Beranda / Romansa / Salahkah Aku Mencintaimu / 59. Bercinta di Gudang

Share

59. Bercinta di Gudang

Penulis: Roesaline
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-27 13:59:39
"Ssssssstt! aku menutup bibirku dengan telunjuk mengisyaratkan diam. Kalau Arjun memanggil hanya namaku di depan para pembantu, maka akan makin heboh. Aku tahu mereka sudah sering ghibah tentang kami berdua.

"Di depan pembantu jangan memanggilku Zhee, Arjun!" bisikku lirih.

"Aku terkejut, spontan deh. Bagaimana kabar Nayna, dia tidak ngambek harus kembali ke panti?" tanya Arjun masih juga memikirkan perasaan Nayna.

"Dia baik-baik saja, aku dan Mas Reza akan segera mengurus surat adopsi," kataku.

Aku melihat pembantu pada menjauh dan menghindar. Sedikit lega rasanya karena ada sedikit kebebasan.

"Apakah harus lewat adopsi untuk mengasuhnya?" tanya Arjun.

"Kayaknya iya, Arjun, soalnya aku tidak memiliki bukti apapun kalau aku ibu yang melahirkannya," jawabku sedih. "Dan dia sudah memiliki akte kelahiran anak dari pasangan pengadopsi."

"Ya coba saja minta pertimbangan Bu Anifah bagaimana harusnya pasti dia jauh lebih tahu," jawab Arjun.

"Mbak Diana!" teriak Yuni seolah memberi kod
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Salahkah Aku Mencintaimu   60. Pengumuman Kehamilanku

    "Mayang, apa benar kamu hamil, kenapa tiba-tiba perutmu buncit sih? Apa aku yang baru menyadari?" bisik Diah. "Iya aku hamil, emangnya kenapa?" jawabku berbisik. "Apa kamu sudah menikah, aku tidak pernah dengar kamu cerita tentang suamimu,. Lagian status kamu kan belum kawin?" tanya Diah penasaran. "Emangnya kamu pernah tanya tentang suamiku? Aku belum sempat mengurus KK dan mengubah statusku," jawabku asal. "Kok tidak tahu tiba-tiba buncit besar usia berapa, Mayang?" tanya Diah berbisik masih penasaran. "22 minggu. Aku selalu mengenakan baju longgar makanya kamu tidak menyangka kan?" jawabku berbisik. "Benar juga." Tiba-tiba lift berhenti dan terbuka saat sampai di lantai 10. Diah bergegas keluar sambil pamit kepada presdir, "Mari Pak Presdir, saya duluan!" pamit Diah. "Iya." jawab Reza singkat. Aku mengikutinya dari belakang, tidak sengaja kakiku tersandung kaki Arjun dan terjerembab, untung Arjun sigap menangkapnya. "Auh!" teriakku spontan histeris. Reza juga hendak men

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Salahkah Aku Mencintaimu   61. Bernostalgia

    Aku tahu Diana sedang menjebakku dengan posisi seperti ini. Diana ingin aku mengatakan tentang anak yang kukandung, benarkah? "Yakin kamu menanyakan ayah bayi ini, Diana?" tanyaku sambil menatap Arjun dan menggoda Diana. "Arjun, suamiku lagi sibuk boleh antar aku periksa kandungan? Besuk aku harus kontrol!" kataku manja menggoda. Teman-teman timku terperanjat dengan sikapku. Semua mata menatapku seolah tak percaya. "Mayang!" bisik Diah sambil menyikut lenganku karena terkejut melihat keberanianku terhadap asisten presdir dan istrinya. "Mayang, kamu lagi mabok ya?" bisik Rodeo. Aku menatap Arjun yang salah tingkah. Aku ingin menguji perasaannya, apakah dia berani berada di depan pasang badan untuk melindungiku. Beranikah dia menentukan sikap diantara aku dan Diana? "Mayang," Arjun memanggil. "Waduh sayang sekali kita minggu ini banyak acara kan, Mas Arjun?" sahut Diana mematahkan. "Arjun, benarkah kamu tidak ada waktu untukku?" kataku merajuk manja. Semua pandangan semakin her

