Home / Romansa / Salahkah Aku Mencintaimu / 32. Pertemuan di Villa

Share

32. Pertemuan di Villa

Author: Roesaline
last update Last Updated: 2022-03-11 12:54:24

Reza dengan tersenyum bahagia mengangkat telepon dari Arjun.

"Iya, Arjun?" sapanya.

( ... )

"Oh kamu sudah sampai di villa? Nikmati saja kebersamaan kalian di situ, hawanya sejuk dan nikmat untuk memadu cinta," ujar Reza sambil menatapku, seolah ingin mengikuti perubahan mimik mukaku.

( ... )

"Setelah bercinta kelilinglah berbelanja, sekalian belanja untuk kita makan malam. Aku malam ini ingin masak makanan untuk istriku."

( ... )

"Istriku suka lobster, carikan juga sayuran kailan dan daging sapi. Kamu bisa belanja juga yang lain yang kamu suka. Aku sebentar lagi berangkat, maklum habis bersenang-senang dengan istriku masih capek," kata Reza terkesan pamer dan menggoda Arjun.

Kemudian Reza menutup teleponnya. Aku jadi serba salah ada rasa berdosa karena merasa berselingkuh. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Arjun seandainya dia tahu aku mengkhianatinya.

Aku bergegas ke kamar mandi sekalian mandi jun

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Salahkah Aku Mencintaimu   33. Tetap Cinta

    Seketika suasana menjadi hening, aku dan Arjun saling berpandangan. Mempersiapkan jawaban bila saja Mas Reza tidak bisa menjawabnya. Aku pasrah dengan apa yang akan terjadi. Aku lebih memikirkan perasaanku apalagi keadaan hamil muda yang bawaannya lebih sensitif. "Pertanyaan macam apa itu, Diana? Kamu kan tahu Arjun seperti adikku sendiri. Mana mungkin dia tega berbuat seperti itu kepadaku?" jawab Reza membohongi hatinya sendiri. Aku yakin Reza tahu bahwa diantara kami mulai tumbuh perasaan cinta. "Itu bukan jawaban, Tuan. Kita tidak bisa mengendalikan perasaan manusia," gumam Diana.tegas. "Kalau diantara kami tumbuh perasaan cinta apakah itu salah? Kamu yang memaksa situasi ini terjadi, dan hati bukanlah aku pengendalinya. Kalau benar akhirnya aku jatuh cinta pada Arjun itu bukanlah salah Arjun? Dia adalah suamiku, sah secara agama dan bisa diterima di masyarakat. Dimana letak kesalahan kami?" runtukku. "Zhee?" pekik Reza.

    Last Updated : 2022-03-12
  • Salahkah Aku Mencintaimu   34. Konspirasi Reza dan Diana

    Reza dan Diana telah kembali ke villa. Aku dan Arjun sedang memasak buat kami berempat makan. "Kalian sudah memasaknya? Padahal rencananya aku ingin memasak buat istriku tercinta," gumam Reza kecewa setelah melihat beberapa masakan sudah tersedia di atas meja. "Zhee yang memasak, Bos," jawab Arjun. "Apa?" pekik Reza. "Maksudku Nyonya, Bos," Arjun merevisinya. "Jadi kamu yang memasak, Zhee?" tanya Reza meyakinkan. "Arjun, Mas Reza, aku tidak bisa memasak aku cuma membantu menyiapkannya," aku menyangkal. Aku yang sedang memainkan spatula dihampiri Reza dan dia memelukku dari belakang. Tangannya yang kekar melingkar di pinggangku dan dagunya menumpang di pundakku. Pipinya menempel lembut di pipiku. Aku merasa risih apalagi melakukan ini di depan Arjun. "Mas Reza, jangan mengganggu! Bagaimana aku bisa memasak kalau kamu seperti ini?" protesku. Kini tangannya menumpang di tanganku yang sedang memegang spatula.

