Sandra tersenyum dan berkata, "Aku baik-baik saja. Mungkin karena cuacanya terlalu panas, jadi aku nggak begitu nafsu makan."Begitu Stella mendengar bahwa Sandra tidak banyak makan, dia berkata dengan nada pelan, "Nenek kalau kamu nggak nafsu makan, gimana kalau aku membuatkanmu beberapa hidangan kecil?""Ini hari yang panas, sebaiknya jangan pergi ke dapur, jangan sampai kelelahan. Aku masih menunggu untuk menggendong cicit!" kata Sandra sambil bercanda.Wajah Stella tiba-tiba memerah. "Nenek ... sebaiknya aku pergi memasak dulu!"Setelah mengatakan itu, Stella pun melarikan diri."Anak ini masih pemalu."Sandra menyuruh Billy membantunya duduk di sofa."Billy, Stella adalah gadis yang baik, karena kamu memilihnya, jangan sampai gagal menjalankan tanggung jawabmu, mengerti?"Billy terdiam sepersekian detik dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban."Aku tahu kamu memilihnya karena dia mirip dengan orang itu, tapi kuharap kamu nggak memperlakukannya sebagai orang lain. Semua wanita
Stella berdiri di ambang pintu dengan agak canggung, "Em .... Pagi!"Billy mengangguk. "Bersiap-siaplah, terus turun dan sarapan, jangan biarkan Nenek menunggu terlalu lama.""Ya."Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Billy keluar dari kamar tidur.Melihat punggung Billy yang tinggi dan lurus, Stella menghela napas lega.Stella tidak tahu kenapa dia memiliki pikiran aneh ini, singkatnya, ketika dia melihat Billy sekarang, detak jantungnya jauh lebih cepat dari biasanya.Setelah makan siang, mereka berdua pun kembali.Dalam perjalanan kembali ke apartemen.Stella tiba-tiba teringat lusa adalah hari Senin. Dia berjanji pada Fano untuk pergi wawancara ke perusahaan temannya, tetapi dia belum punya ponsel, itu terlalu merepotkan.Jadi, dia menoleh ke Billy dan berkata, "Pak Billy, aku mau pergi ke mal, turunkan aku di persimpangan di depan.""Mal?" Billy menatap Stella dan bertanya dengan bingung."Ya! Aku mau membeli sesuatu.""Kalau gitu aku akan mengantarmu ke sana." Billy tidak menolak.Sege
Andre sangat ketakutan sampai hampir berteriak, tetapi untungnya Stella menutup mulutnya dengan tangannya tepat waktu."Hu ...."Stella memberi isyarat kepada Andre agar dia tidak berteriak atau Stella akan memukulnya.Tatapan Stella penuh dengan peringatan.Setelah mengerti arti di tatapan Stella, Andre mengangguk dengan tergesa-gesa.Stella meraih lengannya dengan satu tangan dan menutup mulutnya dengan tangan yang lain dan perlahan-lahan bergerak ke pintu, melepaskan Andre sebelum membuka pintu dan berlari keluar."Orang jahat sudah kembali! Orang jahat sudah kembali!"Suara ini terdengar oleh Santo dan Dewi yang berada di kamar tidur.Keduanya saling memandang dan bergegas keluar.Saat mereka membuka pintu, sosok Stella sudah menghilang di tangga.Dewi berkata dengan tergesa-gesa, "Apa yang harus kita lakukan? Dia sudah melarikan diri!""Tunggu apa lagi, kejar dia!"Dewi mengikuti Santo dan juga berlari ke bawah, tetapi lari mereka kurang cepat dan Stella sudah berlari jauh.Pada s
Sekarang Leo bukannya mendapat keuntungan malah mendapatkan kerugian.Nando tidak peduli alasan apa yang Leo miliki untuk menganiaya Stella."Menyentuh istri direktur utama kami berarti kamu sudah nggak menginginkan tanganmu."Nando juga terkejut ketika menerima perintah itu. Dia tidak menyangka bosnya sendiri diam-diam sudah menikah, dia sangat senang sekaligus penasaran ketika mengetahuinya. Dia sangat penasaran siapa yang bisa mencairkan gunung es ini.Nando bergegas ke sini secepat mungkin.Dia tidak menyangka akan ada orang tidak tahu diri yang berani menggertak Stella, jadi Nando pasti tidak akan melepaskannya.Pada akhirnya, kedua tangan Leo patah dan dia diancam kalau masalah ini tersebar, dia akan mati dengan cara yang menyedihkan....Stella benar-benar ketakutan kali ini. Dia duduk di dalam mobil, terbungkus pakaian Billy dan tubuhnya gemetar.Melihat ini, Billy mengerutkan keningnya, mengulurkan jari telunjuknya untuk merapikan anak rambut di dahi Stella ke belakang telinga