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Salahkah Aku Mencintaimu   62. Prahara dalam Cinta

    Aku dan Arjun sudah berada di dalam kereta api. Sepanjang jalan Arjun mendekap tubuhku dengan erat. Sebentar-sebentar dia mencium rambutku penuh sayang. Dunia benar-benar milik berdua, itu kata orang yang sedang dimabuk cinta. "I love you, my wife!" bisik Arjun di telingaku. Terasa melayang tubuhku terbuai rayuan menggelitik Arjun. Tanpa ragu aku segera mencium bibirnya dengan lembut. Untung kelas bisnis hanya segelintir orang itu pun mereka duduk di depan. Sehingga apapun yang aku lakukan tidak seorang pun melihatnya. Arjun membalas ciumanku lebih bernafsu. Kami berdua melepaskan rindu yang lama bergelora. Tiba-tiba ciuman Arjun mulai turun ke leher. Aku semakin tidak bisa mengendalikannya bahkan aku menikmatinya. Kami berdua terbakar nafsu birahi di dalam kereta itu. Dan aku menurut saat Arjun menarik tubuhku ke pangkuannya. Bahkan kami berdua melakukannya di kereta. Aku duduk di pangkuannya menghadap ke depan dan Arjun memelukku dari belakang sambil menggoyqngkan tubuhku ke segal

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Salahkah Aku Mencintaimu   63. Diana Mencoba Bunuh Diri

    Dari stasiun aku naik taksi pulang ke rumah karena Arjun langsung meluncur ke rumah sakit. Aku bisa melihat betapa muramnya wajah Arjun karena menerima dua kabar yang tak terduga. Dia kehilangan nyawa anaknya dan nyaris kehilangan istrinya. Sesampai di depan rumah aku mengurungkan niatku untuk keluar dari taksi. "Pak, kita nggak jadi pulang, tolong antarkan ke Rumah Sakit Pelita Harapan saja!" pintaku kepada sopir taksi. "Baik. Nyonya," jawab sopir taksi. Entah apa yang membuat aku berubah pikiran ingin segera tahu keadaan Diana. Aku penasaran jangan-jangan ini hanyalah drama Diana saja. Karena kehabisan akal untuk membawa Arjun kembali pulang. Atau jangan-jangan bersekongkol dengan Mas Reza. Sopir taksi memutar arah kemudian melaju dengan kencang. Tidak membutuhkan waktu lama karena jaraknya tidak begitu jauh. Aku menelusuri lorong rumah sakit dengan kemelut di hatiku. Kadang terbersit rasa bersalahku sebagai sesama wanita. Tapi aku juga istrinya yang hadir lebih dulu dengan sit

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13
  • Salahkah Aku Mencintaimu   64. Sudah jatuh Ketiban Tangga

    Aku dan Reza masuk lift menuju 8/F, kemudian naik tangga ke rooftop. Di situ aku melihat Arjun menangis mengiba memohon Diana mengurungkan niatnya. Aku melihat wajah Diana yang panik dan gemetar. Ada dua orang sekuriti di dekat Arjun. Di lantai dasar orang-orang ramai berteriak histeris. "Tabahkan hatimu, Mbak! Semoga pelakor itu mendapatkan ganjaran yang setimpal!" teriak seorang wanita sangat keras dari lantai dasar. Kutukan itu seolah tertuju padaku, aku tiba-tiba merasa menjadi orang jahat dan egois. "Diana, aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan kamu lagi. Turunlah!" pinta Arjun sambil menangis gugup. Melihat istrinya berdiri di pagar pembatas rooftop, Arjun begitu hancur. Baru aku menyadari bahwa dia ternyata juga begitu mencintai Diana. Ini sangat menegangkan, sedikit saja salah melangkah atau hilang keseimbangan dia akan terjatuh dari gedung ini. Betul-betul tidak masuk akal! "Nyonya Zhee, apakah kamu mau berjanji, mulai detik ini kamu tidak akan menemui suamiku lagi?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Salahkah Aku Mencintaimu   65. Kepasrahan karena Terpaksa