    Last Updated : 2022-03-13
  • Salahkah Aku Mencintaimu   35. Konspirasi Terkuak

    "Ayo kita ke kamar, Zhee!" ajak Reza sambil merangkul pundakku. Aku pasrah meskipun hatiku teramat berat tapi apalah dayaku. Aku benar-benar gelisah, bagaimana kalau dokter datang terlambat terlanjur Arjun melakukan hubungan intim sama Diana. Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu berbunyi. Plong! Dadaku terasa ada yang terlepas dan lega. "Biar aku yang membuka, Zhee!" ucap Reza. Hampir saja kaki menitih tangga, akhirnya kami berdua membalikkan badan. Karena penasaran aku mengikuti Reza membuka pintu. "Selamat malam," sapa seseorang di depan pintu. "Iya, siapa ya?" tanya Reza. "Saya Dokter Sahid," katanya. "Iya dokter silakan masuk!" sahutku mempersilahkan masuk takut keburu Reza menolaknya. "Kamukah yang memanggil dokter, Zhee?" tanya Reza berbisik. "Betul, Mas Reza. Arjun harus segera mendapat pertolongan," jawabku. "Kenapa sih kamu kepo dengan urusan mereka?" ketus Reza lirih. "Mas

    Last Updated : 2022-03-18
  • Salahkah Aku Mencintaimu   36. Rahasiaku di Tangan Reza

    "Zhee!" teriak Arjun yang muncul dari kamarnya dengan berjalan terhuyung-huyung dan memegang kepalanya. "Aku harus pulang duluan, Arjun!" ketusku. "Aku akan mengantarmu!" teriak Arjun. "Dengan keadaanmu yang seperti itu? Yang ada kamu bukan melindungi aku malah membebaniku, Arjun!" ketusku. "Kamu tega bicara seperti itu kepadaku?" tanya Arjun sedih. Entah kenapa hatiku sudah tidak bisa lagi berpikir jernih. Yang ada hanya emosi menahan cemburu hingga terasa tak sanggup bernapas. Saat kakiku hendak melangkah lagi Reza bergegas menyambar tubuh mungilku dan membopongku ke kamar atas. "Lepaskan! Mas Reza, lepaskan aku!" teriakku histeris. "Arjuuuuun, tolong aku!" jeritku kemudian. "Coba saja kalau berani?" hardik Reza. Aku menatap Arjun yang serba salah, sementara tangan Diana melingkar di lengan Arjun. Dia hanya menatapku iba dengan mata berkaca-kaca. Aku benci dengan sifat lemahmu ... dengan ketidakberdayaanmu, Arju

    Last Updated : 2022-03-20
  • Salahkah Aku Mencintaimu   37. Berhati Malaikat

    Tersiksa sekali menahan rindu kepada Arjun. Sudah tiga hari aku menghindari Arjun. Tidak terbayang betapa sakit dan hancurnya hatiku. "Ayo kita turun sarapan, Zhee!" "Makanlah sendiri, Mas Reza, aku belum lapar," jawabku. "Aku tahu kamu menghindar dari Arjun kan? Sampai kapan, Zhee? Jangan sakiti dirimu sendiri! Aku tidak ingin melihat dirimu terpuruk seperti ini," ujar Reza sedih. Aku diam tidak menjawab, air mataku deras mengalir di pipiku. "Kamu merindukannya bukan?" bisik Reza di telingaku. Aku berdiri di depan cermin kemudian dia memeluk tubuhku dari belakang. Tangannya mendekap dan meremas tanganku dengan kuat. "Kenapa hatiku sesakit ini, Zhee. Melihat istriku sedang terang-terangan merindukan lelaki lain," bisik Reza meratap di telingaku. Sontak hatiku terasa teriris, membayangkan aku diposisi Reza. Seorang istri yang sangat dicintainya dengan segenap jiwa raganya sedang menangis merindukan lelaki lain. Apa

