalagi beberapa bagian bajunya robek. Dia segera memanggil petugas medis untuk membantu Lidya."Sayang, bertahan, ya! Aku di sini," ujarnya panik.Sementara it
Sudah tiga hari sejak Ardiansyah diculik, tapi belum ada petunjuk yang jelas tentang keberadaannya. Lidya dan Kakek Hendra sudah mengeluarkan semua kemampuan dan kontak yang mereka miliki untuk menemukan suaminya itu. Mereka bahkan melibatkan pengacara untuk membantunya dalam masalah ini. Mereka merasa cemas dan frustrasi karena penculikan itu seperti hilang ditelan bumi."Kita harus mencari informasi terbaru dan memperluas jaringannya," ujar pengacara yang Lidya sewa."Tapi bagaimana caranya?" tanya Kakek Hendra."Saya mempunyai beberapa kontak di kepolisian dan tentunya mereka bisa membantu, Tuan Kusuma. Saya juga bisa ikut memantau memeriksa rekaman CCTV untuk melihat apa saja yang terjadi pada saat itu," kata pengacara itu.Lidya dan Kakek Hendra setuju dan mengharapkan bahwa pengacara tersebut bisa menemukan suaminya.Dengan bantuan kakek Hendra dan pengacaranya, mereka berusaha untuk menemukan siapa yang berada di balik penculikan dan terror ini. Mereka juga memutuskan untuk men
"Iya, pak Ardi. Sepertinya ada yang membuat permainan dengan harga saham perusahaan."Staf tersebut kemudian menjelaskan bahwa saham perusahaan Kusuma Group telah turun drastis dalam beberapa jam terakhir dan investor utama mereka mulai menarik saham mereka.Ardiansyah tentu merasa panik dan khawatir jika dia kehilangan bisnisnya hanya karena satu kasus penculikan dirinya."Ikuti saya!" panggil Ardiansyah pada stafnya.Kini mereka keluar dari ruangan meeting menuju ke ruangan Ardiansyah sendiri, sedangkan pertemuan yang tadi berjalan terpaksa dihentikan untuk sementara waktu."Kita harus mencari tahu apa yang terjadi," kata Ardiansyah sambil merenggangkan dasinya."Pasti ada yang memanfaatkan situasi penculikanku untuk menekan harga saham supaya para investor tidak percaya dengan perusahaan yang aku pimpin," ujar Ardiansyah menduga-duga."Mungkin saja, pak Ardi. T-api ... apa ini bukan karena adanya persaingan dari perusahaan lain?" tanya staff tersebut.Staf itu memberikan informasi
"Mmmh ... aaahh," desah nikmat Lidya disela-sela kesibukan ciumannya bersama sang suami.Lidya mulai terbuai dengan ciuman-ciunam suaminya yang terus memberikan rangsangan, seakan-akan membawanya terbang ke langit ketujuh. Dia akhirnya turut membalas pergerakan bibir Ardiansyah.Dia begitu menyukai ciuman suaminya sampai lupa bahwa lelaki yang tengah membawanya terbang ini tadi niatannya adalah mau dipijit."Mmm, sshhh... " desis Ardiansyah yang tengah asyik menghisap bibir bawah istrinya yang berwarna merah delima.Semakin lama permainan bibir keduanya, Lidya juga ikut mengimbangi adegan kissing tersebut. Keduanya pun saling membalas menghisap bibir satu sama lain secara bergantian."Buka dong, Sayang." Ardiansyah meminta."Bukain," jawab Lidya sambil mengedipkan matanya manja.Ardiansyah tentu saja tidak menyia-nyiakan waktu. Ia yang sudah hanyut dalam hasrat kenikmatan pun langsung membuka baju dan dalaman kacamata istrinya, yang masih membungkus gunung kembar ban sintal milik wan
Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap
"Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala
"Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l
Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y
Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan
Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud
Setelah memanggil suaminya dan anaknya, Dina mengajak mereka untuk berkumpul di ruang makan dan menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tapi nyatanya, Lidya masih memikirkan masalah yang belum benar-benar selesai.Saat menyantap makanan, mereka makan dengan lahap tanpa banyak bicara atau pun bicarakan hal-hal yang tidak perlu. Baru setelah selesai menikmati makanan, Lidya bicara dan memberikan usulan setelah Rafael kembali bermain dengan Bu Rahma."Ard, bagaimana kalau kita pergi liburan sejenak saja? Agak jauh dari sini, tapi bukan ke villa. Ini supaya kita bisa menghilangkan rasa cemas dan tegang akhir-akhir ini," ucap Lidya sambil menatap suaminya."Emh, aku setuju, Lid. Kira-kira, kemana kita akan pergi?" tanya Ardiansyah - menanggapi usulan istrinya."Lihat saja nanti, Ard. Yang penting kita mencari tempat yang indah dan tenang untuk keluarga kita," ucap Lidya dengan senyumannya yang lembut."Ok," sahut Ardiansyah ikut tersenyum melihat istrinya yang bahagia.Mereka sepakat unt
"Hm ... aku belum yakin, Lid."Ardiansyah mengambil napas dalam-dalam, mencari jawaban atas pertanyaan istrinya. Dia tahu dia harus berhati-hati dalam mengambil tindakan sehingga tidak menyakiti orang yang tidak bersalah, apalagi asisten kakeknya itu sudah lama ikut bersama keluarga mereka - menjaga kesehatan kakek Hendra selama ini."Mungkin kita perlu memeriksa kamera pengintai yang tersembunyi di tempat-tempat penting di rumah ini, untuk mencari tahu siapa yang berusaha mencuri dokumen dan mencuri hadiah dari kakek," ujar Ardiansyah setelah memikirkan situasinya."Iya, itu ide bagus, Ard. T-api, bukannya di ruang baca kakek memang tidak ada kamera CCTV?" sahut Lidya dengan wajah tegang.Ardiansyah menghembuskan nafas panjang, lupa jika ruang baca tersebut merupakan ruang pribadi termasuk kamar tidur kakeknya. Jadi, pada saat ada pemasangan kamera CCTV untuk penjagaan pada waktu itu - dari kejahatan Beno, semua kamar tidur dan ruangan yang dianggap privasi memang tidak dipasangi ala
Sementara mereka mencari tahu siapa yang mencoba mencuri hadiah warisan dari kakek Hendra untuk mereka, berbagai praduga terus berputar di kepala Ardiansyah. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk berpikir ketika ia menyadari bahwa hal ini bisa jadi tidak berakhir dengan baik."Aku tidak tahu siapa yang mencoba merusak hadiah dari kakek. Tapi aku pikir ada orang terdekat yang telah memperhatikan kakek selama ini," ucap Ardiansyah, berpikir bahwa selama ini kakek Hendra tidak pernah berinteraksi secara intens dengan orang-orang, setelah memutuskan untuk tidak berkecimpung di dunia bisnis karena sakit-sakitan."Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang, Ard?" tanya Lidya dengan wajah yang penuh kebingungan."Apakah kita harus melapor ke polisi?" tanyanya lagi.Ardiansyah terdiam dan berpikir sejenak, mencari keputusan yang tepat untuk masalah ini - sebab tidak boleh gegabah dalam keadaan seperti ini."Sepertinya tidak perlu, Lidya. Aku tidak ingin hal ini diselesaikan dengan kekerasan