Share

54. Nayna, Anakku

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2022-04-19 22:00:36

Sopir melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit. Aku tidur di pangkuan Reza. Aku merasakan tangan perkasa Reza membelai rambutku dengan sayang.

"Eko, jangan ngebut-ngebut, jalanan sedang ramai!  Sekarang Zhee sudah tenang bisa tidur, santai saja utamakan kenyamanannya," saran Reza.

"Baik, Bos!" jawabnya tegas.

Ciiiit .... bragh! Baru saja bibirnya menjawab dengan tegas kecelakaan pun terjadi.

"Eko, apa yang terjadi?" hardik Reza terkejut dan emosi.

"Tiba-tiba saja ada anak kecil menyeberang jalan, Bos," jawab Eko gugup.

Bergegas Eko keluar dan mendapati anak kecil pingsan dengan kepalanya berlumuran darah. Sebentar kemudian Reza pun menyusul keluar dari mobil.

"Bagaimana keadaannya, Eko?" tanya Reza.

"Tanggungjawab, Pak, bawa dia ke rumah sakit!" desak orang-orang yang berdatangan mulai mengerumuninya.

"Baik, saya akan tanggung jawab, saya akan bawa dia ke rumah sakit!" janji Reza pada massa yang

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Salahkah Aku Mencintaimu   55. Luka Hati Nayna

    Operasi telah berhasil, Nayna telah melewati masa kritisnya. Aku masih tertegun dengan hati hancur dan sakit. Terlebih Reza, dia menangis histeris bahkan sesaat dia marah dan benci kepadaku. Karena rahasia besar ini baru bisa terkuak setelah semuanya terlambat. Andai dari awal Reza tahu dia memliki Nayna, tentu Reza tidak memaksa aku menikah dengan Arjun hanya demi anak karena menuruti keinginan kedua orang tuanya. Nayna adalah nama yang sebenarnya pernah kita bicarakan. Reza pernah menyampaikan keinginannya sewaktu kita pacaran dulu, dia ingin memiliki anak pertama seorang bayi cewek dan akan diberi nama Nayna. Dan keinginannya terwujud tanpa sepengetahuannya. Tak sengaja pandangan kami beradu, mataku yang sembab membuat Reza luluh juga. "Istirahatlah, Zhee!" katanya lembut. "Tidak, aku ingin akulah orang pertama yang dia lihat saat matanya terbuka nanti. Itu caraku meminta maaf padanya. Tok .. tok ... tok! Pintu ruangan diketuk. Aku dan Reza

    Last Updated : 2022-04-21
  • Salahkah Aku Mencintaimu   56. Kembalilah Kepada Reza

    Dret ... dret ... dret! Kembali Arjun menelepon. Dengan sedikit bergeser Reza mengangkat teleponnya. "Iya, Arjun?" sapanya saat telepon diangkat. ( ... ) "Ya sudah aku segera datang, suruh Eko menjemputku!" ujar Reza. "Arjun, bisa temani Zhee di rumah sakit dulu?" tanyanya seakan berat diucapkan. ( ... ) "Terima kasih, Arjun. Kamar Dahlia 1 atas nama Nayna ya?" ucapnya pelan dan sedih, kemudian menutup teleponnya. Seolah tidak memberi kesempatan Arjun untuk bertanya lebih lanjut. Dia berjalan menghampiri aku dan Nayna. Tatapan penuh cinta dan sayang seorang bapak kepada Nayna, anaknya. "Aku ingin bicara, ikutlah!" kataku sambil menarik tangannya mengajak menjauh dari Nayna. "Ada apa, Sayang?" tanya Reza. "Bagaimana kamu mengambil keputusan tanpa membicarakannya kepadaku? Kenapa kamu memanggil Arjun kemari, Mas? Apa maksudmu?" tanyaku kecewa. "Bukankah kamu merindukannya? Kalian harus saling bicara, Zhee!