    Last Updated : 2022-03-21
  • Salahkah Aku Mencintaimu   38. Alasan Dendam

    "Aku yakin ada mahluk lain di kamar ini," gumamnya asal. Tiba-tiba dia melepas bajunya satu-persatu dengan tanpa canggung lagi. "Aku tidak peduli, aku atau kamu yang malu," ujarnya mengancam. Sontak hatiku berdebar kencang dia benar-benar tidak malu lagi melepas bajunya bahkan tinggal boxer hitam yang melekat di tubuhnya. "Berhenti!" teriakku. Akhirnya aku menyerah, aku keluar dari tempat persembunyianku. "Kamu gila ya?" ketusku. "Ini tempatku, aku bisa melakukan apa saja di sini. Karena kamu adalah istriku, boleh deh berbagi tempat, hiks ... hiks ... hiks!" candanya. Aku tidak tertarik dengan candaannya. Hatiku masih bergejolak karena malu dan tertantang gelora birahiku. Tubuhnya yang tinggi dan kekar berotot serta putih bersih sangat tampan. Aku terkesima, gejolak di dadaku meletup-letup mau meledak. Perlahan aku menghampirinya sambil menutupi wajahku karena malu. Dengan sigap Arjun meraih tanganku sehingga tubuhku ja

    Last Updated : 2022-03-21
  • Salahkah Aku Mencintaimu   39. Pelampiasan Dendam

    "Hanya karena gadis itu menarik tangan papanya kamu menganggap gadis itu tidak mau menolongmu?" tanyaku geram. "Iya, dia pasti jijik melihat kami hanyalah orang rendahan. Apalagi keadaan papaku yang berlumuran darah pasti mereka lebih jijik lagi takut akan mengotori mobilnya!" ungkap Arjun. "Darimana kamu bisa berpikiran seperti itu? Ternyata salah aku menganggap kamu seseorang yang pantas menjadi imamku. Aku kira kamu sudah dewasa di usia kamu yang jauh lebih muda dari aku. Ternyata itu juga salah," ketusku. "Aku benci ada orang lain mengusik masa laluku!" hardiknya. "Apa kamu tenang hidup dengan rasa dendammu itu? Ceritakan padaku apa yang akan kamu lakukan bila bertemu gadis itu? Kamu akan membunuhnya? Kamu mengancam akan membuatnya menderita, penderitaan yang seperti apa?" hardikku bertanya. "Diam! Jangan ikut campur, Zhee! Kamu tidak tahu betapa aku menderita hidup sebatang kara sejak berusia tujuh tahun, Zhee!" teriak Arjun makin e

    Last Updated : 2022-03-24
  • Salahkah Aku Mencintaimu   40. Pergi Membawa Luka

    Ini hari kedua aku terbaring di rumah sakit. Rasa jenuh dan bosan mencekamku. Sebentar -sebentar aku menatap layar ponsel baik ponsel yang khusus buat komunikasi sama Reza maupun ponsel lain khusus buat komunikasi sama Arjun. Aku tercekam kesepian, dada serasa mau meledak menahan perasaan dengan berbagai macam rasa. Aku merasa sekarang semua orang sedang meninggalkan aku sendiri. Aku mencoba turun dari tempat tidur dan berjalan keluar. Aku duduk mencari udara segar di taman. Dari jauh aku melihat Arjun berjalan menuju kamar inapku. Bergegas aku mencari tempat sembunyi. Baju rumah sakit aku lepas dan kutinggalkan di bangku taman. Aku berlari menyelinap meninggalkan rumah sakit. Tiba-tiba perutku terasa nyeri sekali kepalaku serasa berputar. Aku meninggalkan dua ponselku di kamar. Untung aku tak sengaja membawa dompet. Aku melihat taksi sedang menurunkan penumpang di depanku, kebetulan akhirnya aku segera naik. "Kemana Nyonya?" tanya sopir taksi. "Ke ho

    Last Updated : 2022-03-26

Latest chapter

  • Salahkah Aku Mencintaimu   86. Salahkah aku mencintaimu?