    Aku tidak kuasa menahan tangis setelah mendengar keputusan dokter. Bayiku harus lahir prematur dengan berat 1,6 kg diusianya baru 30 minggu. Situasi yang sungguh menyiksa kami berdua. Aku yakin kalau saja Arjun mendengarnya dia pun akan terpukul. Dokter menyuntikkan suatu obat ke tubuhku, demi buah hatiku aku hanya pasrah. Entah kenapa setelah disuntik reaksi dari tubuhku, menjadi gatal-gatal. Bukan itu saja namun tiba-tiba mual mau muntah, sangat menyiksa sekali. "Dokter yakin bayi saya harus dilahirkan?" tanyaku ragu. "Demi keselamatan ibu juga bayinya terpaksa ini harus dilakukan, Nyonya!" kata dokter sedih. "Apakah bayi saya bisa bertahan, Dokter? Dia masih terlalu kecil," sahut Reza. "Makanya kita berusaha dengan suntikan pematangan organ demi baby bisa hidup," ujar dokter pelan. "Tapi kenapa bayi saya sekarang tidak banyak bergerak, Dok? Apa yang terjadi?" tanyaku sedih dan panik. "Jangan khawatir, detak jantung bayi bagus. Ibu istirahat yang cukup! Masih dua kali suntikan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Salahkah Aku Mencintaimu   66. Siapa yang Salah

    Berat sekali aku membuka mataku, ternyata aku harus dibius total dan ini pengaruh obat sehingga aku merasa masih penuh halu. Aku seperti sedang bertemu papa dan mamaku yang sudah lama meninggal. Mereka memelukku dengan hangat, kemudian mereka melepaskan pelukannya dan pergi. Ketika aku memanggilnya mereka hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum penuh sayang. Aku menangis, kembali kupaksa membuka mataku yang masih terasa berat bahkan pendengaranku pun samar-samar dan terasa jauh. Aku menatap kaca jendela dengan memicingkan mataku. Terlihat Reza dan Arjun menatapku dengan shahdu dari jendela. Anehnya di sekitar mereka aku melihat banyak anak kecil menglilinginya sambil ikut mengintai aku dengan senyum mencibir. Aku membulatkankan mataku meyakinkan pandanganku tetapi anak-anak itu berjingkrak-jingkrak sambil tertawa mengejek. Apakah mereka adalah mahluk yang tak kasap mata? Tidak ada tenaga dan daya untuk mengangkat tanganku agar bisa memberi isyarat kepada Reza maupun Arjun. Pand

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26
  • Salahkah Aku Mencintaimu   67. Mujizat Bagi Baby

    Tak lama dokter dan perawat datang menolongku. Aku masih bisa merasakan perawat sedang memompa lenganku untuk mengecek tensi darahku. "Tensinya terus turun, Dok," kata perawat gusar. Dokter memeriksaku dengan stetoskop, tak lama kemudian aku merasa ada suntikan di lenganku. "Tolong keluar dulu ya, Pak! Dokter sedang berusaha menolong istri bapak," pinta perawat. "Tapi istri saya tidak apa-apa kan, Dok?" tanya Reza panik. "Makanya kita akan periksa dulu," jawab perawat. "Zheeee, bangun! Jangan tinggalkan aku! Kasihan anak kita, Zhee!" teriak Arjun tiba-tiba di depan pintu. Ternyata dia belum benar-benar pergi. Aku masih bisa mendengar teriakannya meskipun terasa samar-samar dan terasa sangat jauh. "Aku berjanji, kalau dengan aku menjauhimu membuat kamu lebih bahagia maka aku akan menjauh dari kehidupanmu, Zhee!" lanjutnya. "Anak kita tampan sekali, Zhee!" katanya masih berteriak. "Arjun, kamu gila ya?" hardik Reza kesal. "Yah, aku gila ... aku gila!" gerutunya pada dirinya se

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02

Bab terbaru

  • Salahkah Aku Mencintaimu   86. Salahkah aku mencintaimu?

    Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu kamar berbunyi. Arjun segera mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil dompet. Aku hanya menatapnya dengan geram menahan emosi. Tak berselang lama dia sudah kembali dengan sebuah hem cantik dan celana dan satu lagi sebuah gaun indah. "Pilihlah yang kamu suka," tawar Arjun. "Kapan kamu memesannya? Aku salut kamu memang tahu kesukaanku," kataku sambil beranjak bangun dan menyambar gaun biru muda dari tangan Arjun. Bergegas aku berlari ke kamar mandi dan mandi besar. Saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat Arjun sedang mengamati ponselku. "Apa yang kamu lakukan, Arjun? Beraninya kamu menyentuh ponselku. Mas Reza saja tidak berani melakukannya," ketusku sambil merebutnya dari tangannya. "Aku hanya ingin melihat apakah masih ada fotoku di ponselmu," jawabnya. "Tidak ada, jangankan fotomu bahkan aku sudah menghapus namamu dari hidupku," ketusku sambil memasukkan ponsel ke tasku. Aku menatap wajahku di cermin dan Arjun datang memelukk

  • Salahkah Aku Mencintaimu   85. Dilema memilih

    Aku sengaja tidak mengunci kembali pintunya agar aku tidak kerepotan bila langsung ingin pergi keluar. Entah kenapa aku berpikiran tidak ingin berlama-lama di dekat Arjun. Aku takut tidak bisa mengendalikan sikapku saat bersama Arjun. Itu mungkin karena rasa rinduku yang sudah menggunung. Rasa benci dan cinta tersekat tipis sehingga aku tidak bisa membedakannya aku sedang cinta atau benci. "Kemarilah, Zhee! Tutup kembali pintunya," pinta Arjun. "Aku yakin kamu pasti datang menemui ku. Bukankah kamu juga merindukan aku, Zhee?" tanya Arjun menggoda, tatapannya tajam seolah hendak mengikutiku. "Kamu benar, Arjun, tidak dapat kupungkiri aku memang sedang merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Arjun," kataku tegas. Aku masih berdiri di depan pintu, Arjun pun menghampiriku dan memelukku kemudian tangannya menghempaskan pintu, "creg." Arjun dengan bernafsu mematuk bibirku dan mengulumnya. Ciuman penuh cinta dan kerinduan yang membara membakar birahi kami berdua. Aku menahan diri dengan si

  • Salahkah Aku Mencintaimu   84. Menentukan Pilihan

    Deg, jantungku rasanya mau copot. Bagaimana dengan tiba-tiba Mas Reza menghampiriku dan merebut ponselku. Apakah sebenarnya dia curiga kalau yang telepon Arjun. Dia menekan speaker seolah ingin menunjukkan kepadaku bahwa aku jujur atau tidak. "Nyonya Reza yang cantik, aku mohon kamu bisa hadir di pestaku ya? Teman-teman tim kita hadir semua, Nyonya Mayang eh keliru Nyonya Zhee," pinta Diah terdengar lantang di speaker. Aku tidak mengira ternyata telepon yang barusan berdering dari Diah dan benar dia memaksa aku menghadiri pestanya. Oh dewa penolong benar-benar sedang berpihak kepadaku. Bukan saja aku yang terbelalak terkejut tapi Mas Reza juga. Pasti yang ada di otaknya aku sedang teleponan dengan Arjun. Kenapa begitu kebetulan sekali Diah menelepon di saat yang tepat, bagai Dewi penyelamat bagiku. "Diah, dimana sih pesta kamu diadakan? Kok aku nggak diundang sih?" tanya Mas Reza. "Di restoran deket rumah saya, Pak CEO," jawabnya ragu. "Cuma pesta kecil kok tidak ada yang istimewa