    Last Updated : 2022-04-24
  • Salahkah Aku Mencintaimu   57. Rinduku Bersambut

    Perlahan kubuka mataku, dokter sedang berbicara kepada Arjun di sampingku. "Nyonya tidak boleh stres, dia juga harus bedrest, Pak," kata dokter. "Tensi darahnya cenderung naik, ini bahaya buat keduanya," ungkap dokter menjelaskan. Arjun memandang aku yang sedang menahan air mata agar tidak meleleh. "Nyonya, jangan banyak berpikir dan beraktifitas dulu ya! Ada sedikit flek, untung bayinya kuat dia tidak apa-apa. Nyonya harus lebih hati-hati ya, kontrol emosi, sekali lagi jangan stres!" pesan dokter. "Anak saya tidak apa-apa, Dok?" tanya Arjun meyakinkan. Aku terperanjat, kami saling berpandangan. Arjun lupa kalau yang dokter tahu aku adalah istri Reza, bagaimana Arjun keceplosan bilang anaknya. "Makanya jaga tensinya agar tidak tinggi. Bayi nyonya terlalu dini untuk dilahirkan bila terjadi sesuatu," dokter memberi peringatan keras. "Katakan pada Pak Reza agar ikut menjaga moodnya istri. Hari ini dia hampir kehilangan bayin

    Last Updated : 2022-04-24
  • Salahkah Aku Mencintaimu   58. Ketulusan Cinta

    Reza terperanjat melihat keakraban Arjun dengan Nayna. Bukan saja Zhee yang jatuh cinta pada Arjun, kini putri kecilnya yang baru ditemukan pun juga mulai jatuh hati pada Arjun. "Papa, kalau Nayna sudah sembuh bolehkah ikut pulang ke rumah papa?" tanya Nayna kemudian. "Tentu saja boleh sayang, nanti kita bicara sama Bu Anifah ya?" jawab Reza yang duduk di dekat Zhee. "Bagaimana keadaan anakku, Zhee? Apa kata dokter?" tanya Reza. "Sehat tidak ada masalah kok, hanya tekanan darahku yang tiba-tiba naik," jawabku. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Zhee? Bukankah sudah ada Arjun menemanimu?" tanya Reza menggoda. "Selamat sore!" sapa dokter kepada kita semua. "Sore, Dokter," jawab kami bersamaan. "Dok, boleh saya melihat USG anak saya? Saya ingin melihat hasil pemeriksaan keseluruhan baik ibu maupun bayinya," pinta Reza. "Bisa, saya tunggu di ruangan saya ya?" jawab dokter ramah. "Suster, tolong bantu dia bawa ke ruanga

    Last Updated : 2022-04-27
  • Salahkah Aku Mencintaimu   59. Bercinta di Gudang

    "Ssssssstt! aku menutup bibirku dengan telunjuk mengisyaratkan diam. Kalau Arjun memanggil hanya namaku di depan para pembantu, maka akan makin heboh. Aku tahu mereka sudah sering ghibah tentang kami berdua. "Di depan pembantu jangan memanggilku Zhee, Arjun!" bisikku lirih. "Aku terkejut, spontan deh. Bagaimana kabar Nayna, dia tidak ngambek harus kembali ke panti?" tanya Arjun masih juga memikirkan perasaan Nayna. "Dia baik-baik saja, aku dan Mas Reza akan segera mengurus surat adopsi," kataku. Aku melihat pembantu pada menjauh dan menghindar. Sedikit lega rasanya karena ada sedikit kebebasan. "Apakah harus lewat adopsi untuk mengasuhnya?" tanya Arjun. "Kayaknya iya, Arjun, soalnya aku tidak memiliki bukti apapun kalau aku ibu yang melahirkannya," jawabku sedih. "Dan dia sudah memiliki akte kelahiran anak dari pasangan pengadopsi." "Ya coba saja minta pertimbangan Bu Anifah bagaimana harusnya pasti dia jauh lebih tahu," jawab Arjun. "Mbak Diana!" teriak Yuni seolah memberi kod