    Ting ... tong ... ting ... tong! Bel pintu kamar berbunyi. Arjun segera mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil dompet. Aku hanya menatapnya dengan geram menahan emosi. Tak berselang lama dia sudah kembali dengan sebuah hem cantik dan celana dan satu lagi sebuah gaun indah. "Pilihlah yang kamu suka," tawar Arjun. "Kapan kamu memesannya? Aku salut kamu memang tahu kesukaanku," kataku sambil beranjak bangun dan menyambar gaun biru muda dari tangan Arjun. Bergegas aku berlari ke kamar mandi dan mandi besar. Saat aku keluar dari kamar mandi aku melihat Arjun sedang mengamati ponselku. "Apa yang kamu lakukan, Arjun? Beraninya kamu menyentuh ponselku. Mas Reza saja tidak berani melakukannya," ketusku sambil merebutnya dari tangannya. "Aku hanya ingin melihat apakah masih ada fotoku di ponselmu," jawabnya. "Tidak ada, jangankan fotomu bahkan aku sudah menghapus namamu dari hidupku," ketusku sambil memasukkan ponsel ke tasku. Aku menatap wajahku di cermin dan Arjun datang memelukk

  • Salahkah Aku Mencintaimu   85. Dilema memilih

    Aku sengaja tidak mengunci kembali pintunya agar aku tidak kerepotan bila langsung ingin pergi keluar. Entah kenapa aku berpikiran tidak ingin berlama-lama di dekat Arjun. Aku takut tidak bisa mengendalikan sikapku saat bersama Arjun. Itu mungkin karena rasa rinduku yang sudah menggunung. Rasa benci dan cinta tersekat tipis sehingga aku tidak bisa membedakannya aku sedang cinta atau benci. "Kemarilah, Zhee! Tutup kembali pintunya," pinta Arjun. "Aku yakin kamu pasti datang menemui ku. Bukankah kamu juga merindukan aku, Zhee?" tanya Arjun menggoda, tatapannya tajam seolah hendak mengikutiku. "Kamu benar, Arjun, tidak dapat kupungkiri aku memang sedang merindukanmu. Aku sangat mencintaimu, Arjun," kataku tegas. Aku masih berdiri di depan pintu, Arjun pun menghampiriku dan memelukku kemudian tangannya menghempaskan pintu, "creg." Arjun dengan bernafsu mematuk bibirku dan mengulumnya. Ciuman penuh cinta dan kerinduan yang membara membakar birahi kami berdua. Aku menahan diri dengan si

  • Salahkah Aku Mencintaimu   84. Menentukan Pilihan

    Deg, jantungku rasanya mau copot. Bagaimana dengan tiba-tiba Mas Reza menghampiriku dan merebut ponselku. Apakah sebenarnya dia curiga kalau yang telepon Arjun. Dia menekan speaker seolah ingin menunjukkan kepadaku bahwa aku jujur atau tidak. "Nyonya Reza yang cantik, aku mohon kamu bisa hadir di pestaku ya? Teman-teman tim kita hadir semua, Nyonya Mayang eh keliru Nyonya Zhee," pinta Diah terdengar lantang di speaker. Aku tidak mengira ternyata telepon yang barusan berdering dari Diah dan benar dia memaksa aku menghadiri pestanya. Oh dewa penolong benar-benar sedang berpihak kepadaku. Bukan saja aku yang terbelalak terkejut tapi Mas Reza juga. Pasti yang ada di otaknya aku sedang teleponan dengan Arjun. Kenapa begitu kebetulan sekali Diah menelepon di saat yang tepat, bagai Dewi penyelamat bagiku. "Diah, dimana sih pesta kamu diadakan? Kok aku nggak diundang sih?" tanya Mas Reza. "Di restoran deket rumah saya, Pak CEO," jawabnya ragu. "Cuma pesta kecil kok tidak ada yang istimewa

