"Semuanya, dia adalah putriku Stella, yang baru kembali dari kuliahnya di luar negeri. Dia adalah putriku satu-satunya. Tujuan utama membawanya ke sini hari ini adalah agar dia bisa terbiasa dengan prosedur operasional perusahaan. Aku akan menempatkannya di posisi wakil CEO untuk membantuku. Aku harap perhatian dan kerja sama kalian semua mengenai ini."Samuel adalah dewan direksi Grup Leskari dan juga menjabat sebagai CEO, jadi dia berhak menunjuk posisi penting lainnya.Namun, semua orang di pertemuan ini sangat terkejut mendengar perkataannya itu.Beberapa direktur yang lebih tua saling bertukar pandang. Seorang wanita berusia empat puluhan tidak dapat menahan diri untuk tidak berbicara, "Pak Samuel, Nona Stella pasti masih berusia dua puluhan. Bagaimana dia bisa menjadi wakil CEO di usia yang begitu muda. Aku rasa ini nggak pantas!"Yang lain juga ikut berkata, "Benar, Nona Stella masih terlalu muda.""Selain itu, Nona Stella nggak punya pengalaman. Bukankah terlalu absurd membiark
Stella menghabiskan sepanjang hari belajar di kantor dan ditemani oleh Reno.Ketika malam hari tiba, Stella baru berhenti mempelajari dokumen di tangannya. Dia meregangkan tubuh dan merasakan sedikit sakit di bagian lehernya."Pak Reno, terima kasih telah menemaniku seharian."Reno tersenyum dan berkata, "Bu Stella, aku adalah asisten khususmu, jadi ini merupakan tugasku."Stella tersenyum, mengangguk kecil dan berkata, "Terima kasih atas kerja kerasmu! Sudah jam makan malam, bagaimana kalau makan bersama?""Baik, Bu Stella. Aku tahu ada restoran masakan khas lokal di dekat sini dan rasanya enak. Bu Stella mau mencobanya?""Boleh, ayo ke sana!"Reno membukakan pintu mobil untuk Stella dengan sopan. "Silakan!"Setelah berkendara sekitar sepuluh menit, mereka tiba di restoran yang disebutkan Reno.Stella memilih tempat duduk di dekat jendela. Setelah keduanya duduk, pelayan membawakan menu.Reno menyerahkan menunya sambil berkata, "Bu Stella, silakan pesan dulu."Stella tidak menolak dan
Lani sekarang semakin tidak yakin apakah wanita di depannya adalah Stella Andara yang dia kenal itu.Fahar mendorong Lani menjauh dengan kesal dan berkata, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?"Stella sengaja bersikap seakan dia tidak mengenal Lani dan berkata kepada pria di samping Lani, "Pak Fahar, ya? Halo."Fahar dengan cepat meminta maaf, "Ternyata Bu Stella adalah atasannya Reno. Maaf, kami sudah begitu lancang dan asal bicara tadi. Namaku Fahar Hartanto, manajer di divisi proyek di Perusahaan Bleson."Stella menggeleng dan berkata, "Nggak apa-apa."Fahar senang melihat sikap Stella yang memahami etika dan tidak mempersulitnya. Dia pun merasa Stella lebih mudah ditangani daripada para pria di Grup Leskari.Dia selalu ingin bekerja dengan Grup Leskari, tetapi tidak pernah bisa mendapatkan kesempatan.Fahar kemudian terus menyanjung Stella, "Bu Stella benar-benar anak muda yang berbakat. Kamu bisa menduduki posisi wakil CEO di usia semuda ini, pasti sangat seorang ahli pebisnis."