    Last Updated : 2022-04-27
  • Salahkah Aku Mencintaimu   60. Pengumuman Kehamilanku

    "Mayang, apa benar kamu hamil, kenapa tiba-tiba perutmu buncit sih? Apa aku yang baru menyadari?" bisik Diah. "Iya aku hamil, emangnya kenapa?" jawabku berbisik. "Apa kamu sudah menikah, aku tidak pernah dengar kamu cerita tentang suamimu,. Lagian status kamu kan belum kawin?" tanya Diah penasaran. "Emangnya kamu pernah tanya tentang suamiku? Aku belum sempat mengurus KK dan mengubah statusku," jawabku asal. "Kok tidak tahu tiba-tiba buncit besar usia berapa, Mayang?" tanya Diah berbisik masih penasaran. "22 minggu. Aku selalu mengenakan baju longgar makanya kamu tidak menyangka kan?" jawabku berbisik. "Benar juga." Tiba-tiba lift berhenti dan terbuka saat sampai di lantai 10. Diah bergegas keluar sambil pamit kepada presdir, "Mari Pak Presdir, saya duluan!" pamit Diah. "Iya." jawab Reza singkat. Aku mengikutinya dari belakang, tidak sengaja kakiku tersandung kaki Arjun dan terjerembab, untung Arjun sigap menangkapnya. "Auh!" teriakku spontan histeris. Reza juga hendak men

    Last Updated : 2022-04-29
  • Salahkah Aku Mencintaimu   61. Bernostalgia

    Aku tahu Diana sedang menjebakku dengan posisi seperti ini. Diana ingin aku mengatakan tentang anak yang kukandung, benarkah? "Yakin kamu menanyakan ayah bayi ini, Diana?" tanyaku sambil menatap Arjun dan menggoda Diana. "Arjun, suamiku lagi sibuk boleh antar aku periksa kandungan? Besuk aku harus kontrol!" kataku manja menggoda. Teman-teman timku terperanjat dengan sikapku. Semua mata menatapku seolah tak percaya. "Mayang!" bisik Diah sambil menyikut lenganku karena terkejut melihat keberanianku terhadap asisten presdir dan istrinya. "Mayang, kamu lagi mabok ya?" bisik Rodeo. Aku menatap Arjun yang salah tingkah. Aku ingin menguji perasaannya, apakah dia berani berada di depan pasang badan untuk melindungiku. Beranikah dia menentukan sikap diantara aku dan Diana? "Mayang," Arjun memanggil. "Waduh sayang sekali kita minggu ini banyak acara kan, Mas Arjun?" sahut Diana mematahkan. "Arjun, benarkah kamu tidak ada waktu untukku?" kataku merajuk manja. Semua pandangan semakin her

    Last Updated : 2022-05-03
  • Salahkah Aku Mencintaimu   62. Prahara dalam Cinta

    Aku dan Arjun sudah berada di dalam kereta api. Sepanjang jalan Arjun mendekap tubuhku dengan erat. Sebentar-sebentar dia mencium rambutku penuh sayang. Dunia benar-benar milik berdua, itu kata orang yang sedang dimabuk cinta. "I love you, my wife!" bisik Arjun di telingaku. Terasa melayang tubuhku terbuai rayuan menggelitik Arjun. Tanpa ragu aku segera mencium bibirnya dengan lembut. Untung kelas bisnis hanya segelintir orang itu pun mereka duduk di depan. Sehingga apapun yang aku lakukan tidak seorang pun melihatnya. Arjun membalas ciumanku lebih bernafsu. Kami berdua melepaskan rindu yang lama bergelora. Tiba-tiba ciuman Arjun mulai turun ke leher. Aku semakin tidak bisa mengendalikannya bahkan aku menikmatinya. Kami berdua terbakar nafsu birahi di dalam kereta itu. Dan aku menurut saat Arjun menarik tubuhku ke pangkuannya. Bahkan kami berdua melakukannya di kereta. Aku duduk di pangkuannya menghadap ke depan dan Arjun memelukku dari belakang sambil menggoyqngkan tubuhku ke segal

    Last Updated : 2022-05-07

Latest chapter

  • Salahkah Aku Mencintaimu   86. Salahkah aku mencintaimu?

    Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu kamar berbunyi. Arjun segera mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil dompet. Aku hanya menatapnya dengan geram menahan emosi. Tak berselang lama dia sudah kembali dengan sebuah hem cantik dan celana dan satu lagi sebuah gaun indah. "Pilihlah yang kamu suka," tawar Arjun. "Kapan kamu memesannya? Aku salut kamu memang tahu kesukaanku," kataku sambil beranjak bangun dan menyambar gaun biru muda dari tangan Arjun. Bergegas aku berlari ke kamar mandi dan mandi besar. Saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat Arjun sedang mengamati ponselku. "Apa yang kamu lakukan, Arjun? Beraninya kamu menyentuh ponselku. Mas Reza saja tidak berani melakukannya," ketusku sambil merebutnya dari tangannya. "Aku hanya ingin melihat apakah masih ada fotoku di ponselmu," jawabnya. "Tidak ada, jangankan fotomu bahkan aku sudah menghapus namamu dari hidupku," ketusku sambil memasukkan ponsel ke tasku. Aku menatap wajahku di cermin dan Arjun datang memelukk

  • Salahkah Aku Mencintaimu   85. Dilema memilih

    Aku sengaja tidak mengunci kembali pintunya agar aku tidak kerepotan bila langsung ingin pergi keluar. Entah kenapa aku berpikiran tidak ingin berlama-lama di dekat Arjun. Aku takut tidak bisa mengendalikan sikapku saat bersama Arjun. Itu mungkin karena rasa rinduku yang sudah menggunung. Rasa benci dan cinta tersekat tipis sehingga aku tidak bisa membedakannya aku sedang cinta atau benci. "Kemarilah, Zhee! Tutup kembali pintunya," pinta Arjun. "Aku yakin kamu pasti datang menemui ku. Bukankah kamu juga merindukan aku, Zhee?" tanya Arjun menggoda, tatapannya tajam seolah hendak mengikutiku. "Kamu benar, Arjun, tidak dapat kupungkiri aku memang sedang merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Arjun," kataku tegas. Aku masih berdiri di depan pintu, Arjun pun menghampiriku dan memelukku kemudian tangannya menghempaskan pintu, "creg." Arjun dengan bernafsu mematuk bibirku dan mengulumnya. Ciuman penuh cinta dan kerinduan yang membara membakar birahi kami berdua. Aku menahan diri dengan si

  • Salahkah Aku Mencintaimu   84. Menentukan Pilihan

    Deg, jantungku rasanya mau copot. Bagaimana dengan tiba-tiba Mas Reza menghampiriku dan merebut ponselku. Apakah sebenarnya dia curiga kalau yang telepon Arjun. Dia menekan speaker seolah ingin menunjukkan kepadaku bahwa aku jujur atau tidak. "Nyonya Reza yang cantik, aku mohon kamu bisa hadir di pestaku ya? Teman-teman tim kita hadir semua, Nyonya Mayang eh keliru Nyonya Zhee," pinta Diah terdengar lantang di speaker. Aku tidak mengira ternyata telepon yang barusan berdering dari Diah dan benar dia memaksa aku menghadiri pestanya. Oh dewa penolong benar-benar sedang berpihak kepadaku. Bukan saja aku yang terbelalak terkejut tapi Mas Reza juga. Pasti yang ada di otaknya aku sedang teleponan dengan Arjun. Kenapa begitu kebetulan sekali Diah menelepon di saat yang tepat, bagai Dewi penyelamat bagiku. "Diah, dimana sih pesta kamu diadakan? Kok aku nggak diundang sih?" tanya Mas Reza. "Di restoran deket rumah saya, Pak CEO," jawabnya ragu. "Cuma pesta kecil kok tidak ada yang istimewa