  • Salahkah Aku Mencintaimu   83. Terjerat Rindu

    "Aku tidak mau kehilangan semuanya, Mas, aku bersedia menikah lagi secara agama denganmu," ujarku. Sebenarnya Mas Reza sudah tahu akan keberadaan Arjun tapi dia berpura-pura dan mengikuti sandiwaraku. Aku harus mengakhirinya, aku harus segera menentukan pilihan. Otak waras pasti akan memilih Mas Reza sebagai pendamping hidup. Aku berharap otakku waras sehingga bisa mengubur kenangan bersama Arjun. "Terima kasih, Sayang. Aku akan segera menyiapkan semuanya," kata Mas Reza. "Aku juga akan menyiapkan keperluanku, Mas Reza. Satu permintaanku kita ijab kabul sederhana saja di masjid," pesanku. "Aku setuju apapun permintaanmu, Zhee ... apapun!" janjinya menegaskan. Aku tahu betapa besar cinta Mas Reza kepadaku. Aku tidak akan menyia-nyiakan nya lagi. Apalagi untuk kuserahkan kepada Putri, tidak akan pernah. "Apapun kebutuhanmu biar aku yang menyiapkan, Zhee," usul Mas Reza. "Baik, kita bicarakan lagi nanti di rumah! Aku permisi dulu, Pak CEO," pamitku menggoda. "Zhee, kamu ya?" sahut

  • Salahkah Aku Mencintaimu   82. Bercinta dengan sang mantan

    Sesaat kami saling berpandangan, Mas Reza menatap dalam mataku. "Zhee," panggilnya lembut. Tiba-tiba tangannya meraba laci nakas dan mengambil kotak kecil. Dia membukanya dan mengambil sebatang seperti permen dan mengulumnya. Entah apakah yang diambil dari laci nakas itu? Apakah itu permen ataukah obat perangsang? Ah masa bodoh, karena mabok mungkin juga itu obat pengar. Setelah dia mengulumnya dengan kasar menarik tubuhku kemudian mematuk bibirku dan akhirnya mengulumnya. Bibir saling bertemu dan Mas Reza melontarkan sesuatu yang dikulum itu ke dalam mulutku. Aku terkesiap, aku merasakan seperti aroma terapi yang mampu membuat mood ku membaik. Aku melontarkan kembali sesuatu itu ke dalam mulut Mas Reza. Ciuman kami berdua semakin membara. Lama kami berdua tidak melakukan ini. "Aku merindukanmu, Zhee," bisik Mas Reza setelah melepas sesaat ciumannya. "Aku juga, Mas Reza," jawabku dalam hati. Aku pasrah saat Mas Reza mulai menciumi leherku bahkan dengan lidahnya yang basah dan han

  • Salahkah Aku Mencintaimu   81. Sandiwaraku

    Tanganku mengepal kuat, ingin rasanya aku membalas dengan bogem mentahku kepada wanita licik di depanku. Tapi tidak, bekas tamparan ini akan membantuku menunjukkan seperti apa sifat Putri sebenarnya. Agar Mas Reza berpikir ulang bila berhubungan lebih jauh dengannya. "Zhee, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mas Reza yang terkejut melihat aku. Aku terkejut tapi aku berusaha menenangkan hatiku agar tidak terkesan sebagai pendosa. Aneh memang kenapa aku ada di sini? Aku sengaja menutupi pipiku dengan kedua tanganku. Dengan meringis menahan kesakitan, ini sengaja aku lakukan untuk menunjukkan kepada Mas Reza agar mendapatkan simpatinya. "Kamu kenapa?" tanyanya penasaran sambil meraih tanganku. Aku membiarkan tangan Mas Reza menarik tanganku dan memeriksa pipiku. Dia tampak terperanjat dan memandang mataku tersirat banyak pertanyaan. Aku kenal sekali dengan Mas Reza dia tidak suka dengan banyak argumentasi yang berbelit-belit. Aku hanya diam dan menunjukkan bekas tamparan yang jelas