Lani tidak menghilangkan keraguannya tentang Stella.Setelah kembali ke rumah, dia buru-buru masuk ke kamar Jenny."Bu, apa yang kamu lakukan? Aku baru saja terlelap." Jenny terbangun dengan bingung."Bangunlah, ada hal penting yang ingin Ibu katakan padamu," ujar Lani dengan serius sambil menatap Jenny."Ada apa? Kenapa serius begitu?" tanya Jenny yang bangkit duduk."Kamu tahu Ibu ketemu siapa saat pergi makan bersama ayahmu hari ini?""Siapa?" Jenny bertanya dengan santai."Aku bertemu dengan seorang wanita yang sangat mirip dengan Stella. Namanya juga sama," ujar Lani dengan sungguh-sungguh.Jenny seketika terjaga dan bertanya dengan penuh emosional, "Apa katamu?""Kubilang, saat aku pergi makan malam dengan ayahmu hari ini, aku melihat seorang wanita yang terlihat sangat mirip dengan Stella, tapi aku nggak yakin mereka orang yang sama atau bukan karena nama keluarganya berbeda. Pokoknya, mereka terlihat mirip tapi juga berbeda."Tubuh Jenny seketika menenggang, kepalanya berdengun
Pada akhirnya, guru itu memanggil Stella dan orang tua Ikbal.Stella menerima telepon dari guru itu ketika dia baru tiba di kantor. Begitu mendengar putrinya memukul seseorang, dia bergegas pergi ke TK tersebut.Melihat rambut putrinya acak-acakan dan sepasang mata merah berkaca-kaca menunggunya di pintu kelas, Stella langsung memeluk Liana dengan bersedih."Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu berdiri di sini?"Pada saat ini, menyadari kedatangan Stella, guru itu segera berjalan keluar dan berkata, "Bu Stella, Liana terlalu gampang emosian."Stella mengetahui temperamen putrinya. Selama tidak ada orang yang menyinggung perasaannya, Liana tidak akan mengganggu orang lain terlebih dahulu.Ketika mendengar guru itu mengatakan bahwa putrinya memiliki temperamen yang buruk, Stella tentu tidak akan percaya. "Putriku nggak pernah tiba-tiba mengganggu orang lain. Pasti ada alasan lain atas kejadian ini. Menurutmu apakah pantas menghukumnya sebelum masalah ini diselidiki dengan jelas?"Guru m
Kemudian, mereka semua mendatangi ruang pengawasan. Setelah mengecek video pengawasan tersebut, semuanya terkejut. Karena memang putra Sesil yang menjambak rambut Liana terlebih dahulu dan berencana mengikatnya ke kursi.Stella menatap Sesil dan Ikbal dengan dingin, menyilangkan tangannya dan berkata, "Karena putramu yang menjambak rambut putriku duluan, maka kalian berlutut dan minta maaf!""Kamu pikir kamu siapa! Kami nggak akan berlutut!" seru Sesil dengan arogan."Kalau begitu aku akan panggil polisi!" seru Stella sambil mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.Sesil tidak menyangka Stella akan berkata seperti itu. Dia tidak takut pada polisi, tetapi takut orang-orang akan mengetahui hal ini dan mentertawakannya."Vina, kamu guru di sini, bagaimana menurutmu masalah ini?" Guru yang bernama Vina Diantro ini adalah teman baik Sesil. Dia tentu saja akan memihak Sesil dan berkata, "Bu Stella, anak kecil saling berkelahi sangatlah wajar. Menurutku, cukup menyuruh mereka minta maaf satu
Liana menggeleng dan berkata, "Aku melawannya, jadi nggak sedih.""Lia memang luar biasa, tapi kalau kamu nggak bisa melawannya, kamu harus beri tahu Mami. Mami nggak akan membiarkan siapa pun mengganggumu. Mami akan selalu datang ke sisimu dengan cepat," ujar Stella sambil mengelus kepala Liana."Ya, aku mengerti, Mami."Melihat perilaku putrinya yang sangat menurut itu, Stella pun mencium keningnya dengan penuh kasih sayang.Saat melewati mal, Stella memutuskan untuk singgah sebentar dan meminta sopir menunggunya.Dia membawa Liana ke toko produk anak-anak. Dia membeli jam tangan pintar untuk anak kecil dengan fungsi yang lengkap.Akan lebih mudah bagi Liana untuk menghubunginya di masa depan.Saat Stella sedang mendengar pegawai toko menjelaskan produknya, Liana tiba-tiba tertarik dengan dekorasi kincir angin yang tergantung di tengah mal.Liana sangat tertarik pada sesuatu yang berputar-putar, jadi dia otomatis berjalan keluar karena rasa ketertarikan itu.Begitu keluar pintu, dia
Stella tersenyum tak berdaya dan berkata, "Tentu saja nggak, tapi kamu sudah minta maaf setelah menabrak seseorang?""Aku sudah minta maaf! Paman itu tampan dan tinggi! Aku bilang maaf dan Paman itu bilang nggak apa-apa."Stella mengangguk dan berkata, "Bagus kalau begitu. Karena Lia begitu baik, Mami akan menghadiakanmu makanan lezat!""Yeay! Asik!" Liana bertepuk tangan dengan gembira, lalu menggenggam tangan Stella dan berjalan menuju restoran di lantai lima."Di sisi lain, Sesil tidak langsung pulang, melainkan membawa anaknya ke kediaman Keluarga Hendrawan untuk mencari bibinya, Linda.Begitu tiba, Sesil langsung berbicara dengan Linda yang sedang makan siang, "Bibi, Ikbal dikeluarkan dari sekolah!"Linda mengerutkan kening saat mendengar itu dan bertanya, "Apa? Kenapa dia dikeluarkan? Apa dia membuat keributan?""Dia hanya bercanda dengan teman kelasnya, menjambak rambut gadis kecil. Gadis kecil itu juga sudah memukul Ikbal. Tapi nggak disangka, ibu si gadis kecil itu adalah putr