  • Salahkah Aku Mencintaimu   83. Terjerat Rindu

    "Aku tidak mau kehilangan semuanya, Mas, aku bersedia menikah lagi secara agama denganmu," ujarku. Sebenarnya Mas Reza sudah tahu akan keberadaan Arjun tapi dia berpura-pura dan mengikuti sandiwaraku. Aku harus mengakhirinya, aku harus segera menentukan pilihan. Otak waras pasti akan memilih Mas Reza sebagai pendamping hidup. Aku berharap otakku waras sehingga bisa mengubur kenangan bersama Arjun. "Terima kasih, Sayang. Aku akan segera menyiapkan semuanya," kata Mas Reza. "Aku juga akan menyiapkan keperluanku, Mas Reza. Satu permintaanku kita ijab kabul sederhana saja di masjid," pesanku. "Aku setuju apapun permintaanmu, Zhee ... apapun!" janjinya menegaskan. Aku tahu betapa besar cinta Mas Reza kepadaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya lagi. Apalagi untuk kuserahkan kepada Putri, tidak akan pernah. "Apapun kebutuhanmu biar aku yang menyiapkan, Zhee," usul Mas Reza. "Baik, kita bicarakan lagi nanti di rumah! Aku permisi dulu, Pak CEO," pamitku menggoda. "Zhee, kamu ya?" sahut

  • Salahkah Aku Mencintaimu   82. Bercinta dengan sang mantan

    Sesaat kami saling berpandangan, Mas Reza menatap dalam mataku. "Zhee," panggilnya lembut. Tiba-tiba tangannya meraba laci nakas dan mengambil kotak kecil. Dia membukanya dan mengambil sebatang seperti permen dan mengulumnya. Entah apakah yang diambil dari laci nakas itu? Apakah itu permen ataukah obat perangsang? Ah masa bodoh, karena mabok mungkin juga itu obat pengar. Setelah dia mengulumnya dengan kasar menarik tubuhku kemudian mematuk bibirku dan akhirnya mengulumnya. Bibir saling bertemu dan Mas Reza melontarkan sesuatu yang dikulum itu ke dalam mulutku. Aku terkesiap, aku merasakan seperti aroma terapi yang mampu membuat mood ku membaik. Aku melontarkan kembali sesuatu itu ke dalam mulut Mas Reza. Ciuman kami berdua semakin membara. Lama kami berdua tidak melakukan ini. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Mas Reza setelah melepas sesaat ciumannya. "Aku juga, Mas Reza," jawabku dalam hati. Aku pasrah saat Mas Reza mulai menciumi leherku bahkan dengan lidahnya yang basah dan han

  • Salahkah Aku Mencintaimu   81. Sandiwaraku

    Tanganku mengepal kuat, ingin rasanya aku membalas dengan bogem mentahku kepada wanita licik di depanku. Tapi tidak, bekas tamparan ini akan membantuku menunjukkan seperti apa sifat Putri sebenarnya. Agar Mas Reza berpikir ulang bila berhubungan lebih jauh dengannya. "Zhee, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mas Reza yang terkejut melihat aku. Aku terkejut tapi aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak terkesan sebagai pendosa. Aneh memang kenapa aku ada di sini? Aku sengaja menutupi pipiku dengan kedua tanganku. Dengan meringis menahan kesakitan, ini sengaja aku lakukan untuk menunjukkan kepada Mas Reza agar mendapatkan simpatinya. "Kamu kenapa?" tanyanya penasaran sambil meraih tanganku. Aku membiarkan tangan Mas Reza menarik tanganku dan memeriksa pipiku. Dia tampak terperanjat dan memandang mataku tersirat banyak pertanyaan. Aku kenal sekali dengan Mas Reza dia tidak suka dengan banyak argumentasi yang berbelit-belit. Aku hanya diam dan menunjukkan bekas tamparan yang jelas