  • Salahkah Aku Mencintaimu   80. Telepon Putri membuat aku cemburu

    "Ma, Abim mau pipis," pinta Abim manja. "Diantar papa ya? Soalnya Abim harus ke toilet pria," jawabku memberi pengertian. "Ya iyalah sama papa Abim kan lelaki," sahut Mas Reza. Akhirnya Abim menurut saat Mas Reza menuntunnya ke toilet. Mas Reza menggandengnya dengan manja dan sayang. Aku hanya menatap punggung mereka yang semakin menjauh. Tit ... tit ... tit! Ponsel Mas Reza berbunyi tanda ada pesan masuk. Sekilas aku melirik dan ada notifikasi yang terbaca olehku. "Tolong antar aku periksa ke dokter kandungan, Pak..." Membaca notifikasi yang hanya sepenggal membuatku semakin penasaran. Akhirnya aku nekad meraih ponsel Mas Reza di atas meja. Ternyata layar ponselnya terkunci. Karena rasa penasaran yang besar membuat aku terus berusaha agar bisa membuka kuncinya. Berkali-kali mencoba dari tanggal lahir Mas Reza, Abim dan Nayna tapi belum juga kebuka. Dengan geram aku mencoba dengan asal tanggal lahirku justru langsung terbuka. Oh, ternyata betapa istimewanya aku di mata Mas Reza.

  • Salahkah Aku Mencintaimu   79. Masih ada cinta buat Mas Reza dan Arjun

    "Om yang mana?" tanya Mas Reza terkejut."Itu," jawab Abim sambil menunjuk Arjun yang berdiri di taman agak jauh dari halaman sekolah.Mas Reza segera menengok dan mendapati Arjun yang spontan mengangguk sopan. "Kenapa aku merasa postur itu tidak asing bagiku," gumam Mas Reza."Dia om yang menolong aku waktu sakit kan, Pa?" tanya Abim meyakinkan."Iya, Sayang."Tiba-tiba Mas Reza menarik pundak Abim merangkul membawanya menghampiri Arjun. Hatiku berdebar-debar takut kalau Mas Reza bisa mengenalinya. Apalagi dia sudah menaruh curiga, maklumlah mereka tumbuh besar bersama sejak kecil."Kita mau kemana sih?" ceplos ku bertanya."Kita bertemu Juna sebentar, kenapa dia menemui Abim di sekolah, aku jadi penasaran?" ujarnya."Kenapa sih kamu jadi kepo, siapa tahu hanya kebetulan dia lewat di depan sekolah Abim," selaku mematahkan.Tanpa menjawab lagi dia dan Abim berjalan di depan ku melalui aku yang tertegun berdiri. Aku melihat Arjun yang menyambutnya dengan menganggukkan kepalanya. Dia m

  • Salahkah Aku Mencintaimu   78. Membakar Cemburu

    Arjun terpaku, dia tidak mengira aku akan senekat itu dengan memaksa membuka masker dan kacamatanya. Matanya mulai berkaca-kaca dan menatap sayu ke arahku. "Siapa gadis kecil yang bersamamu tadi? Apakah dia anak kamu bersama Diana? Apa diam-diam kamu kembali dan hidup bersamanya? Padahal dulu kamu berjanji tidak memilih salah satu diantara kita berdua, tapi ternyata ...?" gerutuku meluapkan kekesalanku kepadanya. Betapa selama ini aku tersiksa tercekam sakit karena cinta dan rindu. Arjun diam tanpa sepatah kata pun, hanya air matanya meleleh, bukankah aku yang tersakiti harusnya aku yang menangis tapi kenapa dia ikutan meruraian air mata. Dengan meluapkan rasa sakit dan benci aku mulai bereaksi. "Kenapa kau lakukan ini kepadaku, Arjun? Kenapa? Kamu lelaki brengsek sama hal Mas Reza!" ketusku berteriak. "Jadi kamu melihat kami bertiga?" tanyanya meyakinkan. "Zhee, anak kecil tadi Diana yang mengadopsinya dari panti asuhan. Dia tidak bisa memliki anak karena rahimnya harus diangkat.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status