  • Salahkah Aku Mencintaimu   83. Terjerat Rindu

    "Aku tidak mau kehilangan semuanya, Mas, aku bersedia menikah lagi secara agama denganmu," ujarku. Sebenarnya Mas Reza sudah tahu akan keberadaan Arjun tapi dia berpura-pura dan mengikuti sandiwaraku. Aku harus mengakhirinya, aku harus segera menentukan pilihan. Otak waras pasti akan memilih Mas Reza sebagai pendamping hidup. Aku berharap otakku waras sehingga bisa mengubur kenangan bersama Arjun. "Terima kasih, Sayang. Aku akan segera menyiapkan semuanya," kata Mas Reza. "Aku juga akan menyiapkan keperluanku, Mas Reza. Satu permintaanku kita ijab kabul sederhana saja di masjid," pesanku. "Aku setuju apapun permintaanmu, Zhee ... apapun!" janjinya menegaskan. Aku tahu betapa besar cinta Mas Reza kepadaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya lagi. Apalagi untuk kuserahkan kepada Putri, tidak akan pernah. "Apapun kebutuhanmu biar aku yang menyiapkan, Zhee," usul Mas Reza. "Baik, kita bicarakan lagi nanti di rumah! Aku permisi dulu, Pak CEO," pamitku menggoda. "Zhee, kamu ya?" sahut

  • Salahkah Aku Mencintaimu   82. Bercinta dengan sang mantan

    Sesaat kami saling berpandangan, Mas Reza menatap dalam mataku. "Zhee," panggilnya lembut. Tiba-tiba tangannya meraba laci nakas dan mengambil kotak kecil. Dia membukanya dan mengambil sebatang seperti permen dan mengulumnya. Entah apakah yang diambil dari laci nakas itu? Apakah itu permen ataukah obat perangsang? Ah masa bodoh, karena mabok mungkin juga itu obat pengar. Setelah dia mengulumnya dengan kasar menarik tubuhku kemudian mematuk bibirku dan akhirnya mengulumnya. Bibir saling bertemu dan Mas Reza melontarkan sesuatu yang dikulum itu ke dalam mulutku. Aku terkesiap, aku merasakan seperti aroma terapi yang mampu membuat mood ku membaik. Aku melontarkan kembali sesuatu itu ke dalam mulut Mas Reza. Ciuman kami berdua semakin membara. Lama kami berdua tidak melakukan ini. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Mas Reza setelah melepas sesaat ciumannya. "Aku juga, Mas Reza," jawabku dalam hati. Aku pasrah saat Mas Reza mulai menciumi leherku bahkan dengan lidahnya yang basah dan han

  • Salahkah Aku Mencintaimu   81. Sandiwaraku

    Tanganku mengepal kuat, ingin rasanya aku membalas dengan bogem mentahku kepada wanita licik di depanku. Tapi tidak, bekas tamparan ini akan membantuku menunjukkan seperti apa sifat Putri sebenarnya. Agar Mas Reza berpikir ulang bila berhubungan lebih jauh dengannya. "Zhee, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mas Reza yang terkejut melihat aku. Aku terkejut tapi aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak terkesan sebagai pendosa. Aneh memang kenapa aku ada di sini? Aku sengaja menutupi pipiku dengan kedua tanganku. Dengan meringis menahan kesakitan, ini sengaja aku lakukan untuk menunjukkan kepada Mas Reza agar mendapatkan simpatinya. "Kamu kenapa?" tanyanya penasaran sambil meraih tanganku. Aku membiarkan tangan Mas Reza menarik tanganku dan memeriksa pipiku. Dia tampak terperanjat dan memandang mataku tersirat banyak pertanyaan. Aku kenal sekali dengan Mas Reza dia tidak suka dengan banyak argumentasi yang berbelit-belit. Aku hanya diam dan menunjukkan bekas tamparan yang jelas