Stella meraih ponselnya dan melihat panggilan dari Fano.Stella buru-buru menekan tombol jawab dan mendekatkan ponselnya ke telinganya."Halo, Kak Fano ...."Suara Fano yang hangat dan menyenangkan terdengar dari ujung telepon, "Ini aku!""Maaf mengganggu istirahatmu!" Stella menghela napas lega."Mana mungkin, aku sudah lama menunggu teleponmu."Stella terdiam sejenak, Fano sedang menunggu panggilannya? Dia langsung malu, Fano membantunya untuk memperkenalkan pekerjaan, tetapi Stella membuatnya menunggu telepon darinya, benar-benar tidak tahu terima kasih."Kak Fano, aku benar-benar minta maaf. Kemarin aku baru bisa memakai ponselku dan sesuatu terjadi hari ini, aku baru ingat lupa menghubungimu malam ini.""Nggak apa-apa, besok pagi kamu tunggu aku di depan apartemen, aku akan mengantarmu ke tempat wawancara.""Terlalu merepotkanmu, beri tahu aku alamatnya saja, aku akan pergi sendiri.""Nggak apa-apa, kebetulan aku searah, nggak perlu terlalu sungkan denganku."Mendengar ini, Stella
"Teman yang mana?" Billy bertanya setelahnya, nadanya masih halus.Stella mengerutkan kening, menatapnya dan berkata, "Seorang senior."Wajah Billy sedikit menegang dan dia melepaskan Stella.Stella mengambil kesempatan untuk menyelinap pergi dan kembali ke ruangannya.Namun, Fano tidak terlihat. Pada saat ini, pelayan mendorong pintu masuk."Apa dengan Nona Stella?""Ya, apa yang bisa kubantu?""Ini adalah hadiah dari Pak Fano."Stella melihat buket bunga yang dipegang di tangan pelayan dengan bingung. "Ini ....""Pak Fano meminta kami untuk membelikan buket bunga untukmu.""Di mana dia?""Pak Fano mengatakan ada urusan yang mendesak dan sudah membayar tagihannya untuk kamu nikmati."Dia terdiam sejenak sebelum menerima bunga itu."Terima kasih!""Selamat menikmati makanannya!" Pelayan itu membungkuk dan pergi.Stella memeluk bunga-bunga itu, hatinya terasa hangat.Dia menunduk dan mengendus, aroma samar dari bunga-bunga itu tercium sangat menyenangkan dan menyegarkan.Dia mengambil p
Keesokan harinya, Stella secara resmi memulai pekerjaannya.Setelah dia mendapatkan izin kerja, dia ditugaskan oleh Celine kepada Merry Ruana, kepala departemen bisnis.Setelah mengikutinya untuk membiasakan diri dengan lingkungan perusahaan, Merry secara acak mengatur meja di sudut untuknya.Karena Stella baru saja mulai bekerja, tidak banyak yang bisa dia lakukan.Jadi, Stella memahami informasi perusahaan terlebih dahulu.Saat waktu istirahat sore, Merry meminta Stella untuk membeli kopi dan teh susu untuk dibagikan kepada semua orang di kantor.Awalnya, Stella mengira itu adalah hadiah dari supervisor, jadi dia memberikan nota pembelian ke Merry untuk mengganti uangnya.Merry berkata dengan ekspresi jijik, "Stella, ini adalah hari pertamamu bekerja, jadi traktirlah minuman sore ini! Ini adalah caraku memberimu kesempatan untuk berhubungan baik dengan semua orang."Melihat Merry terang-terangan mengambil keuntungan dari dirinya sendiri, Stella tidak bisa menahannya."Bu Merry, tadi
Stella melihat melalui pintu kaca dan menyadari bahwa itu adalah Celine. Dia segera memukul pintu sekeras mungkin dan mengguncangnya."Buk, buk, buk."Celine yang hendak berbelok di tikungan, mendengar suara itu dan menoleh untuk melihatnya.Dia bertanya dengan bingung, "Bu Stella, kenapa kamu masih di sini?""Bu Celine, pintunya terkunci dari luar, aku nggak bisa keluar."Melihat ini, Celine menarik pintu kaca dan menemukan bahwa pintu itu benar-benar terkunci dan ketika dia membuka pintu, Stella menghela napas lega."Terima kasih Bu Celine.""Sudah semalam ini, kenapa kamu masih belum pulang?""Hari ini seseorang memberiku banyak dokumen dan menyuruhku menyusunnya untuk digunakan saat rapat besok. Aku takut nggak sempat, jadi aku berpikir untuk menyelesaikannya sebelum pulang. Siapa yang tahu waktu mau keluar, ternyata pintunya terkunci."Mendengar hal ini, Celine sedikit mengernyit. Memang ada beberapa dokumen yang perlu disortir untuk rapat besok, tetapi dia menyuruh sekretarisnya