  • Salahkah Aku Mencintaimu   80. Telepon Putri membuat aku cemburu

    "Ma, Abim mau pipis," pinta Abim manja. "Diantar papa ya? Soalnya Abim harus ke toilet pria," jawabku memberi pengertian. "Ya iyalah sama papa Abim kan lelaki," sahut Mas Reza. Akhirnya Abim menurut saat Mas Reza menuntunnya ke toilet. Mas Reza menggandengnya dengan manja dan sayang. Aku hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Tit ... tit ... tit! Ponsel Mas Reza berbunyi tanda ada pesan masuk. Sekilas aku melirik dan ada notifikasi yang terbaca olehku. "Tolong antar aku periksa ke dokter kandungan, Pak..." Membaca notifikasi yang hanya sepenggal membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku nekad meraih ponsel Mas Reza di atas meja. Ternyata layar ponselnya terkunci. Karena rasa penasaran yang besar membuat aku terus berusaha agar bisa membuka kuncinya. Berkali-kali mencoba dari tanggal lahir Mas Reza, Abim dan Nayna tapi belum juga kebuka. Dengan geram aku mencoba dengan asal tanggal lahirku justru langsung terbuka. Oh, ternyata betapa istimewanya aku di mata Mas Reza.

  • Salahkah Aku Mencintaimu   79. Masih ada cinta buat Mas Reza dan Arjun

    "Om yang mana?" tanya Mas Reza terkejut."Itu," jawab Abim sambil menunjuk Arjun yang berdiri di taman agak jauh dari halaman sekolah.Mas Reza segera menengok dan mendapati Arjun yang spontan mengangguk sopan. "Kenapa aku merasa postur itu tidak asing bagiku," gumam Mas Reza."Dia om yang menolong aku waktu sakit kan, Pa?" tanya Abim meyakinkan."Iya, Sayang."Tiba-tiba Mas Reza menarik pundak Abim merangkul membawanya menghampiri Arjun. Hatiku berdebar-debar takut kalau Mas Reza bisa mengenalinya. Apalagi dia sudah menaruh curiga, maklumlah mereka tumbuh besar bersama sejak kecil."Kita mau kemana sih?" ceplos ku bertanya."Kita bertemu Juna sebentar, kenapa dia menemui Abim di sekolah, aku jadi penasaran?" ujarnya."Kenapa sih kamu jadi kepo, siapa tahu hanya kebetulan dia lewat di depan sekolah Abim," selaku mematahkan.Tanpa menjawab lagi dia dan Abim berjalan di depan ku melalui aku yang tertegun berdiri. Aku melihat Arjun yang menyambutnya dengan menganggukkan kepalanya. Dia m

  • Salahkah Aku Mencintaimu   78. Membakar Cemburu

    Arjun terpaku, dia tidak mengira aku akan senekat itu dengan memaksa membuka masker dan kacamatanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan menatap sayu ke arahku. "Siapa gadis kecil yang bersamamu tadi? Apakah dia anak kamu bersama Diana? Apa diam-diam kamu kembali dan hidup bersamanya? Padahal dulu kamu berjanji tidak memilih salah satu diantara kita berdua, tapi ternyata ...?" gerutuku meluapkan kekesalanku kepadanya. Betapa selama ini aku tersiksa tercekam sakit karena cinta dan rindu. Arjun diam tanpa sepatah kata pun, hanya air matanya meleleh, bukankah aku yang tersakiti harusnya aku yang menangis tapi kenapa dia ikutan meruraian air mata. Dengan meluapkan rasa sakit dan benci aku mulai bereaksi. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku, Arjun? Kenapa? Kamu lelaki brengsek sama hal Mas Reza!" ketusku berteriak. "Jadi kamu melihat kami bertiga?" tanyanya meyakinkan. "Zhee, anak kecil tadi Diana yang mengadopsinya dari panti asuhan. Dia tidak bisa memliki anak karena rahimnya harus diangkat.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status