  • Salahkah Aku Mencintaimu   80. Telepon Putri membuat aku cemburu

    "Ma, Abim mau pipis," pinta Abim manja. "Diantar papa ya? Soalnya Abim harus ke toilet pria," jawabku memberi pengertian. "Ya iyalah sama papa Abim kan lelaki," sahut Mas Reza. Akhirnya Abim menurut saat Mas Reza menuntunnya ke toilet. Mas Reza menggandengnya dengan manja dan sayang. Aku hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Tit ... tit ... tit! Ponsel Mas Reza berbunyi tanda ada pesan masuk. Sekilas aku melirik dan ada notifikasi yang terbaca olehku. "Tolong antar aku periksa ke dokter kandungan, Pak..." Membaca notifikasi yang hanya sepenggal membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku nekad meraih ponsel Mas Reza di atas meja. Ternyata layar ponselnya terkunci. Karena rasa penasaran yang besar membuat aku terus berusaha agar bisa membuka kuncinya. Berkali-kali mencoba dari tanggal lahir Mas Reza, Abim dan Nayna tapi belum juga kebuka. Dengan geram aku mencoba dengan asal tanggal lahirku justru langsung terbuka. Oh, ternyata betapa istimewanya aku di mata Mas Reza.

  • Salahkah Aku Mencintaimu   79. Masih ada cinta buat Mas Reza dan Arjun

    "Om yang mana?" tanya Mas Reza terkejut."Itu," jawab Abim sambil menunjuk Arjun yang berdiri di taman agak jauh dari halaman sekolah.Mas Reza segera menengok dan mendapati Arjun yang spontan mengangguk sopan. "Kenapa aku merasa postur itu tidak asing bagiku," gumam Mas Reza."Dia om yang menolong aku waktu sakit kan, Pa?" tanya Abim meyakinkan."Iya, Sayang."Tiba-tiba Mas Reza menarik pundak Abim merangkul membawanya menghampiri Arjun. Hatiku berdebar-debar takut kalau Mas Reza bisa mengenalinya. Apalagi dia sudah menaruh curiga, maklumlah mereka tumbuh besar bersama sejak kecil."Kita mau kemana sih?" ceplos ku bertanya."Kita bertemu Juna sebentar, kenapa dia menemui Abim di sekolah, aku jadi penasaran?" ujarnya."Kenapa sih kamu jadi kepo, siapa tahu hanya kebetulan dia lewat di depan sekolah Abim," selaku mematahkan.Tanpa menjawab lagi dia dan Abim berjalan di depan ku melalui aku yang tertegun berdiri. Aku melihat Arjun yang menyambutnya dengan menganggukkan kepalanya. Dia m

  • Salahkah Aku Mencintaimu   78. Membakar Cemburu

    Arjun terpaku, dia tidak mengira aku akan senekat itu dengan memaksa membuka masker dan kacamatanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan menatap sayu ke arahku. "Siapa gadis kecil yang bersamamu tadi? Apakah dia anak kamu bersama Diana? Apa diam-diam kamu kembali dan hidup bersamanya? Padahal dulu kamu berjanji tidak memilih salah satu diantara kita berdua, tapi ternyata ...?" gerutuku meluapkan kekesalanku kepadanya. Betapa selama ini aku tersiksa tercekam sakit karena cinta dan rindu. Arjun diam tanpa sepatah kata pun, hanya air matanya meleleh, bukankah aku yang tersakiti harusnya aku yang menangis tapi kenapa dia ikutan meruraian air mata. Dengan meluapkan rasa sakit dan benci aku mulai bereaksi. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku, Arjun? Kenapa? Kamu lelaki brengsek sama hal Mas Reza!" ketusku berteriak. "Jadi kamu melihat kami bertiga?" tanyanya meyakinkan. "Zhee, anak kecil tadi Diana yang mengadopsinya dari panti asuhan. Dia tidak bisa memliki anak karena rahimnya harus diangkat.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status